digital_2015-4_20392702-MK-Yurie Agita

  • Uploaded by: Billy Jonathan
  • Size: 1.8 MB
  • Type: PDF
  • Words: 10,180
  • Pages: 30
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

GAMBARAN KEHIDUPAN PEREMPUAN CINA TRADISIONAL DALAM NOVEL THE GOOD EARTH (BUMI YANG SUBUR) KARYA PEARL S BUCK

MAKALAH NON ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Meraih Gelar Sarjana Humaniora dalam Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Oleh : Yurie Agita NPM : 0806322363

PROGRAM SARJANA SASTRA CINA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

GAMBARAN KEHIDUPAN PEREMPUAN CINA TRADISIONAL DALAM NOVEL BUMI YANG SUBUR (THE GOOD EARTH) KARYA PEARL S BUCK Yurie Agita Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok [email protected] Abstrak Kehidupan perempuan dalam masyarakat Cina tradisional bukan merupakan kehidupan yang mudah.Ketimpangan kedudukan antara laki-laki dan perempuan tergambar jelas dengan adanya aturan dan norma-norma yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.Perempuan di dalam kebudayaan Cina yang patriakat, digambarkan sebagai seseorang yang harus taat, patuh, sopan, mempunyai tata-krama, setia kepada suami, dan lain-lain. “The Good Earth atau Bumi yang Subur” merupakan novel karya Pearl S. Buck yang menggambarkan kehidupan tokoh utama wanita yakni O-Lan sebagai perempuan yang sangat memahami kedudukan dan statusnya di dalam keluarga. Tulisan ini berusaha memaparkan mengenai bagaimana tokoh OLan menjalankan peran dan kewajibannya sebagai seorang istri, ibu dan menantu di dalam keluarga suaminya, Wang Lung. Kata kunci: Gambaran Kehidupan, Perempuan Tradisional Cina

THE DESCRIPTION OF CHINESE TRADITIONAL WOMEN’S LIFE IN BUMI YANG SUBUR (THE GOOD EARTH) BY PEARL S BUCK Abstract Not an easy thing for women who live in Chinese traditional society. There are a lot of norms and rules which clearly distinguish the position between men and women in there. Women in patriarchal societies were described as a person who must be obedient, polite, have manners, and be faithful to her husband. “Bumi yang Subur or The Good Earth is one of novel of Pearl S Buck, which describe a main female character’s life named O-Lan as a woman who understands her position and status in family. This paper will describe how O-Lan carrying out her roles and duties as a wife, mother and a daughter-in-law in her husband family, Wang Lung. Key Word: The description of life, Chinese Traditional Women

PENDAHULUAN

The Second Sex, perempuan hadir sebagai

1.1

“the other” 1 dalam dunia yang berpusat

Latar Belakang Perempuan,

secara

langsung

pada

laki-laki

untuk

kemudian

merujuk kepada salah satu dari dua jenis

didefinisikan dan dibedakan dari laki-laki.

kelamin. Marginalisasi perempuan yang

Simone

muncul menunjukkan bahwa perempuan

“perempuan tidak merasakan martabat

mengemukakan

bahwa

sering disebut sebagai warga kelas dua, 1

yang

keberadaannya

diperhitungkan.

Menurut

tidak

begitu

Simone

de

Beauvoir dalam bukunya yang berjudul

Di dalam budaya patriarkat, perempun diajarkan untuk menjalani dan meyakini seluruh aspek kehidupannya melalui nilai kebertubuhan yang negatif, yang kemudian menandai identitas dirinya sebagai jenis kelamin kedua atau “the other”, yang makna hidupnya tergantung kepada jenis kelamin yang pertama, yaitu laki-laki

1 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

perempuan

suatu kelompok sosial. 4 Perempuan Cina

seolah menjadi bagian dari patrimony laki-

telah menderita sejak kanak-kanak. Dalam

laki,

kemudian

keluarga-kelurga miskin, gadis-gadis dijual

Secara universal menurut

sebagai budak kepada keluarga kaya, bila

Simone de Beauvoir, konsep perempuan

tidak dijual mereka akan diperbudak oleh

sebagai “the other” merupakan dasar dari

keluarganya sendiri. Mereka ditugaskan

munculnya

terhadap

untuk mengerjakan seluruh urusan rumah

patriarki.

tangga, termasuk mengasuh adiknya.5

menjadi

seseorang.

pertama

suaminya.

2

perempuan

Kaum

sang

ayah,

penindasan dalam

budaya

Konsep “the other” ini berarti perempuan harus sesuai dengan apa yang ditentukan oleh budaya patriarki yaitu berusaha menjadikan dirinya sebagai sesuatu seperti

Di

dalam

ajaran

konfusius

disebutkan adanya lima hubungan yang dikenal dengan Wu Lun ( 五 论 ), yakni

dan

hubungan antara ayah dengan anak laki-

menyadari betapa tidak pentingnya ia

laki, antara saudara laki-laki (kakak laki-

tanpa laki-laki (Jurnal Filsafat, Wacana

laki dengan adik laki-laki), raja dengan

Perempuan,

menteri, suami dan istri serta hubungan

yang

diinginkan

oleh

penerbit

laki-laki

Driyarkara,

antar

no:3/2006, hlm 33). Demikian halnya dengan kaum perempuan

pada

masyarakat

Cina

teman.

tersebut, perempuan

Dari

hubungan hanya

kelima

hubungan

laki-laki disebutkan

dan dalam

tradisional.3 Kedudukan perempuan dalam

hubungan suami istri, dalam hal ini istri

sebuah keluarga Cina tradisional berada di

menjadi pihak yang mengabdi pada suami.

bawah dominasi kaum laki-laki, sangatlah

Setiap nama dalam lima hubungan sosial

rendah, terutama bagi mereka yang berasal

tersebut menyatakan secara tidak langsung

dari keluarga miskin. Kedudukan yang

kewajiban dan tugas masing-masing. Ini

rendah ini sebenarnya merupakan warisan

berati bahwa seseorang harus bertindak

kebudayaan yang telah berlangsung sejak

sesuai dengan kedudukannya. 6 Konfusius

berabad-abad yang lalu. Yang dimaksud

tidak percaya akan persamaan. Konfusius

dengan kedudukan dalam penjelasan ini adalah tempat atau posisi seseorang dalam 2

De Beauvoir, Simone. The Second Sex, Book One: Facts and Myths, atau Second Sex. Fakta dan Mitos, terj. Toni B. Febriantono. Surabaya: Pustaka Promethea, ,hlm. 121 3 Penulis hanya akan membahas mengenai kedudukan dan peranan perempuan Cina pada masa kedinastian sampai akhir dinasti Qing

4

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 264 5 I. Wibowo. 2001. Harga yang Harus dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,hlm. 107 6 Ebrey, Patricia Buckley. 1991. Marriage and Inequality in Chinese Society. Berkeley: University of California Press,hlm. 2

2 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

“kaki perempuan diikat bukan untuk membuat kaki mereka seindah busur yang melengkung melainkan untuk menahan mereka agar tidak keluar dari rumah”8

percaya bahwa kehidupan sosial yang harmoni hanya bisa dicapai melalui sebuah perbedaan. Menurut Konfusius meskipun laki-laki dan perempuan mestinya tidak berbeda namun pada kenyataannya mereka harus dibedakan. Menurut Christhoper Lucas : “Woman was expected to be womanly. She must be quite, docile and industrious, neat, well-mannered, a good cook, a good weaver and a good mother, respectful toward her parents, faithful to her husband, kind to his brother and courteous to his friends—a living compendium of all the virtues desired by man.”7

Kutipan di atas menegaskanbahwa tradisi pengikatan kaki ini selain untuk keindahan juga dimaksudkan untuk menahan serta membatasi kebebasan kaum perempuan agar tidak keluar dari rumah. Tanpa disadari

pendiam, lembut, sabar, sopan, patuh, rajin, rapi, pandai mengerjakan pekerjaan rumah tangga, terampil, menjadi anak yang patuh serta hormat pada orangtuanya, menjadi istri yang hormat dan setia pada suaminya, berbuat baik pada saudara laki-lakinya dan sopan terhadap teman-teman saudara lakilakinya. Ada pula tradisi pengikatan kaki atau footbinding yang sangat menyiksa bagi kaum perempuan di Cina. Praktek pengikatan kaki ini merupakan simbol ketidakberdayaan perempuan Cina. Seperti yang dikatakan oleh Olga Lang dalam bukunya yang berjudul Chinese Family

pengikatan

merupakan

simbol

perempuan

Cina

kaki

ini

keterkungkungan tradisional

dalam

menentukan nasibnya.9 Dalam

Jadi sosok perempuan yang menjadi idaman adalah mereka yang memiliki sifat

tradisi

perempuan diperkenankan

urusan Cina

percintaan tradisional

menentukan

pun, tidak sendiri

jodohnya, jodohnya ditentukan oleh orang tua mereka. Setelah menikah mereka harus patuh pada suami mereka. Mereka tidak boleh melarang suaminya untuk menikah lagi, bila mereka melarang suaminya menikah lagi atau menuntut cerai, maka mereka akan dianggap sebagai perempuan yang hina. Selain itu apabila suaminya meninggal, mereka (perempuan) tidak diperbolehkan untuk menikah lagi. Jika mereka tetap nekat untuk menikah lagi, maka hukum akan membela keluarga mereka, jika keluarga mereka memutuskan untuk membunuhnya demi memulihkan

and Society:

8

7

Lucas, Christhoper. 1965. Women of China. Hongkong: Dragon Fly Books, hlm. 23

Lang ,Olga. 1946. Chinese Family and Society. New Heaven: Yale University Press, hlm. 46 9 Chang ,Jung. 2005. Angsa-angsa Liar: Tiga Putri Cina, trj. Honggo Wibisana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 7

3 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

nama baik keluarga.

keluarga. Etika tradisional menekankan nu zi wu cai bian shi de 女 子 无 才 便 是 德

“If a husband died, his wife could not remarry.If she did, the law automatically protected her in-las if they decided to kill her to save family “face”.10

yang artinya ketiadaan pengetahuan adalah kemuliaan bagi seorang perempuan.12 Perempuan merupakan objek yang

Di dalam keluarga Cina tradisional,

banyak dijadikan sumber inspirasi bagi

seorang kepala keluarga mempunyai hak

penulisan karya sastra. Banyak pengarang

dan kewajiban untuk mengatur hubungan

yang mengangkat tema perempuan dalam

keluarga tanpa harus meminta persetujuan

novelnya, baik menciptakan perempuan

dari anggota keluarganya. Seorang kepala

sebagai tokoh utama, maupun perempuan

keluarga tersebut biasanya adalah orang

sebagai tokoh sampingan. Salah satu karya

tertua dalam keluarga atau dipilih oleh

sastra yang juga mengangkat perempuan

anggota keluarganya. Di dalam peraturan

sebagai tokoh utamanya adalah novel The

dan tradisi masyarakat Cina yang melihat

Good Earth atau Bumi yang Subur karya

hubungan

garis

Pearl Sydenstricker Buck yang telah di alih

keturunan laki-laki, maka tanpa melihat

bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh

kesenioran dan kemampuan yang dimiliki

Irina M Susetyo. Pearl Sydenstricker Buck,

oleh

mereka

merupakan salah satu penulis wanita yang

(perempuan) tidak bisa mewakili keluarga

lahir di Hillsboro, West Virginia, dan

untuk dapat berinteraksi dengan pihak luar.

menghabiskan masa kecilnya di Cina. Ia

Sering kali, dalam melakukan suatu hal

telah menghasilkan banyak karya sastra,

nama anak laki-laki yang lebih muda akan

salah satunya adalah novel The Good

digunakan

Earth atau Bumi yang Subur. Novel yang

keluarga

seorang

berdasarkan

perempuan,

untuk

mewakili

keluarga

daripada ibunya.11

telah memenangkan Hadiah Pulitzer 1932

Selain itu dalam dunia pendidikan pun,

sedikit

membukakan

sekali

sekolah

yang

pintunya

untuk

kaum

ini menampilkan kondisi Cina pada abad ke-20, pada akhir masa pemerintahan Dinasti Qing13. Novel

perempuan karena pendidikan adalah salah

tersebut

mengisahkan

satu pantangan bagi perempuan. Tempat

keadaan petani Cina tradisional, yang

perempuan adalah di dalam rumah dengan

tergambar dalam tokoh utamanya yang

pekerjaan rumahnya dan menjadi abdi 12

10

(Lucas, 1965: 26) Hung, William S.H. 1934. Outline of Modern Chinese Law. Shanghai: N. Pub, hlm. 192 11

Fridolin, Iwan,”Ding Ling dan Kritik Kesadaran Feminis”, dalam Jurnal Perempuan,3,(Mei/Juni 1997), hlm. 58 13 Afe.easia.columbia.edu/special/China_1900_earth .htm diunduh pada 24 Mei 2014 pukul 09.05 Wib

4 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

bernama

Wang

Lung.

Wang

merupakan seorang petani

Lung

berhasil

memperbaiki

kehidupan

miskin yang

keluarganya, hingga ia berhasil menjadi

menggantungkan hidupnya pada hasil

tuan tanah yang kaya raya. Dalam novel

pertanian. Ia menikahi seorang budak

The Good Earth atau Bumi yang Subur ini,

wanita

14

bernama

O-Lan.

Dari

dapat terlihat dengan jelas bahwa tokoh O-

pernikahannya dengan O-Lan ini, Wang

Lansangat mempunyai peranan penting

Lung dianugerahi tiga orang anak laki-laki

terhadap tokoh utama pria, Wang Lung.

dan tiga orang anak perempuan. Akan

Oleh karena itu, di sini penulis akan

tetapi, salah satu anak perempuannya

mencoba memaparkan gambaran tokoh O-

meninggal dunia ketika baru dilahirkan,

Lan dalam novel Bumi yang Subur sebagai

sementara satu orang anak perempuan

perempuan Cina tradisional yang telah

lainnya menderita keterbelakangan mental.

memberikan

Dengan kerja kerasnya, Wang Lung

kehidupan Wang Lung. 1.2

Sumber:http://slaveryinjustice.wordpress.com/slave ry-in-ancient-china/diunduh pada 24 Mei 2014 pukul 10.11 Wib

besar

terhadap

Rumusan Masalah Seperti yang kita ketahui, sistem

14

Pengertian budak di Cina berbeda dengan yang ada di Barat.Jika para budak di Barat khususnya di Amerika biasanya dipekerjakan di perkebunan.Kehidupan para budak di Amerika sangat menyedihkan. Setiap harinya mereka harus bekerja keras di bawah terik matahari hingga matahari terbenam tanpa digaji; hanya diberi makan seadanya; ketika bekerja mereka tidak diperbolehkan berbicara dengan bahasa mereka bila berbicara meraka akan mendapat hukuman; dalam setahun hanya diberi 3 helai underwears ,sepasang sepatu dan pakaian seadanya oleh tuannya; mereka tidak diperbolehkan belajar membaca dan menulis , sebagian besar dari mereka bekerja di lading. Sedangkan di Cina tidak semua budak tidak diberi hak, mereka masih diperlakukan dengan baik oleh tuannya. Para budak di Cina adalah mereka yang berasal dari keluarga petani miskin yang dibeli oleh para tuan tanah dan memperkerjakannya sebagai abdi atau pelayan di rumah si tuan tanah tersebut. Sama halnya dengan tokoh O-lan. Dia dibeli oleh seorang tuan tanah dari keluarga Hwang pada masa kelaparan karena keluarga O-Lan tidak punya apaapa lagi untuk dimakan. Meskipun hanya seorang budak, namun O-Lan masih mendapatkan perlakuan yang manusiawi dari majikannya itu.

pengaruh

keluarga yang dianut oleh masyarakat Cina adalah

patriarkat,

patrilokal

15

patrilinieal

dan

, ditambah lagi ajaran Wu

Lundari Konfusianisme yang semakin memperkuat

kedudukan

laki-laki

dibandingkan perempuan, karena ajaran di dalam

Wu

Lun

kebanyakan

hanya

mengatur hubungan antar laki-laki saja, sedangkan pengaturan tentang perempuan hanya terdapat dalam hubungan suami-istri. Ada beberapa peristiwa di dalam novel The Good Earth ini menunjukkan hal yang sama

mengenai

konsep

kehidupan

15

Patriarkat: Sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial Patrilineal: Hubungan keturunan melalui garis kerabat pria Patrilokal: Pola menetap setelah menikah, suami istri harus tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami

5 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

perempuan pada masa masyarakat Cina

berupa buku-buku ajar serta informasi dari

tradisional, contohnya seperti peran tokoh

media elektronik.

O-Lan sebagai seorang istri di dalam keluarga. Di sini penulis akan memaparkan lebih

lanjut

mengenai

bagaimanakah

gambaran tokoh utama O-Lan sebagai perempuan tradisional?

di

dalam

keluarga

Bagaimanakah

Cina

pengaruh

tokoh tersebut terhadap kehidupan Wang

NILAI-NILAI YANG MEMPENGARUHI KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM MASYARAKAT CINA 2.1 Konsep Yin(阴) dan Yang(阳)

Lung? I.3

Kita selalu menjumpai polaritas Tujuan penulisan Berdasarkan

rumusan

di

atas,

tujuan dari penulisan makalah non ilmiah ini

adalah

untuk

memaparkan

dan

menjelaskanbagaimana tokoh utama OLan menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang perempuan di dalam keluarga dalam

suaminyaserta kehidupan

pengaruhnya

Sang suami, Wang

Lung. 1.4

dalam alam, gelap dan terang, musim panas dan dingin, jantan dan betina, pasang dan surut, kutub positif dan negatif, seperti juga hidup itu sendiri, mempunyai dua sisi. Dua prinsip yang menjadi sumber segala eksistensi dan transformasi dalam alam semesta ini adalah Yin dan Yang. 16 Prinsip ini telah berkembang jauh sebelum adanya Konfusius. C.K. Yang mengatakan: “Secara

Metode Penulisan

pemaparan

sistematisasi

kepercayaan klasik diawali oleh lairan

Penulisan jurnal ini menggunakan metode

teologi,

dan

Yin Yang di jaman dinasti Shang,

penjelasan

tetapi disempurnakan oleh Taoisme

mengenai kehidupan tokoh O-Lan dalam

pada abad berikutnya...”17

novel The Good Earth atau Bumi yang

Konsep Yin-Yang ini terdapat dalam Yi

Subur sebagai perempuan Cina tradisional

Jing (易经), salah satu kitab dari Wu Jing

yang sangat memahami statusnya dan

(五经)18. Masyarakat Cina percaya jika Yin

menjalan seluruh kewajibannya sesuai peran dan kedudukan seorang perempuan di dalam keluarga suami. Pengumpulan data dilakukan dengan secara kepustakaan, yakni

dengan

mempelajari

literatur-

literatur yang berkaitan dengan masalah

16

To Thi Anh. 1975. Eastern and Western Cultural Values: Conflict or Harmoni?.University of Virginia: East Asian Pastoral Institute, hlm. 87 17 Yang, C.K. 1957. Religion in Chinese Society. California: California University Press, hlm. 115 18 4 Kitab atau Si Shu (四书): a. Daxue 大学 b. Meng Zi 孟子 c. Zhong Yong 中庸

6 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

dan

Yang

ini

seimbang,

maka

menyeluruh. Bagian hitam menunjukkan

keharmonisanlah yang di dapat. Yin dan

Yin, bagian

Yang memiliki pengertian sebagai berikut:

Mereka tidak dipisahkan oleh suatu garis

1. Yin dipercaya bersifat tertutup, tidak

lurus, tetapi oleh garis lengkung yang

diketahui dan selalu berada di

harmonis. Ini berarti tidak ada batas yang

belakang Yang. Yin

mewakili

tegas antara keduanya, mereka lebih saling

segala sesuatu yang mundur, pasif,

membantu dari pada saling bertentangan.

gelap,

malam,

Semua hubungan antara Yin-Yang adalah

perempuan, air, gelap, lemah, susah,

berlawanan, bergantian, saling melengkapi

negatif dan lain-lain.

sehingga terjadi keharmonisan.

bumi,

bulan,

putih menunkukkan Yang.

20

Dari

2. Yang dipercaya bersifat terbuka,

pengertian yang ada, masyarakat Cina

selalu berada di depan Yin. Yang

mengenal perempuan sebagai sesuatu yang

mewakili segala sesuatu yang aktif,

negatif, lemah, pasif, berada di belakang

terang, langit, siang, matahari, laki-

laki-laki, sedangkan laki-laki diartikan

laki, api, kuat, gembira, positif dan

sebagai sesuatu yang aktif, positif, kuat,

19

lain-lain.

gembira dan selalu berada di depan. Perempuan adalah pelengkap laki-laki, berada di belakang laki-laki dan berada pada posisi pasif. Prinsip Yin-Yang saling melengkapi dan bergantung ,sesuai dengan pernyataan berikut: “Hakikat Yin adalah melengkapi Yang, persis seperti istri melengkapi suami... Tak ada ciptaan tanpa kedua prinsip itu, selalu ada Yin dan Yang di dalamnya” 21

Yin Yang

Pernyataan Simbol Yin Yang ini mengandung seluruh filsafat hidup manusia. Lingkaran bulat menunjukkan

pengaruhnya

yang

di

atas

memperjelas

bahwa perempuan adalah pelengkap lakilaki. Meskipun Yin dan Yang saling melengkapi, namun karena adanya unsur Yin yang melambangkan segala keburukan

d. Lun Yu 论语 5 Klasika atau Wu Jing (五经) a. Shu Jing (书经 ) Kitab Sejarah b. Shi Jing ( 诗经) Kitab Puisi c. Yi Jing ( 易经) Kitab Ramalan d. Chun Qiu (春秋 ) Kitab Musim Semi e. Li Ji ( 礼记) Kitab Aturan 19 (To: 1975, 87)

dan unsur Yang melambangkan segala kebaikan,

membuat

para

filsuf

Cina

menafsirkan kaum perempuan sebagai 20

Ibid, hlm 88 Ibid

21

7 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

mahluk yang lebih rendah. 22 Konsep Yin

kekaisaran

dan Yang inilah yang menjadi dasar

diprioritaskan

terciptanya perbedaan pandangan antara

Sedangkan pendidikan untuk perempuan

laki-laki dan perempuan.

biasanya hanya dilakukan oleh keluarga

hanya

diperuntukan

untuk

laki-laki

dan saja.

Dalam perkembanganya, konsep Yin

yang mampu saja, dengan menyekolahkan

dan Yang merupakan bentuk relasi gender

nya di sekolah-sekolah khusus perempuan.

yang menyebutkan bahwa pria superior

Pendidikan yang diperoleh dalam sekolah

terhadap perempuan serta dimantapkan

khusus perempuan tersebut hanya terbatas

dengan sistem hirarki dalam masyarakat

pada

patriakat.

dalam

perempuan agar menjadi wanita anggun

masyarakat Cina tradisional, kedudukan

layaknya wanita kalangan atas, serta

perempuan pada umumnya dianggap tidak

pengetahuan

sejajar dengan kaum laki-laki. Konsep dan

dengan kerumahtanggaan dan kepentingan

tradisi-tradisi tersebut di atas semakin

hiburan bagi kaum laki-laki.24

memperlihatkan laki-laki sebagai superior

2.2 Konfusianisme

dan

Oleh

karena

perempuan

itu

sebagai

inferior.

Ketidakberdayaan perempuan atas norma dan tradisi yang sangat mengekang tentu mempersulit

mereka

dalam

proses

mengembangkan diri. Contoh nyata kalau hak yang dimiliki oleh laki-laki lebih besar dari hak yang dimiliki oleh perempuan adalah

dalam

bidang

pendidikan,

perempuan-perempuan pada masyarakat Cina

tradisional

kesempatan

yang

hanya lebih

memiliki sedikit

dibandingkan laki-laki. Kesempatan untuk menjadi mandarin 23 atau pegawai tinggi

Baik

lain

yang

yang

dalam

masyarakatnya,

melatih

berhubungan

keluarga kedudukan

maupun seorang

perempuan Cina selalu berada di bawah kedudukan

laki-laki,

laki-laki

selalu

menjadi yang utama. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor di antaranya karena adanya tiga ajaran budaya yang sangat mempengaruhi

kehidupan

masyarakat

Cina, yaitu Konfusianisme, Taoisme, dan Budhisme

25

Ketiga

ajaran

tersebut

memiliki titik berat yang berbeda satu sama lainnya. “ Konfusianisme lebih menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dalam hubungan dengan masyarakat. Dengan kata lain, Konfusianisme lebih mengatur hubungan manusia dengan manusia.Dasar pikiran utama dari ajaran

22

Tang Leang-li. 1956. The New Social Order in China. Shanghai: China United Press,hal. 218 23 Menjadi mandarin merupakan satu-satunya jalan bagi anak laki-laki yang bukan keturunan bangsawan untuk melepaskan diri dari kesulitan hidup.Menjadi seorang pejabat mendatangkan kekuasaan dan kekuasaan mendatangkan uang.lih, Chang Jung, hlm. 2

kegiatan-kegiatan

24

Ibid hlm 12 (Yang, 1957: 250)

25

8 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

ini adalah untuk mendapatkan keselarasan dan kebahagiaan, manusia harus menyesuaikan tatanan masyarakat ke dalam tatanan alam semesta, tempat dimana manusia menjadi bagian darinya. Taoisme lebih menitik-beratkan pada kehidupan diluar duniawi atau disebut juga alam. Tao lebih memperhatikan hubungan manusia dengan alam dan keharmonisan manusia dengan alam, sedangkan Budhisme lebih menekankan pada hubungan manusia dengan “Yang Di atas” ”.26

dikemukanan oleh Konfusius tersebut, dapat

terlihat

bahwa

perempuan

menempati satu dari lima bentuk hubungan yang ada, dan keempat hubungan yang lain adalah bentuk hubungan antar lelaki. Tiga dari kelima hubungan tersebut adalah hubungan yang terjadi dalam sebuah keluarga. 27 Sedangkan tiga dari hubungan dalam keluarga tersebut, hanya satu yang menyebutkan

hubungan

dengan

dari ketiga ajaran tersebut, yang sangat

perempuan yaitu hubungan suami dan istri.

mempengaruhi

masyarakat

Hubungan itu pun merupakan hubungan

Cina adalah ajaran Konfusianisme yang

antara pria sebagai atasan dan perempuan

terus mengakar hingga saat ini. Ajaran

sebagai bawahan.

kehidupan

Konfusianisme dalam masyarakat Cina tradisional

selalu

menekankan

pada

perbedaan status genital (perbedaan jenis kelamin)

dan

hirarki.

Ajaran

Konfusianisme yang berhubungan dengan kedudukan dan peran perempuan serta pandangan terhadap kaum perempuan

Konsep Wu Lun tersebut diperkuat dengan adanya Zheng Ming ( 正 名 ). 28 Zheng Ming mengharuskan setiap manusia bersikap sesuai dengan “status” yang dia miliki. Jika setiap orang mengetahui kewajibannya dengan

dan

tugasnya,

berperilaku maka

sesuai

kehidupan

berawal dari Wu Lun ( 五 论 ), yang

sosialnya akan terjamin.29 Hal ini membuat

menjelaskan tentang lima hubungan antar

batasan yang tegas antara laki-laki dan

manusia. Wu Lun berisi Lima Hubungan

perempuan. Bentuk pemisahan antara laki-

antar manusia yang terpenting yaitu:

laki dan perempuan ini dilakukan untuk

a. Jun-Chen( 君 臣) yaitu hubungan penguasa dengan bawahan b. Fu-Zi( 父子) yaitu hubungan ayah dengan anak laki-laki c. Fu-Fu (夫妇) yaitu hubungan suami dengan istri d. Xiong-Di (兄弟) yaitu hubungan kakak lakilaki dengan adik laki-laki e. Peng-You ( 朋 友 ) yaitu hubungan sesama teman

Dari kelima hubungan antar manusia yang 26

(Yang, 1957: 250)

mengatur

pembagian

tugas

antara

kewajiban laki-laki di luar rumah dengan 27

(Lang, 1946: 10) Zheng Ming menyatakan bahwa setiap individu harus bertindak sesuai dengan „nama‟nya, maksudnya segala sesuatu dalam kenyataan yang sebenarnya hendaklah disesuaikan dengan makna yang melekat pada namanya atau dengan kata lain, nama-nama dan kedudukan seseorang dalam golongan social harus tepat dan searah. 29 Chu Chai & Winberg Chai. 1962. The Changing Society of China. USA: Penguin Group Incorporated, hlm.76 28

9 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

kewajiban perempuan di dalam

rumah.

Karena

posisinya

yang

selalu

tidak

Ajaran ini menuntut sikap utama seorang

menguntungkan, seorang perempuan tidak

perempuan

yaitu

pendiam,

patuh,

dapat mandiri. Hidupnya akan bergantung

murni,

pandai

pada laki-laki. Hal ini memunculkan apa

melakukan pekerjaan rumah tangga seperti

yang disebut dengan San Cong atau tiga

memasak, menjahit, serta hormat

macam ketergantungan perempuan, yaitu31

berkelakuan

baik,

pada

mertua, kepada kakak ipar laki-laki, sopan

1.

Guwei jia cong fu (古未嫁从父), artinya ketergantungan perempeuan yang belum menikah kepada ayahnya Ji jia cong fu ( 既 嫁 从 父 ) , artinya ketergantungan perempuan yang sudah menikah kepada suaminya Fu si cong zi ( 夫 死 从 子 ) , artinya ketergantungan perempuan setelah suaminya meninggal kepada anak laiklakinya.

terhadap teman-teman suami dan masih banyak lagi yang dituntut kaum laki-laki

2.

dengan kaum perempuan. 3.

Perempuan harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak, istri, atau sebagai ibu. Dalam menjalani

Dari sejak kecil, perempuan sudah

hidupnya, sorang perempuan harus dapat status

yang

diwajibkan tunduk kepada laki-laki. Saat

perempuan

wajib

masih kecil, perempuan harus tunduk

tiga

kepada orang tua terlebih ayah, setelah

kewajiban. Empat “kebajikan” ini adalah

menikah perempuan harus tunduk dan

kebaikan de ( 德 ), perkataan

patuh kepada suami dan keluarga suami,

bersikap

sesuai

dimilikinya. memiliki

dengan

Setiap

empat

kebajikan

dan

yan ( 言 ),

tingkah laku rong (容), dan keterampilan

lakinya

gong (工).30 1.

2.

3.

4.

bahkan ia harus tunduk kepada anak lakiketika

suaminya

meninggal

dunia.Banyak sekali aturan-aturan dan

De ( 德 ) mempunyai arti bahwa dalamsetiap masalah moral perempuan harus memiliki sifat yang baik sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Yan ( 言 ) memiliki arti bahwa dalam berbicara seorang perempuan harus sopan dan santun. Berbicara seperlunya saja, dengan menggunakan kata-kata yang baik Rong ( 容 )memiliki arti bahwaseorang perempuan dalam bertingkah laku harus benar dan sesuai dengan perintah yang diberikan kepadanya Gong ( 工) memiliki arti bahwa seorang perempuan harus terampil dan pandai melayani suami

norma yang membatasi para perempuan, baik itu ruang gerak, pola pikir dan lainlain. 2.3 Konsep Bakti atau Xiao 孝 Bakti atau Xiao satu

ajaran

merupakan salah

Konfusius

yang

paling

mendasar. Dalam ajaran Konfusius sangat dianjurkan

bagi

seorang

anak

untuk

berbakti kepada orang tua dan hormat kepada orang yang lebih tua, karena tujuan 31

30

(Tang, 1956: 219)

Van Gulik, R.H. 1974. Sexual Life in Ancient China. Leiden: E.J Brill hal. 28

10 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

utama

dari

hidup

seseorang

adalah

ini, menimbulkan dorongan bagi para

memulaikan orang tua dan leluhur serta

orang tua untuk memiliki anak laki-laki.

meneruskan garis keturunan. Masyarakat

Karena peran anak laki-laki dalam suatu

Cina memiliki kepercayaan yang cukup

keluarga dirasa cukup penting untuk tetap

kuat terhadap kehidupan setelah mati.

menjalankan upacara pemujaan leluhur

Mereka percaya bahwa roh para leluhur

sehingga bagi masyarakat cina memiliki

mereka membutuhkan hal-hal yang sama

seorang anak laki-laki dianggap lebih

sebagaimana manusia di dunia. Segala hal

membanggakan

yang dibutuhkan tersebut hanya dapat

seorang anak perempuan. Semua keluarga

diperoleh dari sanak keluarga yang masih

akan bahagia jika memiliki anak laki-laki

hidup.

dan sebaliknya mereka akan sedih jika

Dari segi tata kehidupan moral masyarakat

Cina,

pemujaan

terhadap

memiliki

dibanding

anak

dikarenakan,

memiliki

perempuan.

Hal

ini

anak

perempuan

tidak

peranan

penting

dalam

nenek moyang dipandang sebagai wujud

memegang

bakti atau xiao seorang anak terhadap

menjalankan upacara pemujaan leluhur,

orang tua dan leluhurnya sehingga sangat

setelah menikah mereka (perempuan) tidak

penting

lagi

untuk

menjaga

kelangsungan

ikut

mengambil

pemujaan

tua yang sudah meninggal dunia.32 Praktek

melainkan mengikuti suami dan mengurus

pemujaan

pemujaan leluhur dari pihak suami.

leluhur

di

Cina

leluhur

dalam

keluarga dan penghormatan terhadap orang

terhadap

roh

bagian

keluarganya

kemungkinan besar sudah berlangsung

Status seorang perempuan di dalam

sejak zaman kekaisaran kaisar Huang Di

keluarga pun, belumlah kuat jika anak

pada 2704-2595 B.C. mengalami

33

, dan terus

perkembangan

sampai

laki-laki yang sangat diharapkannya belum lahir. Tanda-tanda ketergantungan status ibu

34

sekarang. Biasanya upacara pemujuaan

seorang

leluhur tersebut dipimpin seorang kepala

nampakpada

keluarga atau ayah, dan apabila dia

ketidakhadiran seorang anak laki-laki di

meninggal, maka tugasnya akan diambil

dalam keluarga menjadi salah satu alasan

oleh anak laki-laki tertuanya.

bagi

suami

pada fase

untuk

anaknya ini.

bisa

mulai Bahkan

menceraikan

Adanya pemujaan terhadap leluhur 34 32

Baker, Hugh. 1979. Chinese Family and Kinshipin Tradisional Chinese. Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 71-74 33 Soothil, William Edward. 1973. The Three Religions of China. London: Oxford University Press, hlm. 27

Selama hidupnya seorang perempuan di dalam masyarakat Cina tradisional mengalami tiga fase ketergantungan yaitu pertama, sebelum menikah dia bergantung pada ayahnya, kedua, setelah menikah dia bergantung pada suaminya dan ketiga, setelah suaminya meinggal, dia bergantung kepada anak laki-lakinya.

11 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

istrinya dan istrinya pun tidak boleh

cercaan dari sang mertua, si ibu juga

melarang kalau suaminya menikah lagi

dipandang rendah oleh menantu lain yang

dengan perempuan lain. Dalam masyarakat

bisa melahirkan anak laki-laki.

Cina, kelahiran seorang bayi perempuan

Peran laki-laki yang begitu besar

tidak pernah disambut dengan gembira.

dalam keluarga menimbulkan anggapan

Seperti yang sudah dijelaskan di atas,

bahwa anak perempuan tidak berharga dan

bahwa

memiliki

hanya dianggap benda yang merugikan. 36

kedudukan penting di dalam keluarga.

Sedangkan dalam hubungannya dengan

Hanya

dapat

pemujaan leluhur, status perempuan hanya

meneruskan nama keluarga dan tanpa

sebagai “mesin” yang digunakan untuk

adanya anak laki-laki garis keturunan

melanjutkan keturunan. Secara biologis,

keluarga akan terputus sehingga bagi

kehadiran perempuan memang dibutuhkan

orang Cina hal tersebut merupakan bentuk

untuk

penghianatan paling besar terhadap para

keluarga suaminya, namun tetap saja

leluhur mereka. Terputusnya hubungan

perempuan merupakan anggota keluarga

dengan leluhur ini karena tidak ada yang

terendah dalam masyarakat patriakat.

perempuan

anak

tidak

laki-laki

yang

memberikan

keturunan

pada

mendoakan dan menyembahnya dan itu

Ajaran Konfusius telah menetapkan

menandakan tidak adanya “bakti” atau

posisi laki-laki dan perempuan dengan

disebut Bu Xiao不孝.

tempatnya beserta tugas dan kewajibannya akan

masing-masing di dalam keluarga. Hal

dihargai oleh keluarga suaminya ketika dia

inilah yang menyebabkanperempuan tidak

dapat melahirkan anak laki-laki. Semakin

memiliki pilihan lain kecuali menurut

banyak dia memberikan keturunan berjenis

terhadap

kelamin laki-laki, semakin disayang lah

masyarakat dengan menjalankan tugasnya

dia oleh suami dan dihargai oleh keluarga

sebagai “alat” penerus garis keturunan. Hal

sang

seorang

ini lah yang semakin membuat memiliki

perempuan akan semakin terangkat ketika

anak laki-laki lebih penting dibanding

anaknya menjadi Jia Zhang家长35. Si ibu

memiliki anak perempuan. Jika seorang

pun bisa mempunyai “kuasa” saat anak

perempuan tidak dapat melahirkan anak

laki-lakinya menjadi Jia Zhang 家 长 .

laki-laki, sama artinya dengan melawan

Seorang

suami.

perempuan

baru

Kedudukan

norma

yang

ada

dalam

Sebaliknya, jika yang dilahirkannya adalah anak berjenis kelamin perempuan, selain 35

Jia Zhang adalah kepala keluarga

36

Marjorie Topley. 1978. “Marriage Resistance in Rural Kwang Tung,” in A.P Wolf (at Studies in Chinese Society). Stanford: Stanford University Press, hlm. 258

12 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

“bakti” atau Xiao terebut.37

konsep

Keharusan seorang ibu melahirkan

kecantikan

dalam

budaya

masyarakat

Cina

anak laki-laki juga diperkuat dengan

menyebabkan

perempuan

adanya aksara Hao. Aksara Hao (好) ini

menanggung penderitaan luar biasa pada

disusun dari dua aksara yaitu Nu ( 女 ) berarti perempuan dan Zi (子) yang berarti

tradisional Cina

ini harus

usia sebelum remaja. Aset kecantikan yang paaling berharga pada perempuan Cina adalah sepasang kakinya yang diikat.

anak laki-laki. Hao diartikan sebagai

Memandang

sesuatu yang baik, bagus serta arti baik

bergoyang-goyang dengan sepasang kaki

lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika

yang diikat dianggap memberikan kesan

seorang perempuan memiliki anak laki-

erotis pada laki-laki, karena kerapuhan

laki, hal tersebut sangat baik. Karenanya,

pada perempuan tersebut akan membuat

jika

laki-laki yang melihatnya merasa ingin

seorang

perempuan

mampu

memberikan keturunan berjenis kelamin laki-laki tentunya perempuan tersebut

perempuan

berjalan

melindunginya.39 Praktek

pengikatan

kaki

ini

dapat berbangga hati karena anak laki-laki

diperkenalkan oleh para penari istana

adalah hal baik yang diharapkan semua

untuk menarik hati kaisar dan kaum

orang.

bangsawan. Kaki kecil diidentikan dengan

2.4 Perempuan dan Konsep Kecantikan

kegemulaian, kecantikan dan keanggunan.

di Cina

Sejak usia anak-anak, kurang lebih lima

Ada pula tradisi footbinding atau 38

bang tui绑腿 . Tradisi yang merupakan

tahun, kaki tersebut diikat sedikit demi sedikit untuk mencegah pertumbuhannya sampai akhirnya hanya berukuran kurang

37

James Legge. 1939. The Works of Mencius: The Chinese Classic II..part 2. Book III, part I, chap II. New York: Dover Publication, Inc., hal. 81

lebih 10-13 sentimeter. Pertama-tama kaki diikat dengan kain putih sepanjang kirakira 20 kaki (6 meter). Semua jari kaki

38

footbinding atau bangtui 绑腿 yang bisa disebut juga dengan istilah jinlian 金莲 atau golden lotus (teratai emas), adalah kebiasaan membungkus kaki di kaum perempuan Cina tradisional yang dilakukan sejak kecil dengan cara mengikat dengan kencang dan mendorong jari kaki ke belakang. Ikatan tersebut akan membuat darah tidak mengalir dengan lancar, bahkan bisa membuat kaki wwanita tersebut membusuk. Tradisi ini berkembang sejak Dinasti Tang pada awal abad 10. Dalam bahasa Cina, pengikatan kaki disebut Chanzu, tetapi karena bentuknya yang menyerupai bunga lotus yang belum mekar, masyarakat Cina lebih mengenalnya dengan sebutan Jinlian yang berarti

Bunga Lotus Emas. Pada masa dinasti Tang di abad ke-10 (618-907 Masehi), Kaisar Li Yu, meminta selir kesayangannya untuk mengikat kakinya dengan tali sutra dan menari di atas panggung berbentuk teratai yang dihiasi permata dan mutiara. Para hadirin yang menyaksikan tarian tersebut terpukau dengan keanggunan kaki mungil yang diikat kain sutra tersebut. Panjang kaki selir itu hanya berkisar 10-15 sentimeter saja. Mereka menganggap kaki mungil sebagai lambang keanggunan yang menunjukkan derajat tinggi wanita. 39 (Chang, 2005: 5)

13 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

kecuali jempol ditekuk ke dalam, ke

kakinya. Tanpa disadari pengikatan kaki

bawah telapak kaki. Kemudian sebuah

ini menyimbolkan keterkungkungan dan

batu besar diikatkan untuk meratakan

ketidakberdayaan

lengkungan,

menentukan

proses

ini

berlangsung

perempuan

nasibnya.

Tradisi

dalam yang

beberapa tahun. Bahkan setelah tulang-

merupakan bagian dari masyarakat Cina

tukang jari itu patah, kedua kaki harus

ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran

tetap diikat siang dan malam dengan kain

kepada para perempuan untuk mematuhi

tebal, karena begitu ikatan itu dibuka maka

nilai-nilai moral mengenai pemisahan

jari-jari kaki itu akan berusaha kembali ke

antara laki-laki dan perempuan41

bentuk semula.40

Perempuan Cina memang kurang

Perempuan tidak bisa melepaskan

mendapatkan kedudukan yang baik dalam

ikatan kakinya sekalipun ia dewasa. Ikatan

keluarga maupun masyarakatnya. Untuk

kakinya hanya boleh dikendurkan pada

mendapatkan sedikit penghargaan dan

malam

kedudukan,

hari

saat

tidur.

Pada

saat

hidupnya

penuh

dengan

perempuan akan menikah, hal pertama

perjuangan. Dari lahir, sudah terdapat

yang dilakukan oleh keluarga pengantin

perbedaan yang jelas dengan anak laki-laki.

laki-lakiadalah memeriksa kakinya. Kaki

Ada banyak hal yang harus dimiliki setiap

yang

normal

perempuan seperti San Cong dan Si De.

dianggap membawa malu bagi pihak

Memasuki usia remaja, para perempuan

keluarga besar suami. Jika panjang kaki si

Cina sudah memulai tradisi “pembalutan

pengantin lebih dari empat inci, ia akan

kaki”

ditinggalkan oleh calon mertuanya begitu

menyiksa dan menyakitkan. Penderitaan

saja dan dibiarkannya ia mendapatkan

seorang perempuan Cina tidak hanya

cemooh dari para tamu yang melontarkan

berhenti sampai di situ saja, bahkan setelah

kata-kata bernada menghina.

menikah pun seorang perempuan masih

berukuran

besar

atau

Meskipun tradisi ikat kaki ini benar-

atau

footbinding

yang

begitu

harus menghadapi orang tua dari pihak

benar sangat menyiksa bagi perempuan,

suami.

namun

penghargaan di keluarga sang suami,

semakin

terikat

kakinya

dan

Demi

mendapatkan

semakin kecil bentuk kakinya, maka akan

seorang

membuat

lebih

memberikan keturunan berupa anak laki-

dihargai dan dikagumi jika dibandingkan

laki, jika tidak ia tidak akan pernah bisa

dengan perempuan yang tidak mengikat

mendapatkan penghargaan sedikit pun dari

perempuan

tersebut

perempuan

harus

sedikit

mampu

41 40

Ibid

Lin, Yutang. 1939. My People and My Country. New York: The John Day Company, hal. 165

14 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

pada

ikut mengurus sawah dengan sekuat tenaga.

umumnya. Hal yang sangat disayangkan

O-Lan tetap bekerja keras membantu

adalah

Wang Lung bekerja di sawah meski dalam

keluarganya

bahkan

pada

masyarakat

kenyataannya

kehidupan

perempuan Cina yang begitu terkekang, penuh perjuangan dan penderitaan ini sudah terbentuk di dalam budaya dan pola pikir masyarakat Cina tradisional.

GAMBARAN KEHIDUPAN O-LAN SEBAGAI PEREMPUAN CINA TRADISIONAL DALAM NOVEL BUMI YANG SUBUR (THE GOOD EARTH) 3.1 Perempuan sebagai Pendukung Suami

keadaan hamil besar. Saat itu masih senja, matahari pun masih belum sepenuhnya terbenam. Ia sedang sibuk bekerja mendampingi Wang Lung, memetik hasil panen mereka. Gandum yang berbuah telah dipotong, sawah telah diairi dan bibitbibit padi baru telah disebar, sementara batang-batang padi yang telah menguning telah membawa hasil, dan tongkol-tongkol jagung pun sudah cukup masak dan subur sesudah hujan musim panas dan sinar matahari musim gugur yang cukup galak. Sehari-harian itu mereka berdua bekerja mengumpulkan dan memotong berkas-berkas tongkol jagung, sambil membungkuk dengan sabit pendek di tangan. Perempuan itu membungkuk dengan susah payah menahan berat kandungannya, dan gerakannya pun lebih perlahan dibanding suaminya. (hal. 49)

Kaulihat sendiri ia punya badan kekar dan tulang pipi menonjol. Ia bisa bekerja keras di sawahmu, menimba air, dan pekerjaan lain yang kau mau. (hal. 27)

Wang Lung bekerja di sawah sesaat

Berdasarkan kutipan yang di ambil

setelah ia melahirkan.

dari perkataan Nyonya Hwang di atas,

Bahkan, O-Lan tetap membantu

Wang Lung ke dalam kondisi yang

Sekarang ia sudah kembali bekerja penuh seharian dan bayinya diletakkan begitu saja di atas selimut tebal yang sudah tua di tanah, tertidur. Kalau bayi itu menangis, perempuan itu berhenti sebentar, lalu menyodorkan buah dadanya ke mulut anaknya, sambil duduk di tanah, dan matahari pun menimpakan sinarnya yang terik kepada kedua anak-beranak itu, matahari terakhir musim gugur yang enggan melepaskan hangatnya musim panas, sampai cuaca dingin dari musim yang akan datang memaksanya. (hal. 56)

berkecukupan. Hal yang paling jelas

O-Lan siap membantu suaminya

terlihat adalah keikhlasan O-Lan untuk

menghadapi masa-masa sulit. Hal itu

terlihat bahwa O-Lan adalah seorang budak pekerja keras. Wanita ini adalah seorang

istri

suaminya.

yang

Tanpa

mau paksaan,

mendukung ia

mau

membantu suaminya. Ia bekerja keras membantu Wang Lung, sejak Wang Lung masih

dalam

kondisi

kekurangan

segalanya, hingga akhirnya membawa

15 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

terlihat

ketika

menghadapi

Wang

masa-masa

Lung

harus

sulit

karena

musibah di kampungnya. Wang Lung sekeluarga

harus

persediaan

makanan

kelaparan,

karena

mereka

habis.

Keadaan bertambah parah saat warga

Dan O-Lan menjawab suaminya yang penuh kebimbangan itu, dengan suaranya yang mantap, seolah kehidupan yang mereka jalani itu sudah biasa baginya. “Aku dan anakanak bisa mengemis dan orang tua itu juga. Rambutnya yang sudah beruban itu pasti bisa menyentuh hati orang yang mungkin tak mau memberikan uangnya padaku.” (hal.132)

kampung datang berbondong-bondong ke rumah Wang Lung untuk menjarah semua harta yang ada disana. Saat itulah O-Lan maju

untuk

menyelamatkan

keluarga

tersebut dari amukan masa:

O-Lan yang pertama-tama mulai meratap sambil mengulurkan mangkoknya ke hadapan orang-orang yang lalu lalang di mukanya. Sengaja didekapnya kepala nak yang kecil ke dadanya yang setengah telanjang, anak itu sudah tertidur, kepalanya ikut terkulai ke sana kemari mengikuti ayunan tubuh ibunya yang melangkah sebentar ke sini, sebentar ke situ dengan mangkuk terulur di depannya. Ia menunjuk-nunjuk ke anaknya yang sedang tidur, sambil meminta-minta dikasihani dan meratap-ratap, “Kalau tak dikasih,Tuan, Nyonya-----anak ini bisa mati-----kami lapar-----kami lapar------“ (hal.133-134)

“Jangan yang itu dulu jangan dulu,”teriaknya.”Belum waktunya untuk menyeret meja, kursi-kursi, dan ranjang itu dari rumah ini. Kalian sudah ambil semua makanan kami. Tapi dari rumah kalian sendiri, mejameja dan kursi-kursinya pun belum dijual. Jadi tak ada ruginya kalau perabot-perabot kami itu jangan ikut dibawa. Bahkan kami lebih miskin lagi dari kalian. Buncis dan jagung kami tidak lebih banyak dari kalian sekarang kalian bahkan punya lebih banyak dari yang kami punya sebab makanan kami sudah kalian ambil semua. Dewa akan menghukum kalian kalau kalian mau ambil lebih banyak lagi. Sekarang baiknya kita pergi sama-sama untuk menyabit rumput dan merobek kulit kayu pohon buat dimakan. Yang kau ambil itu buat anak-anakmu dan yang kami ambil, buat anak-anak kami yang bertiga, dan juga buat yang keempat yang bakal lahir sewaktu-waktu.“ (hal. 98)

kekurangan

Kelaparan yang parah di kampung

kesuksesan.

Dalam

kondisi inilah,

yang

O-Lan

serba mencuri

perhiasan dari rumah keluarga kaya raya. Harta tersebut ia simpan dengan hati-hati. Perhiasan inilah yang akhirnya dapat membiayai

mereka untuk

pulang ke

kampung halaman, bahkan bisa membeli sawah hingga akhirnya Wang Lung bisa menjadi kaya raya. O-Lan secara tidak langsung telah mengantar suaminya pada

halaman mereka, membuat Wang Lung mengajak keluarganya untuk mengungsi ke Selatan. Dalam pengungsian itu, O-Lan turut membantu mencari nafkah dengan cara mengemis.

“Dari rumah orang kaya itu. Kurasa permata itu mestilah harta mereka yang paling mereka sayangi. Aku lihat retakan batu bata di tembok, cepatcepat aku menyelinap sambil lalu, jadi orang lain tak keburu melihat , dan tak dapat menuntut bagiannya. Lalu 16

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

kusingkirkan batu bata itu, lantas kuselipkan saja benda itu ke lengan jubahku.” (196)

uang

“Aku cuma ingin menyimpannya— aku tak mau memakainya,” ujar perempuan itu menandaskan. “Cuma menyimpannya saja,” ujarnya lagi. Kemudian matanya diarahkan ke bawah, dan tangannya mulai memilinmilin sehelai benang yang sudah terlepas dari alas tidur. Nampaknya ia sengaja menunggu dengan sabar, menunggu jawaban suaminya. (198)

hemat.

untuk

kekurangan mengeluarkan

hidup

seperti

itu.

dalam Ia

pendapat-pendapat

membelikannya.

O-Lan

merupakan gambaran dari wanita yang Sebisa

mungkin

untuk

memperbaiki benda-benda di rumah yang bisa diperbaiki, bukan langsung membeli yang baru. Kadang kala diambilnya baju-baju yang sudah usang dan dengan benang yang dipintalnya sendiri pada gelendong bambu yang diambilnya dari segumpal kapas, diperbaikinya dan diusahakannya menyisik lubanglubang pada pakaian musim dingin mereka. Alasan tidur kedua anakberanak itu dijemurnya di amabang pintu, dipisahkannya penutup tempat tidur yang paling atas dari selimut mereka yang tebal, dicucinya dan dilampirkannya di atas sebatang bambu kering…… (hal. 40)

O-Lan banyak membantu keluarga tersebut

untuk

masa banyak yang

membantu Wang Lung untuk mengambil keputusan. Tapi setelah mendengar itu, istrinya tidak lantas menjawab, tapi berpikir sebentar, kemudian baru menyahut dengan gayanya yang tenang dan dengan suaranya yang mantap seperti biasa, “Tunggu beberapa hari ini dulu. Belum saatnya berbicara begitu” (hal.172)

“Memang banyak, tapi aku sudah menghitungnya betul-betul dan aku tak mau memboroskannya sesen pun. Akan kubujuk penjual kain itu supaya dia mau memberiku potongan kain untuk setiap sen yang kukeluarkan.” (hal. 47)

Dan kembali O-lan dengan suaranya yang datar dan mantap, “Sabar dulu sedikit, pasti ada perubahan. Dimanamana orang sudah mulai berani bicara sekarang” (hal.175)

Ia juga melarang Wang Lung

Karena berasal dari keluarga yang miskin dan sudah lama menjadi budak, OLan terbiasa hidup

hemat. Ia tetap

mempertahankan sifat tersebut setelah menikah dengan Wang Lung. O-Lan tidak pernah meminta untuk dibelikan perhiasan mewah, pakaian bagus maupun makanan mahal, meskipun bila ia menginginkannya pun Wang Lung sudah memiliki banyak

mencari orang yang bisa dibayar untuk membantunya

melahirkan,

meskipun

mereka sudah mampu untuk membayar orang tersebut. Ia memutuskan untuk tidak meminta bantuan dari

siapapun saat

melakukan persalinan, memotong ari-ari sang

bayi,

memandikannya,

bahkan

membersihkan sisa persalinanya. Semua ia lakukan seorang diri, seperti dalam kutipan: Begitu selesai makan, petani itu berharap ia dapat menunggu di muka pintu kamar tidur lagi sampai istrinya 17

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

memperkenankan masuk. Dan benar saja, perempuan itu memanggilnya, dan menyuruhnya masuk. Bau darah segar masih tajam menusuk-nusuk, tapi bekas-bekasnya tak terlihat, kecuali dalam sebuah ember kayu. Tapi perempuan itu telah mencampurkannya dengan air dan menyorongkan ember itu ke bawah ranjang hingga Wang Lung hampirhampir tak melihatnya. Lilin merah sudah dinyalakan dan perempuan itu terbaring di tempat tidur dalam keadaan bersih, dan tak nampak tandatanda ia baru saja melahirkan. (hal. 52)

keturunan dan mau bekerja di sawah. (hal. 14) Ia memang tidak cantik, tapi kurasa kau tak membutuhkan itu. Cuma lakilaki nakal yang membutuhkan wanita cantik untuk membuat serong. (hal. 27) Ia juga tidak pintar. Tapi ia bisa mengerjakan semua suruhanmu sampai beres, dan ia jarang marah. Setahuku ia masih gadis. (hal. 27)

O-Lan bisa melakukan pekerjaan apapun, mulai dari pekerjaan yang ringan,

3.2 Perempuan Harus Paham

hingga pekerjaan berat sekalipun, seperti

Kedudukan sebagai Istri

yang dikemukakan di atas oleh mantan majikannya, Nyonya Hwang. Hal itu juga

Seperti yang dikemukakan dalam konsep De ( 德 ), seorang perempuan harusdapat menempatkan diri. Ia harus paham kedudukannya sebagai seorang istri. Perempuan

harus

mengetahui

dan

melakukan kewajibannya sebagai seorang wanita dan kewajibannya sebagai seorang istri. 42 Begitu juga dengan O-Lan, O-Lan dapat melakukan hal tersebut dengan baik. Ini terlihat dari sikap-sikapnya, salah satunya adalah pandai mengurus keperluan rumah tangga. Hal ini memang sesuai dengan

kriteria

perempuan

yang

diinginkan oleh Wang Lung sebelum menikah dengan O-Lan. Hal ini sesuai

terlihat dalam kutipan di bawah: Tanpa berkata apa-apa perempuan itu membungkuk, diambilnya salah satu ujung pegangan peti itu lalu ditumpangkannya di bahunya, dan dengan tubuh sempoyongan karena menahan berat, ia mencoba berdiri. Wang Lung menyadari semua usahanya itu dan tiba-tiba berkata, “Aku yang bawa peti itu. Kau bawa keranjang ini saja.” (hal. 29)

O-Lan

dapat

menyelesaikan

seluruh pekerjaan rumah tangga. Ia rajin membereskan

rumah

Wang

Lung,

sehingga rumah yang berantakan sebelum kedatangannya,

menjadi

sangat

rapi.

Beberapa kutipan yang menunjukkan hal tersebut, antara lain:

dengan kutipan: Kita mesti dapat wanita yang mau mengatur rumah, dapat memberi 42

Budisutrisna. 2009. Filsafat Kebudayaan

Confucius. Jogjakarta: Kepel Press, hal. 17

Kadang kala diambilnya baju-baju yang sudah usang dan dengan benang yang dipintalnya sendiri pada gelendong bambu yang diambilnya dari segumpal kapas, diperbaikinya dan diusahakannya menyisik lubanglubang pada pakaian musim dingin mereka. Alasan tidur kedua anakberanak itu dijemurnya di ambang 18

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

pintu, dipisahkannya penutup tempat tidur yang paling atas dari selimut mereka yang tebal, dicucinya dan dilampirkannya di atas sebatang bambu kering, dijebolnya kembali selimut tebal itu dan diperiksanya kapas-kapas di dalamnya yang telah mengeras dan menjadi kelabu karena dimakan waktu, sekaligus dibunuhnya kutu-kutu busuk yang sudah berkembangbiak dalam lipatanlipatannya yang tersembunyi, lalu dijemurnya sepanjang hari. Hari demi hari ia beralih dari pekerjaan yang satu ke pekerjaan yang lainnya hingga ketiga kamar di rumah itu kelihatan bersih dan sedap dipandang. (hal. 40)

seperti istrinya itu ditemukan. (hal. 50)

amat

jarang

Esok harinya setelah melahirkan, perempuan itu bangun seperti biasa dan menyiapkan makanan untuk mereka. (hal. 54)

Semua tugas itu masih belum cukup

berat

untuk

membuat

O-Lan

menghentikan pekerjaannya. Tanpa kenal lelah,

dia

masih

juga

mengerjakan

beberapa pekerjaan berat, seperti mencari rumput, ranting dan dedaunan untuk menyalakan tungku, mencari pupuk untuk

Menjahit juga merupakan pekerjaan yang tidak

lupa

dikerjakan

oleh

O-Lan.

sawahnya, memberi minum ternak dan beberapa pekerjaan lain.

Perempuan ini menjahit semua baju, sepatu dan selimut yang rusak, menjahit bagian yang robek, atau membuat yang baru, hingga pakaian dan selimut di rumah Wang Lung layak digunakan. O-Lan juga mencuci pakaian anggota keluarga Wang: ....., O-Lan pun tak bermalas-malasan saja di rumah. Dengan kedua tangannya dilekatkannya tikar-tikar itu ke kasau-kasau rumah, lalu diambilnya tanah dari ladang, dicapurkannya sedikit dengan air, dan dengan bahan sederhana itu ditambalnya tembok-tembok rumah. Dibuatnya kembali tungku baru dan diplesternya lubang-lubang yang habis digrogoti air hujan. (hal.192)

Lepas tengah hari wanita itu memanggul pacul dan keranjang di bahunya, dengan kedua benda itu ia melangkah menuju jalan besar yang membawanya ke kota, tempat kuda dan keledai mengangkut beban hilir mudik. Di sana dipungutnya kotoran binatang-binatang itu, dibawanya pulang dan dikumpulkannya pupuk itu di ambang pintu rumahnya untuk dimanfaatkan sebagai penyubur sawahnya. (hal. 39)

O-Lan bahkan masih menyempatkan diri

Dan apabila hari sudah senja ia belum juga mau istirahat sampai lembu jantan itu sudah diberi makan di dapur, dan sampai hewan itu selesai diberinya minum untuk menghilangkan dahaga dan melemaskan otot-otonya setelah sehari penuh bekerja membajak sawah. (hal. 39)

memasak untuk Wang Lung sekeluarga,

Kutipan di atas memperlihatkan dengan

sebelum dan sesudah melahirkan:

jelas bagaimana O-Lan selalu terampil

Rupanya perempuan itu menghentikan kerjanya hanya untuk menyiapkan makanan! Wang Lung berkata pada dirinya sendiri bahwa perempuan

mengerjakan

pekerjaan

rumah

tangga

sebagai kewajibannya. Hal ini memang merupakan

kewajiban

wanita

dalam

pandangan masyarakat Cina, yang tertuang 19 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

dalam san cong si de 三从四德, terlebih

keturunan dan mau bekerja di sawah. (hal. 14)

tercantum dalam konsep gong 工43.

“Kau mesti taat kepadanya dan melahirkan anak untuknya, kalau bisa yang banyak.” (hal. 27)

Seorang anak perempuan memang dididik untuk membantu pekerjaan ibunya dalam

urusan

rumah

tangga

dan

dipersiapkan untuk menjadi perempuan teladan yang sejati, maksudnya adalah ia harus dapat menjadi seorang istri yang patuh, ibu yang bijaksana serta menantu yang berbakti. Karena itulah seorang wanita diharapkan mempunyai kesopanan dan rasa hormat yang tinggi pada orang tuanya dan tidak boleh banyak bicara, tidak boleh banyak keinginan serta dibatasi ruang geraknya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa

kegiatan

seoang

perempuan sejak kecil hingga dewasa hanya di sekitar lingkungan keluarganya atau keluarga suaminya. Dan ia hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, mengasuh anak dan mengurus suami dan orang tua suaminya atau bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Melahirkan

Wang

Lung

sebagai

seorang

suami

berharap mendapatkan keturunan dari OLan, terutama anak laki-laki. Anak lakilaki dianggap penting karena anak laki-laki akan

meneruskan

meneruskan

nama,

leluhur,

serta

menjaga

tradisi

kehormatan leluhur. Mereka tetap akan mempertahankan

marga

keluarganya

setelah menikah, bahkan akan memberi anggota keluarga baru dengan istri dan anak

laki-laki

yang

nantinya

akan

menyandang marga tersebut. Selain itu, hanya

anak

laki-laki

yang

dapat

melakukan penyembahan terhadap arwah leluhur. Maka, tidak heran bila suami selalu menuntut istrinya untuk melahirkan anak laki-laki. Seorang perempuan pun akan selalu berharap untuk dapat sebanyak mungkin melahirkan anak laki-laki.

juga merupakan kewajiban seorang istri kepada suaminya. Dengan melahirkan, perempuan akan memperpanjang garis keturunan. O-Lan dituntut untuk dapat melahirkan, baik oleh orang-orang dari dalam keluarga Wang Lung, maupun dari lingkungan di luarnya. Kita mesti dapat wanita yang mau mengatur rumah, dapat memberi 43

“Laki-laki? jerit petani itu tak sabar, sambil menahan sekuat tenaga untuk melupakan penderitaan istrinya. (hal. . 51) “Bayinya laki-laki!” serunya dengan nada penuh kebanggaan. (hal. 51) “Kita mesti beli sekeranjang telur dan celup semuanya, lalu bagikan pada orang desa. Biar semua orang tahu anakku laki-laki!” (hal. 53)

(Budisutrisna, 2009: 17)

20 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa

seorang anak laki-laki dianggap sebagai

Wang Lung sangat bahagia saat O-Lan

suatu keberuntungan sedangkan kelahiran

melahirkan anak laki-laki. Kebahagiaan

seorang anak perempuan pada umumnya

pun memenuhi hati O-Lan saat itu, karena

dianggap sebagai suatu kemalangan dan

dengan itu Wang Lung menjadi sangat

kekecewaan.

memperhatikannya. Keinginan Wang Lung untuk melahirkan anak laki-laki sangat besar. Tidak aneh bila ia sangat tidak menginginkan O-Lan melahirkan anak perempuan. Dalam masyarakat Cina yang menganut garis patrilinieal, kehadiran anak perempuan dalam keluarga tidak cukup mempunyai arti dan tidak diharapkan apabila dibandingkan dengan kehadiran seorang anak laki-laki. “Bayangkan kalau anak kita perempuan, pasti tak ada orang yang mau, apalagi kalau mukanya bopeng! Mudah-mudahan dia lekas mati.” (hal. 68)

Kenyataan harus diterima oleh OLan, saat ia melahirkan anak perempuan. Perhatian Wang Lung pun sangat berbeda jauh

dibandingkan

dengan

saat

ia

melahirkan anak laki-laki. Berbeda dengan sambutan yang diberikan atas lahirnya seorang anak perempuan, maka kelahiran seorang anak laki-laki di dalam keluarga akan

disambut

Seluruh

dengan

keluarga

akan

kegembiraan. menyambut

kehadirannya dengan suka cita, karena datangnya anak laki-laki sebagai anggota keluarga baru yang mempunyai arti yang amat besar dan merupakan suatu anugerah

Wang Lung tidak menjawab. Rasa jengkel memenuhi dadanya. Bayi perempuan! Yang membuat kacau rumahpamannya saat ini adalah anak perempuan. Sekarang di rumahnya sendiri juga lahir anak perempuan. (hal. 86) Pikirannya mulai melayang pada mulut baru yang baru saja lahir tadi pagi di rumahnya, dan pikirannya ini membuatnya susah, sebab rumahnya sudah mulai dipenuhi anak-anak perempuan, yang sebenarnya bukanmilik orangtuanya, tapi lahir dan dibesarkan untuk diberikan kepada keluarga lain. (hal. 87)

Seperti halnya konsep Yan (言), seorang perempuan dituntut untuk tidak banyak bicara dan tidak mempunyai banyak keinginan. Begitu pula dengan O-Lan. Dalam kesehariannya, wanita ini digambarkan sebagai perempuan yang pendiam dan pemalu. Sewaktu Wang Lung menoleh lagi ke arahnya begitu mereka menyusuri pematang ladang gandum, perempuan itu sedang menggerogoti buah persik itu dengan hati-hati, tapi begitu dilihatnya Wang Lung melihat ke arahnya, ia cepat-cepat menutupi buah itu dengan tangannya dan langsung mengatupkan rahanganya. (hal. 30) Tapi bila malam tiba ia masuk diamdiam dengan tubuh hitam dan penuh berlumuran tanah dari ladang, wajahnya kelihatan letih... Tapi perempuan itu tak berbicara sedikit pun pada penghuni rumah yang lain.. (hal. 273)

yang luar biasa. Oleh karena itu kelahiran 21 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Selain dididik untuk membantu

suami. Ia tidak banyak meminta, dan selalu

pekerjaan ibunya dalam urusan rumah

menuruti

tangga,

memang

menganggap suaminya sebagai orang yang

dipersiapkan menjadi wanita teladan sejati

wajib untuk dihormati, sehingga jangankan

yaitu sebagai istri dan juga ibu yang

untuk melawannya, bahkan untuk berjalan

bijaksana serta menantu yang patuh.

beriringan dengan Wang Lung pun O-Lan

Perempuan

tidak bersedia.

seorang

perempuan

yang

diharapkan

adalah

perintah

suaminya.

Kepatuhan lain

Ia

yang

mereka yang memiliki kesopanan dan asa

ditunjukkan oleh O-Lan, terlihat dari

hormat yang tinggi terhadap orang tua,

kutipan:

tidak boleh banyak bicara dan tidak boleh banyak keinginan. Hal ini pun dapat terlihat dari sifat pendiam O-Lan. O-Lan hanya

berbicara

pada

kondisi-kondisi

tertentu saja. Apa pun yang ia rasakan atau pikirkan,

O-Lan

tidak

pernah

menceritakannya kepada Wang Lung, dan memilih untuk menyimpan sendiri dalam hatinya. Tapi perempuan itu tak pernah berbicara, kecuali hal yang pentingpenting saja dalam hidup ini. Wang Lung, yang kerap mengawasi langkahnya yang mantap dan lamban dari satu ruang ke ruang lainnya dalam rumah itu, diam-diam memperhatikan wajah segi empat yang pendiam, tak pernah mengungkapkan isi hati, dan dengan sorot mata takut-takut itu, nampaknya tak habis mengerti. (hal. 40)

Tapi setelah mendengar itu, istrinya tidak lantas menjawab, tapi berpikir sebentar, kemudian baru menyahut dengan gayanya yang tenang dan dengan suaranya yang mantap seperti biasa, “Tunggu beberapa hari ini dulu. Belum saatnya berbicara begitu” (hal.172) Dan Wang Lung merasa gembira dalam hati karena O-lan termasuk perempuan pendiam dan tak berani sedikitpun melawan kehendak suami. (hal. 276) Namun O-lan masih sanggup menahan segala kekasaran suaminya, bahkan ditentangnya wajahnya sambil berkata dengan tenang, “Dan rupanya mutiaraku larinya ke dia, ya, kepada siapa lagi!” (hal. 281)

Sebenarnya,

kepatuhan

seorang

perempuan terhadap suaminya merupakan hal yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perempuan Cina menganggap pria

Tapi perempuan itu tetap membisu, cuma memandang saja pada suaminya dengan pandangan lugu dan merendahkan diri. Dan tanpa menyadari apa yang diperbuatnya, ia cepat-cepat menyilangkan kedua kakinya di bawah bangku tempat duduknya. (hal.229)

hidup seorang perempuan hanya untuk

Dari kutipan di atas, bisa dilihat

perempuan

juga sifat O-Lan yang sangat patuh pada

sebagai seorang pemimpin, mereka harus tunduk dan patuh kepada laki-laki. Tujuan

mengabdi pada suami dan membesarkan anak-anaknya.

Pada harus

intinya

seorang

menggambarkan

kesederhanaan, bersifat lugu, penurut dan 22

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

tidak boleh melanggar atau menentang

akhirnya

kaidah yang telah ditentukan baik oleh

perempuan lain ke dalam rumahnya. O-

orang tua, suami ataupun masyarakatnya.

Lan terpaksa harus menahan luka batinnya

Begitu juga O-Lan, yang juga harus taat

saat dipaksa untuk hidup berdampingan

kepada suaminya. Perintah untuk taat

dengan perempuan lain. Namun, sebagai

kepada Wang Lung sudah diberikan oleh

perempuan

majikannya padanya sebelum ia menikah

berhati

dengan lelaki tersebut.

kepedihan tersebut, dan mencoba untuk

“kau mesti taat kepadanya dan melahirkan anak untuknya, kalau bisa yang banyak. Bawa anakmu yang pertama kepadaku.” (hal. 27) Dan akhirnya ia menambahkan lagi bahwa walau bagaimana O-lan mesti sabar menahan penderitaannya. (hal. 280)

Seperti halnya perempuan dalam konsep Rong (容) yang harus selalu menerima, OLan selalu menerima apapun keputusan

suaminya

yang

lapang,

itu

memiliki ia

membawa

gambaran

menahan

setiap

terus bertahan. O-lan kembali menunggu jawaban suaminya, dan setelah sekian lama Wang Lung masih enggan menyahuti istrinya, akhirnya lambat-lambat butirbutir air mata nan hangat mulai keluar dari sudutnya. Cepat-cepat O-lan mengerjapkan kelopak matanya untuk menahannya supaya jangan keluar lebih banyak lagi. Tapi akhirnya dengan terpaksa diambilnya ujung rok kerja kokinya yang berwarna biru itu dan dihapusnya air matanya yang jatuh berderai-derai. (hal. 279)

yang diambil oleh Wang Lung. Sifat menerimanya ini pun terlihat ketika O-Lan mengikhlaskan berbagi

suami

dengan

wanita lain, yakni Lotus. Ia menyimpan dalam hati kesedihan yang tak terkira dalam batinnya. Dan walau bagaimana juga O-lan pasti tak bersedia melayani madunya, itu sudah wajar. Bahkan mungkin ia tak pernah mau berbicara dengannya, dan berpura-pura tak tahu kehadirannya di situ. (277) “Ada kejadian pahit di dalam rumahku ini. Dan sayangnya aku tak bisa pulang kembali ke rumah Ibuku, sebab memang tak ada.” (hal. 279)

Kutipan di atas memperlihatkan keperihan batin O-Lan setelah Wang Lung mencintai perempuan lainnya, terlebih

Dan sewaktu dilihatnya Wang Lung masih juga tak menggubris keluhannya dengan semestinya, malah duduk saja tenang-tenang sambil menyalakan pipa tembakaunya, dan masih tetap enggan untuk menanggapi kata-kata istrinya dari semula, O-lan Cuma dapat menatapnya dengan pandangan sedih dan memelas dari sudut matanya yang lugu itu, bagaikan pandangan seekor binatang yang tak dapat berbicara. Lalu lambat-lambat ia melangkah ke pintu, matanya kabur oleh genangan air mata yang terus membasahi pipinya. (hal. 279-280)

Dalam pandangan masyarakat Cina, wajar bila seorang laki-laki menikah dengan banyak perempuan. Seorang istri memang harus menerima bila suaminya menikah lagi dengan perempuan lain. Seorang istri tidak diperkenankan untuk 23

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

melarang suaminya untuk menikah lagi.

terbaring sakit dan tidak bisa melakukan

Bila ia melarang suaminya menikah lagi,

pekerjaan apapun.

maka ia dianggap sebagai perempuan yang

Wang Lung tak berhasil meyakinkan orang tua itu, bahwa O-lan sudah tak dapat lagi membawakan teh dan air panas atau membantunya merebahkan diri di tempat tidur dan membangunkannya bila ia tersandung. (hal. 355)

hina. Sejak

awal

menikah,

O-Lan

menjadi seseorang yang setia menemani suaminya.

Mulai

dari

saat

Wang

Sepanjang musim dingin itu O-lan terus menggeletak dalam keadaan menyedihkan di atas tempat tidurnya, dan untuk pertama kali itu Wang Lung dan anak-anaknya baru menyadari kehadirannya dalam rumah mereka, dan betapa besar sumbangannya dalam kehidupan mereka sehari-hari yang baru sekarang ini sempat mereka ketahui. (hal. 354)

Lungdalam kondisi kekurangan, hingga menjadi orang yang kaya raya. Bahkan ia pun tetap setia ketika Wang Lung memilih membawa perempuan lain sebagai istrinya. Sesedih dan sekesal apa pun, O-Lan tetap memilih

untuk

menerimanya.

Ia

menyimpan sendiri keperihan di hatinya, atas perlakuan yang dilakukan Wang Lung sebagai balasan atas kesetiaan yang telah

3.3 Tidak Memperhatikan Penampilan

ia berikan selama ini. Kesetiaan O-Lan

Fisik

pada Wang Lung juga terlihat pada kutipan: “Aku cuma ingin menempatkan mangkuk-mangkuk ini ke tanganmu kalau kau mau membawanya ke meja makan. Aku tak ingin muncul di depan laki-laki lain.“ Wang Lung bangga bahwa perempuan ini adalah miliknya dan tidak takut berhadapan dengannya, tapi ternyata tidak demikian kalau berhadapan dengan laki-laki lain. (hal. 33)

Lan

Ia bagaikan pelayan perempuan yang setia tanpa pamrih dan tak pernah bicara, yang terlihat cuma seorang pelayan saja, tak lebih dari itu. (hal. 40)

perempuan yang pandai mengatur rumah

Wang Lung menyadari bahwa segala

Ketika Wang Lung mengambil O-

yang

O-Lan

lakukan

selama

pernikahan mereka telah sangat membantu seluruh anggota keluarganya. Ini dapat dirasakan

Wang

Lung

saat

O-Lan

sebagai

istrinya,

ia

tidak

memperhatikan penampilan fisik wanita yang ia jadikan istri. Saat itu, Wang Lung hanya merupakan seorang petani biasa, sehingga ketika ia meminta seorang budak yang bisa ia jadikan istri dari Keluarga Hwang,

yang

diperhatikan

hanyalah

dan sawahnya. Ini terlihat dari kutipan: “Dan apa yang bisa kita perbuat dengan perempuan cantik? Kita mesti dapat perempuan yang mau mengatur rumah, memberi keturunan dan mau bekerja di sawah … “ (hal. 14) “...Ia memang tidak cantik, tapi kurasa kau tak membutuhkan itu. Cuma lakilaki nakal yang membutuhkan wanita 24

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

cantik untuk membuat serong. Ia juga tidak pintar. Tapi ia bisa mengerjakan semua suruhanmu sampai beres, dan ia jarang marah. Setahuku ia masih gadis. (hal. 27)

Wang Lung akhirnya menerima O-Lan

kecil dan warna hitam pada bola matanya sama sekali tak menarik, sorot matanya seolah dipenuhi kesedihan tersembunyi. Wajahnya kelihatan seperti wajah orang yang selalu diam dan segan berbicara, dan memang tang ingin berbicara, kalau dapat. (hal. 28)

sebagai istrinya. O-Lan merupakan sosok

Seperti

Oleh sebab itu, tidak aneh bila

yang

sudah

dijelaskan

wanita yang berwajah tidak terlalu cantik.

sebelumnya, konsep perempuan cantik di

Bagi O-Lan yang sudah sekian lama

Cina saat

menjadi budak, penampilan fisik tidaklah

berkaki kecil.Setiap perempuan berusaha

penting. Ia bekerja keras mengerjakan

untuk memiliki kaki yang kecil, dengan

pekerjaan rumah, sehingga tidak pernah

mengikat kakinya erat-erat. Cara ini

mempedulikan dirinya sendiri. Ia tidak

dikenal dengan nama footbinding atau

pernah bersolek, berusaha mempercantik

bangtui 绑腿. Walaupun sangat menyiksa,

diri, atau sekedar berpakaian indah, baik itu saat masih menjadi budak, ketika Wang Lung masih miskin, hingga ketika Wang Lung sudah memiliki segalanya. Meskipun Wang Lung sudah mampu membeli segala sesuatu yang dapat membuat istrinya itu terlihat lebih cantik, O-Lan tidak pernah mau

membelinya.

memperhatikan rumahnya,

Ia

sawah

daripada

lebih atau

memilih pekerjaan

memperhatikan

penampilan fisiknya. Penampilan fisik OLan yang tidak pernah dianggap penting olehnya, terlihat dalam kutipan: Tapi Wang Lung tiba-tiba agak kecewa sewaktu melihat kakinya Olan tidak diikat seperti kebanyakan perempuan Cina umumnya. (hal. 26)

Wajahnya persegi, kelihatan jujur, dengan cuping hidung besar dan mengembang, bibirnya lebar, bagai segores luka di wajahnya yang memang tidak cantik itu. Matanya

tetapi

itu adalah perempuan yang

perempuan

footbinding

akan

yang

melakukan

dianggap

sebagai

perempuan yang cantik. Namun, tidak begitu dengan O-Lan. Seperti kutipan di atas, O-Lan tidak memiliki kaki yang kecil. O-Lan terlahir dalam keluarga miskin. Sejak kecil ia sudah dijual menjadi budak, sehingga

ia

tidak

sempat

menjalani

pembalutan kaki. Dari kutipan di atas, terlihat

Wang

Lung

sangat

kecewa

melihatkaki istrinya sangat besar. Hal itulah yang kemudian membuat

Wang

Lung berpaling ke wanita lain. Kakinya yang besar, tidak mencirikan penampilan fisik wanita yang cantik. KESIMPULAN Dalam

sistem

keluarga

yang

patriarkat seperti di Cina, kedudukan seorang perempuan selalu berada di bawah 25

Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

kedudukan

laki-laki,

selalu

perempuan bernama O-Lan pada novel ini.

menjadi yang utama. Hal ini terbukti

Tokoh O-Lan dalam novel The Good

dengan adanya perlakuan yang berbeda

Earth ini digambaran sebagai perempuan

antara

Cina tradisional yang sangat bersikap

laki-laki

laki-laki

dan

perempuan.

Banyaknya aturan-aturan, norma dan adat

sesuai

yang ketat harus dijalankan oleh para

kedudukan dia sebagai seorang istri, ibu

perempuan

ini

dan menantu di dalam keluarga suaminya.

membuat mereka terkungkung, tidak bebas

Sebagai seorang istri, O-Lan sangat patuh

dalam mengekspresikan perasaan dan

dan tunduk kepada suaminya, dia tidak

pemikiran-pemikiran mereka. Ini terlihat

pernah membantah apa yang suaminya

dengan adanya San Cong (三从) dan Si De

katakan. O-Lan tidak pernah menuntut

( 四 德 ) yang harus dimiliki oleh

apapun dari suaminya, tidak banyak bicara,

perempuan. Ditambah lagi dengan adanya

tidak pernah mengeluh saat membantu

konsep Yin Yang yang ditafsirkan para

suaminya di sawah, pandai mengurus

filsuf Cina bahwa perempuan itu negatif

keperluan rumah tangga dengan sangat

dan laki-laki itu positif makin membuat

baik. Tak hanya itu, O-Lan juga mampu

kedudukan perempuan di bawah laki-laki.

memberikan keturunan berupa anak laki-

Cina

tradisional.

Hal

dengan statusnya dan tahu betul

laki di dalam keluarga suaminya. Seperti Kehidupan

Cina

yang kita tahu, bahwa di dalam masyarakat

tradisional memang begitu sulit, mereka

Cina memiliki seorang anak laki-laki

harus

merupakan suatu keharusan sebagai bentuk

mengeluarkan

perempuan

perjuangan

yang

sangat besar hanya untuk mendapatkan

wujud bakti terhadap leluhur mereka.

pengakuan dan sedikit kedudukan di dalam keluarganya, baik itu keluarga kandungnya

DAFTAR ACUAN

maupun keluarga suaminya. “Pembalutan

BUKU

kaki” atau footbinding yang juga sebagai tanda tidak bebasnya seorang perempuan, semakin membuat

kehidupan seorang

Baker, Hugh. 1948. Chinese Family and Kinship in Tradisional Chinese. Cambridge: Cambridge University Press

dan

Budisutrisna. 2009. Filsafat Kebudayaan Confucius. Jogjakarta: Kepel Press

Gambaran kehidupan perempuan

Buck, S. Pearl. 2008. The Good Earth atau Bumi yang Subur, diterjemahkan oleh Irina M Susetyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

perempuan

benar-benar

sulit

menderita.

Cina tradisional yang tersebut di atas telihatmemang terlihat pada tokoh utama

26 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Chang ,Jung. 2005. Angsa-angsa Liar: Tiga Putri Cina, trj. Honggo Wibisana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Chu Chai & Winberg Chai. 1962. The Changing Society of China. New York: The New American Library of World Literature De Beauvoir, Simone. 2003. The Second Sex, Book One: Facts and Myths, atau Second Sex. Fakta dan Mitos. terj.Toni B. febriantono. Surabaya: Pustaka Promethea

Lucas, Christhoper. 1965. Women of China. Hongkong: Dragon Fly Books Marjorie, Topley. 1978. “Marriage Resistance in Rural Kwang Tung,” in A.P. Wolf at Studies in Chinese Society. Stanford: Stanford University Press Soothill, William Edward. 1973. The Three Religions of China. London: Oxford University Press

Ebrey, Patricia Buckley. 1991. Marriage and Inequality in Chinse Society. Berkeley: University of California Press

To Thi Anh. 1975. Eastern and Western Cultural Values: Conflict or Harmony?. University of Virginia: East Asian Pastoral Institute

Fridolin Iwan, ”Ding Ling dan Kritik Kesadaran Feminis”, dalam Jurnal Perempuan,3, Mei/Juni 1997

Van Gulik, R.H. 1974. Sexual Life in Ancient China. Leiden: E.J Brill

Hung, William S.H. 1934. Outline of Modern Chinese Law. Shanghai: N.Pub James Legge. 1939. The World of Mencius: The Chinese Classic II. part 2. Book III, part I, chap II. New York: Dover Publication, Inc.

Yang, C.K. 1957. Religion in Chinese Society: A Study of Contemporary Social Function of Religion and Some of Their Historical Factors. Berkeley: California University Press PUBLIKASI ELEKTRONIK

Lang, Olga. 1946. Chinese Family and Society. New Heaven: Yale University Press

http://www.amazon.com/Good-EarthBook-Club/dp/0743272935 diakses pada 24 Mei 2014pukul 09.05 Wib

Lin, Yutang. 1939. My People and My Country. New York: The John Day Company

http://slaveryinjustice.wordpress.com/slav ery-in-ancient-china/diakses pada 24 Mei 2014 pukul 10.11 Wib

27 Gambaran kehidupan…,Yurie Agita, FIB UI, 2014

Similar documents

digital_2015-4_20392702-MK-Yurie Agita

Billy Jonathan - 1.8 MB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]