Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Karakteristik Ekstrak Bakteri Berasosiasi dengan Eucheuma cottonii Doty yang Memiliki Aktivitas Antimikroba Characteristics of Antimicrobial Activity of Eucheuma cottonii Doty-Associated Bacteria Extracts Risa Nofiani*1, Kadarisno1, Daryati2, Ajuk Sapar1 1
2
Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Tanjungpura Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Diterima 21 Agustus 2009/ Disetujui 3 November 2009
Abstract Marine organisms-associated bacteria have a potential source of antimicrobial compounds. The aim of the research was to find out characteristics of antimicrobial activity of E. cottonii Doty-associated bacteria extracts and their genus from Lemukutan Island, Kalimantan Barat. Five of 11 isolates showed antimicrobial activity namely Flavobacterium sp. K08, Alteromonas sp. K09, Bacillus sp. K10, Klebsiella sp. K11, and Pseudomonas sp. K12. Furthermore, their secondary metabolites were extracted with methanol. The characteristic of the best bacteria extracts minimum inhibitory concentrations (MICs) for Escherichia coli, Bacillus spaericus, Staphylococcus epidermidis, and Candida tropicalis were obtained from bacteria extract of Bacillus sp. K10 (250 µg/disc), Bacillus sp. K10 (750 µg/disc), Pseudomonas sp. K12, (500 µg/ disc), and Alteromonas sp. K09 (1,500 µg/disc) respectively. Keywords: antimicrobial activity, Alteromonas sp., E. cottonii Doty, Flavobacterium sp., Pseudomonas sp.
PENDAHULUAN Laut berpotensi besar menghasilkan senyawa kimia baru yang memiliki berbagai aktivitas biologis. Salah satu sumber penghasil senyawa kimia dari laut adalah bakteri laut. Umumnya bakteri laut yang hidup berasosiasi dengan organisme laut memiliki probabilitas lebih besar dalam menghasilkan senyawa dengan berbagai aktivitas biologis dari pada bakteri laut yang hidup secara bebas. Asosiasi bakteri dengan organisme laut dapat mempengaruhi proses metabolisme bakteri. Beberapa hal yang menyebabkan ini terjadi adalah kompetisi hidup yang tinggi antar bakteri dan keterbatasan nutrisi (MearnsSpragg et al.1998). Kondisi ini dapat menginduksi bakteri untuk menghasilkan senyawa dengan berbagai aktivitas biologis, misalnya antimikroba. Bakteri yang tidak menghasilkan senyawa antimikroba dapat menghasilkan senyawa antimikroba jika tumbuh pada organisme laut atau bersama dengan bakteri lain (Armstrong et al. 2001). Produksi senyawa antimikroba merupakan salah satu cara bakteri beradaptasi terhadap lingkungan dalam upaya bakteri mempertahankan diri dari bakteri lain dan inangnya. *
Korespondensi: Risa Nofiani, Jl. A. Yani, Pontianak, FMIPA Universitas Tanjungpura, email:
[email protected]
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
144
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Umumnya bakteri yang diisolasi dari organisme laut menghasilkan senyawa antimikroba. Bakteri Pelagiobacter variabilis dari alga Pocokiella variegata menghasilkan antibiotik phenazine baru, yaitu pelagiomisin yang dapat menghambat aktivitas bakteri Gram positif dan negatif (Imamura et al. 1997). Bakteri laut D2 telah diisolasi dari Ciona intestinalis diketahui menghasilkan senyawa ekstraseluler berupa protein baru, 190 kDa (James et al. 1996). Senyawa ini dapat membunuh larva invertebrata Balamus amphitrite dan C. intestinalis dan memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri Pseudoalteromonas ulvae sp. dari alga Ulva lactuca. menghasilkan senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan larva B. amphitrite, spora U. lactuca, dan alga merah Polysiphonia (Egan et al. 2001). Bakteri Pseudomonas sp. yang diisolasi dari alga merah Ceratodyction spongiosum menghasilkan senyawa 2,4-diasetilfloroglusinol (Isnansetyo et al. 2001). Senyawa ini menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik ekstrak bakteri dan mengetahui genus bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba dari alga laut E. cotoniii Doty dari perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat. Karakterisasi ekstrak bakteri yang dilakukan meliputi KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan daya kerja antimikroba. METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Oktober 2006, bertempat di perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat, Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura, Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Laboratorium Kesehatan Pontianak dan Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu: agar (Fisons), air laut, akuades, antibiotik (kanamisin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan streptomisin), bromthymol blue, decarboxylase broth base Moeller (Sigma), dimetil-p-fenildiamin hidroklrorida (Merck), DL-lisin, DL-arginin, DLornitin, etanol teknis, etanol 95% (Merck), glukosa (Merck), H2O2 (Merck), Gram’s iodine mordant, Hugh and Leifson’s agar (Sigma), Kligler’s iron agar (KIA, Oxoid), Kovac’s reagent (Merck), kristal violet (Merck), laktosa (Merck), maltosa (Merck), manitol (Merck),
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
145
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
MIO (Sigma), metanol teknis, NaCl (Merck), NaOH (Merck), nutrient agar (Oxoid), ZoBell 2216E, parafin, peptone water (Difco), potato dextrose agar (Oxoid), sakarosa (Merck), safranin (Merck), Simmon’s citrate agar (Sigma), dan urea Christensen (Sigma). Mikroba uji yang digunakan adalah Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa (hadiah dari Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak). Escherichia coli DH5α merupakan hadiah dari Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung. Candida tropicalis dan Bacillus sphaericus merupakan strain koleksi Risa Nofiani. Peralatan yang digunakan adalah botol kaca steril cawan petri, inkubator, jangka sorong, optical dencity (OD600), vorteks dan rotary evaporator. Lingkup Penelitian Sampling Alga E. cottonii Doty Sampel E. cottonii Doty diperoleh pada tanggal 9 Maret 2006 dari perairan Pulau Lemukutan, Kalimantan Barat. Kondisi air laut pada saat sampling memiliki suhu 30 oC, salinitas 32‰, dan pH 7,2. Sampling dilakukan dengan memotong bagian alga, lalu dimasukkan ke dalam botol kaca steril yang berisi air laut. Botol kaca disimpan dalam kotak es dan dibawa ke laboratorium. Saat sampling alga, ditentukan suhu, pH, salinitas, dan kedalaman alga dari permukaan laut. Alga yang diperoleh selanjutnya dilakukan determinasi. Penyiapan Sampel Alga Laut E. cottonii Doty Sampel E. cottonii Doty dipotong dengan panjang 1-2 cm kemudian dibilas dua kali dengan air laut steril 25 mL. Potongan alga dimasukkan ke dalam 10 mL air laut steril dan dikocok dengan mengunakan alat vorteks selama 5 menit. Suspensi bakteri yang dihasilkan selanjutnya diencerkan secara berseri menggunakan air laut steril. Isolasi Bakteri Berasosiasi dengan Alga Laut E. cottonii Doty Isolasi bakteri berasosiasi dengan E. cottonii Doty dilakukan dengan metode tuang pada media padat ZoBell 2216E yang dimodifikasi (Z). Media Z terdiri atas: pepton 5 g/L, ekstrak ragi 1 g/L, agar 15 g/L agar, dan air laut hingga 1 L. Sebanyak 1 mL suspensi bakteri dari hasil pengenceran diinokulasi ke dalam cawan petri kemudian dituangkan media padat ZoBell 2216E (suhu 50 oC) dan diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. Bakteri diisolasi berdasarkan perbedaan diameter, warna, bentuk, elevasi, dan tepian koloni yang tumbuh.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
146
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Penapisan Aktivitas Antimikroba Penapisan aktivitas antimikroba isolat bakteri dilakukan pada berbagai media padat yaitu: media ZoBell Z, 1/2 Z, 1/10 Z (Z-1), dan 1/10 Z yang diperkaya dengan glukosa 0,1% (Z-1G). Penapisan aktivitas antimikroba dilakukan dengan menginokulasi isolat bakteri sehingga terbentuk lingkaran dengan diameter 5-6 mm pada media padat ZoBell 2216E dan diinkubasi pada temperaur 30 oC selama 48 jam. Selanjutnya cawan petri tersebut diinokulasi suspensi mikroba uji (500 ìL biakan mikroba uji umur 24 jam disuspensikan dalam 50 mL larutan NaCl 0,9% steril) dengan menggunakan alat semprot dan diinkubasi pada 30 oC selama 48 jam. Bakteri yang menunjukkan aktivitas antimikroba ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri. Zona bening diukur dari tepi koloni bakteri dengan tepi koloni mikroba uji. Alat ukur yang digunakan adalah jangka sorong dengan ketelitian 0,5 mm. Ekstraksi Metabolit Sekunder Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba Sebanyak 200 ìL kultur bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba dengan optical dencity (OD600) = 0,6 disebarkan pada media padat sesuai dengan media hasil penapisan dan diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. Media padat selanjutnya dipotong (2x2 cm) dan direndam dengan metanol selama 48 jam. Ekstrak metanol disaring dan filtrat selanjutnya dipisahkan dari sisa media dengan sentrifugasi pada kecepatan 5.000 x g selama 15 menit. Supernatan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak yang diperoleh akan digunakan untuk uji aktivitas antimikroba. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakteri Uji aktivitas antimikroba ekstrak bakteri terhadap bakteri uji dilakukan dengan menggunakan metode difusi kertas cakram (Suganda et al., 2005). Kertas cakram dijenuhkan dengan ekstrak bakteri pada konsentrasi tertentu dan diletakkan di permukaan media nutrient agar (NA) yang telah diinokulasi dengan suspensi mikroba uji. Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,5 mm. Uji aktivitas antimikroba ekstrak bakteri terhadap jamur uji dilakukan seperti pada bakteri uji, tetapi media yang digunakan adalah media potato dextrose agar (PDA) dan diinkubasi pada suhu 30 oC selama 48 jam
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
147
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Bakteri Penentuan KHM ekstrak bakteri dilakukan dengan cara menjenuhkan kertas cakram dengan ekstrak bakteri pada berbagai konsentrasi. Selanjutnya kertas cakram diletakkan di permukaan media NA yang telah dioles mikroba uji dan diinkubasi pada suhu 30 oC selama 24 jam. Konsentrasi terendah ekstrak bakteri yang dapat menghambat mikroba uji ditetapkan sebagai KHM ekstrak bakteri. Penentuan KHM ekstrak bakteri untuk jamur uji dilakukan seperti pada penentuan KHM ekstrak bakteri untuk bakteri uji, tetapi media yang digunakan adalah media PDA dan diinkubasi pada suhu 30 oC selama 48 jam. Uji Bakteriostatik/Fungistatik dan Bakteriosida/Fungisida Uji bakteriostatik dan bakteriosida dilakukan dengan menggoreskan ose pada bagian zona hambat kemudian ose tersebut digoreskan ke media NA dan diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 24 jam. Jika pada media NA tumbuh bakteri uji maka diduga ekstrak metabolit
sekunder bakteri tersebut bersifat bakteriostatik. Jika pada media NA tidak tumbuh bakteri uji maka diduga ekstrak metabolit sekunder bakteri tersebut bersifat bakteriosida. Uji fungistatik dan fungisida dilakukan dengan menggoreskan ose pada bagian zona hambat kemudian ose tersebut digoreskan ke media PDA dan diinkubasi pada suhu 30 oC selama 48 jam. Jika pada media PDA tumbuh jamur uji maka diduga ekstrak metabolit sekunder bakteri tersebut bersifat fungistatik. Jika pada media PDA tidak tumbuh jamur uji maka diduga ekstrak metabolit sekunder bakteri tersebut bersifat fungisida. Identifikasi Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba Identifikasi bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba dilakukan dengan sistem Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994). Uji yang dilakukan meliputi pewarnaan Gram, uji fermentasi karbohidrat, uji pembentukan indol, uji produksi H2S, uji penggunaan sitrat, uji urease, uji dekarboksilase, uji oksidasi-fermentasi, uji oksidase, uji katalase, dan uji KIA. Uji untuk pengaruh konsentrasi NaCl terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan pada media padat ZoBell 2216E dengan variasi konsentrasi NaCl (0,0-3,5 M). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengenceran sampel E. cottonii 10-3 menghasilkan 1,82 x 105 CFU/mL (colony forming unit/mL). Berdasarkan perbedaan diameter, warna, bentuk, elevasi, dan tepian koloni bakteri diperoleh 11 isolat (Tabel 1). Selanjutnya 11 isolat dilakukan penapisan
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
148
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
aktivitas antimikroba dengan menggunakan 4 jenis media, yaitu: media Z, 1/2 Z, Z-1, dan Z-1G. Hasil penapisan menunjukkan bahwa 5 dari 11 isolat menunjukan aktivitas antimikroba pada media Z-1G (Tabel 2). Berdasarkan media yang digunakan ternyata 5 isolat memiliki aktivitas antimikroba pada media ZoBell 2216E miskin yang diperkaya dengan glukosa (Z-1G). Glukosa pada media Z -1G diduga berperan sebagai induser bakteri dalam menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antimikroba, meskipun glukosa merupakan prekursor metabolit primer. Tabel 1. Ciri-Ciri Isolat Bakteri Berasosiasi dengan E. cottonii Doty Ciri-ciri Koloni
Kode Diameter (mm) K01 K02 K03 K04 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12
Warna
Bentuk
Putih Putih susu Putih Putih susu Putih susu Putih susu Putih susu Putih Putih Putih susu Putih susu
0,5 1,0 1,0 <0,5 1,5 2,0 2,0 1,5 1,0 1,0 1,5
Elevasi
Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar Bundar
Tepian
Cembung Cembung Seperti tetes Cembung Seperti kawah Cembung Timbul Timbul Cembung Timbul Cembung
Licin Licin Licin Licin Licin Licin Licin Licin Licin Licin Licin
Tabel 2. Aktivitas Antimikroba Isolat Bakteri Berasosiasi dengan E. cottonii Doty Aktivitas Antimikroba
Kode Bakteri
K01 K02 K03 K04 K06 K07 K08 K09 K10 K11 K12
Media Z
Media ½ Z
Media 1/10 Z
Media 1/10ZG
EC BS SE PS CT
EC BS SE PS CT
EC BS SE PS CT
EC BS SE PS CT
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+ + + -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - + - + + - - - + - - + - -
Keterangan: (+) positif, (-) negatif, SE: S. epidermidis, EC: E. coli, PA: P. aeruginosa, BS: B. sphaericus
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
149
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Penambahan prekursor metabolit primer dapat meningkatkan metabolit sekunder (Barry and Wainwright 1997). Induksi prekursor metabolit primer yang digunakan adalah α-ketoglutarat, β-ketoglutarat, glukosa, dan oksaloasetat. Bakteri laut #J292/97 diinokulasi dalam berbagai media yaitu: Marine Broth Difco (MB), MB yang diencerkan 10X (MB 1:9), MB 1:9 yang disuplemen dengan 0,1% α-ketoglutarat, MB 1:9 yang disuplemen dengan 0,1% β-ketoglutarat, MB 1:9 yang disuplemen dengan 0,1% glukosa, MB 1:9 yang disuplemen dengan 0,1% oksaloasetat. Media pertumbuhan yang disuplemen dengan prekursor siklus TCA (Tricarboxylic acid) yaitu α-ketoglutarat dan oksaloasetat akan menginduksi senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba. Pseudomonas fluorescens HV37a mensintesis antibiotik dalam keberadaan glukosa (Gutterson et al., 1988). Konfirmasi aktivitas antimikroba untuk kelima isolat tersebut dilakukan dengan membuat ekstrak bakteri dan menguji aktivitas antimikroba. Hasilnya adalah aktivitas antimikroba kelima isolat tersebut sama dengan hasil penapisan aktivitas antimikroba (Tabel 3). Ekstrak bakteri K12 memiliki daya antibakteri paling kuat terhadap S. epidermidis Tabel 3. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Bakteri Berasosiasi dengan Eucheuma cottonii Doty Ekstrak Bakteri Konsentrasi ekstrak Diameter Hambat Rata-rata (mm) tiap Mikroba (µg/disk) E. coli B. spaericus S. epidermidis C. tropicalis 11,75 1.700 K08 11,00* 7,83 1.000 K09 8,50 10,00 1.000 K10 9,50 1.000 K11 10,50 1.000 K12 Keterangan:- = tidak diuji, * = konsentrasi ekstrak bakteri 2.000 µg/disk
Tabel 4. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Bakteri Berasosiasi dengan E. cottonii Doty KHM Ekstrak Bakteri (µg/disk)
Ekstrak Bakteri K05 K08 K09 K10 K11 K12
E. coli
B. spaericus
S. epidermidis
750 250 -
250 750 -
1.250 750 1.000 500
Keterangan: - = tidak diuji
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
150
C. tropicalis 1.250 1.500 -
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
dibandingkan dengan ekstrak bakteri lain. Setiap 1.000 µg/disk ekstrak bakteri K12 dapat menghambat S. epidermidis dengan diameter hambat sebesar 10,50 mm (Tabel 3). Nilai KHM ekstrak bakteri K12 terhadap S. epidermidis menunjukkan paling kecil dibandingkan dengan nilai KHM ekstrak bakteri lain yaitu 500 µg/disk (Tabel 4). Nilai KHM menunjukkan konsentrasi ekstrak terkecil yang masih menghambat mikroba uji. Jika nilai KHM makin kecil maka aktivitas antimikroba ekstrak bakteri tersebut makin besar. Daya kerja antimikroba ekstrak bakteri berasosiasi dengan E. cottonii dapat diketahui melalui uji bakteriostatik/fungistatik dan bakteriosida/fungisida. Berdasarkan hasil uji bakteriostatik/fungistatik dan bakteriosida/fungisida ekstrak bakteri yang telah dilakukkan, ekstrak bakteri K12 bersifat bakteriosida terhadap S. epidermidis. Ekstrak bakteri K05 dan K09 bersifat fungistatik terhadap C. tropicalis. Ekstrak bakteri lain bersifat bakteriostatik terhadap bakteri uji yang peka terhadap ekstrak bakteri tersebut (Tabel 5). Hasil uji morfologi dan uji biokimia bakteri ditunjukkan pada Tabel 6. Berdasarkan uji morfologi dan uji biokimia yang telah dilakukan terhadap bakteri yang memiliki aktivitas antimikroba maka ditentukan genus bakteri tersebut. Hasil identifikasi yang dilakukan menurut sistem Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk isolat bakteri K08, K09, K10, K11, dan K12 diduga adalah Flavobacterium sp., Alteromonas sp., Bacillus sp., Klebsiella sp., dan Pseudomonas sp. secara berturut-turut. KESIMPULAN Kemampuan bakteri dalam menghasilkan senyawa antimikroba di laboratorium dipengaruhi oleh media. Lima dari 11 bakteri berasosiasi E. Cottonii Doty menunjukkan aktivitas antimikroba pada media Z-1G. Ekstrak metanol bakteri Flavobacterium sp. K08, Tabel 5. Spektrum Kerja Antimikroba Ekstrak Bakteri berasosiasi dengan E. cottonii Doty Daya Kerja Ekstrak Bakteri
Ekstrak Bakteri K08 K09 K10 K11 K12
E. coli Bakteriostatik -
B. spaericus Bakteriostatik -
Keterangan: - = tidak diuji
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
151
S. epidermidis Bakteriostatik Bakteriostatik Bakteriostatik Bakteriosida
C. tropicalis Fungistatik -
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Tabel 6. Karakteristik Isolat Bakteri Berasosiasi dengan E. cottonii Doty yang Memiliki Aktivitas Antimikroba Kode Bakteri Karakteristik Bentuk Pewarnaan Ukuran (m) Motilitas Fermentasi : Glukosa Laktosa Manitol Maltosa Sakarosa Indol Dekarboksilase: Lisin Arginin Ornitin OF KIA Produksi H2S Penggunaan sitrat Urease Oksidase Katalase Toleransi NaCl NA Mac Conkey Agar Blood Agar BHI SS Agar
K08 Batang/ Basil Gram Negatif 0,7-1,0x3,0-4,0 Nonmotil
K09 Batang/Basil Gram Negatif 0,7-1,1x2,1-4,0 Motil
K10 Batang/Basil Gram Negatif 0,9-1,1x4,1-6,0 Motil
K11 Batang/Basil Gram Negatif 0,7-1,1x1,5-2,8 Nonmotil
K12 Batang/Basil Gram Negatif 0,8-1,1x2,5-3,5 Motil
+ + + -
+/-
+ + + + + -
+, gas + + + + -
+ -
K/K + + + 0,1-3,0 M + + + -
K/+ + 0,1-0,5M + + + -
A/A + 0,05-1,5 M + + + -
+ F K/A + + + 0,1-2,5M + + + + +
+ O K/K + + + + 0,1-3,0M + + + + +
Keterangan: + : tes positif, - : tes negatif, K : basa, A : Asam, F : Fermentatif, O : oksidatif
Alteromonas sp. K09, Bacillus sp. K10, Klebsiella sp. K11, dan Pseudomonas sp. K12 menunjukkan tingkat aktivitas antimikroba relatif lemah untuk berbagai mikroba uji. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Fajarianto, M.P. yang telah membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Armstrong E, Yan L, Boyd KG, Wright PC, Burgess JG. 2001. The Symbiotic Role of Marine Microbes on Living Surfaces. Hydrobiologia 461: 37-40.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
152
Ekstrak Bakteri yang Memiliki Aktivitas Antimikroba
Nofiani R, Kadarisno, Daryati, Sapar A
Barry KJ, Wainwright NR. 1997. Biosynthetic Induction of a Secondary Metabolites by a Marine Bacterum under Nutritional Stress: Potential Role of the Incomplete Oxidation of an Organic Acid. Bioll Bull 193:274-275. Cruger W, Cruger A. 1989. Biotecnology:a text book of industrial microbiology. Sunderland:Sinaver Associates. Egan S, Holmstrom C, Kjellberg S. 2001. Psudoalteromonas ulvae sp. nov., a Bacterium with Antifouling Activites Isolated from the Surface of a Marine Alga. International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology 51:1499-1504. Gutterson N, Ziegle JS, Warren GW, Layton TJ. 1988. Genetic Determinants for Catabolite Induction of Antibiotic Biosynthesis in Pseudomonas fluorescens HV37a. Journal Bacteriology 170:380-385. Holt JH, Kreig NR, Sneath PHA, Staley JT, Williams ST. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology ed. 9. Maryland: Williams and Wilkins. Imamura N, Nishijima M, Takadera T, Adachi K. 1997. New Anticancer Antibiotics Pelagiomicins Produced by a New Marine Bacterium Pelagiobacter variabilis. Journal Antibiotic 50(1):8-12. Isnansetyo A, Horikawa M, Kamei Y. 2001. In Vitro Anti-Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Activity of 2,4-diacetylphloroglucinol Produced by Pseudomonas sp. AMSN Isolated from a Marine Alga. Antimicrob Chemother 47:724725. James SG, Holmstrom C, Kjelleberg S. 1996. Purification and Characterization of a Novel Antibacterial Protein from the Marine Bacterium D2. Applied and Environmental Microbiology 62(8):2783-2788. Johnson L F, Curl EA, Bond JH, Fribourg HA. 1960. Methods and Studying: soil microfloraplants disease relationships. America: Burgess Publishing Company. Mearns-Spragg A, Bregu M, Boyd KG and Burgess JG. 1998. Cross-species Induction and Enhancement of Antimicrobial Activity Produced by Epibiotic Bacteria from Marine Algae and Invertebrates, after Exposure to Terrestrial Bacteria. Letter Applied Microbiology 27:142-146. Suganda AG, Sukandar EY, Catarina E. 2005. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Beberapa Tumbuhan suku Malvaceae. Acta Pharmaceutica Indonesia 30(2):54-58.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol XII Nomor 2 Tahun 2009
153