Penuntun Praktikum TF Steril 2018-converted

  • Uploaded by: Jimin's Telescope
  • Size: 687 KB
  • Type: PDF
  • Words: 8,202
  • Pages: 62
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

PENUNTUN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Oleh : INSAN SUNAN K. ARIF BUDIMAN MARLINE ABDASSAH DOLIH GOZALI PATIHUL HUSNI

Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril Jatinangor 2018

KATA PENGANTAR Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril dengan bobot 1 SKS diselenggarakan pada setiap semester sebanyak 12 kali praktikum, satu kali satu minggu dengan waktu tiga (tiga) jam. Praktikum dilaksanakan dalam dua tahap : 1. Tahap pertama sebanyak 9 kali praktikum (9 lembar kerja). Sebelum praktikum, semua tahapan kerja diterangkan oleh instruktur yang bertugas. 2. Tahap kedua sebanyak 2 kali praktikum, masing-masing satu lembar kerja (formula) yang diberikan langsung kepada praktikan sebelum melakukan praktikum. Pada akhir praktikum diadakan diskusi dengan instruktur yang bertugas mengenai penyelesaian formula yang sudah dikerjakan. 3. Tahap Ujian, yaitu 1 kali ujian akhir. Demikian penuntun praktikum ini disusun agar mahasiswa dapat menyelesaikan tugas praktikum di Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril dengan hasil yang optimal.

Jatinangor, Agustus 2018

Penyusun

1 - Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril 2018 -

TATA TERTIB PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL 1. Sebelum praktikum dimulai, diadakan responsi oleh instruktur praktikum untuk 9 kali praktikum, selanjutnya diberikan formula langsung. 2. Semua praktikan diwajibkan mengikuti responsi dan harus berada di ruangan praktikum paling lambat 10 menit sebelum responsi dimulai. 3. Bila praktikan tidak dapat mengikuti praktikum, yang bersangkutan harus melapor kepada instruktur praktikum. 4. Bila praktikan tidak mengikuti praktikum lebih dari dua kali dengan alasan/tanpa alasan, tidak boleh mengikuti ujian akhir praktikum. 5. Praktikan harus menggunakan sarung tangan, masker, tutup kepala, jas lab., dan sandal jepit dan membawa lap bersih. 6. Selama praktikum berjalan, praktikan tidak diperbolehkan ke luar ruangan praktikum, kecuali atas izin instruktur praktikum. 7. Setelah selesai melakukan praktikum, praktikan harus membereskan dan mengembalikan alat-alat praktikum serta membersihkan ruangan praktikum, mematikan lampu/gas, air dan oven. 8. Setiap praktikan diharuskan membuat laporan setiap hasil praktikum, paling lambat seminggu setelah selesai praktikum untuk modul tertentu.

LANGKAH KERJA YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL I.

FORMULA Baca seksama formula apa yang akan dibuat.

II.

SPESIFIKASI A. Bahan berkhasiat Meliputi : - pemerian bentuk fisik - kelarutan - titik leleh/lebur (sebutkan referensinya darimana) B. Dosis Meliputi : - Dosis Lazim Adalah dosis sediaan yang lazim dibuat. Sediaan parenteral dapat dilihat di Farmakope Indonesia, Martindale, Fornas dll. Sediaan obat tetes mata dapat dilihat di Vandemikum Belanda, Fornas, USP dll. - Dosis Maksimum Sediaan parenteral dapat dilihat di Farmakope Indonesia. Untuk dosis tunggal dasar perhitungannya adalah satu hari satu kali satu ampul. Untuk dosis ganda (multiple dose) dasar perhitungannya adalah satu hari satu kali satu mililiter. C. Daftar Obat - Obat keras - Obat keras terbatas - Obat bebas Dasarnya adalah Peraturan Pemerintah/Menkes RI (Peraturan Undang-Undang Farmasi)

D.

Sediaan Obat Meliputi : - Pemerian : apakah dalam bentuk larutan, suspensi atau salep dll. - Stabilitas i. OTT : Ditulis OTT yang berhubungan dengan formulasi, bukan dengan obat (farmakologi). Bisa ada penjelasan yang diperlukan untuk mengatasi OTT tersebut. ii. pH : Yang dimaksudkan adalah pH stabilitas. Dijelaskan perlu tidaknya pemakaian Buffer dan sebagainya.

iii.

Pengawet : meliputi : - jenis dan banyaknya pengawet yang dipakai - kombinasi pengawet iv. Antioksidan : Meliputi : - Air bebas O2/air bebas CO2 - Jenis dan banyaknya antioksidan yang dipakai - Penggunaan gas inert - Terlindung dari cahaya - Wadah berwarna v. Stabilisator : Meliputi :  Perlu tidaknya penambahan zat stabilisator dan dijelaskan sebabnya  Jenis stabilisator dan banyaknya  Fungsinya, misalnya Dinatrii Edetas : untuk mengikat logam berat; mencegah perubahan warna larutan; memperkuat kerja pengawet (Tulis referensinya) -

Tonisitas Meliputi : - Kelengkapan harga E (Ekivalensi NaCl yang diperlukan agar larutan isotonis), tb (derajat penurunan titik beku), C (konsentrasi zat). (Referensinya ditulis)

-

Perhitungan : dengan rumus penurunan titik beku; Ekivalensi NaCl.

Untuk sediaan parenteral harus isotonis atau sedikit hipertonis. Tonisitas untuk obat tetes mata terletak antara 0,6% - 1,5%. III.

STERILISASI A. Alat-alat Dituliskan semua alat yang dipergunakan dalam membuat formula yang diminta. Disebutkan cara sterilisasinya dan waktu sterilisasi yang diperlukan. B. Sediaan Obat Formularium Nasional edisi II : A. Pemanasan dalam otoklaf - Volume larutan kurang dari 100 ml, 115o – 116o C, 30 menit - Volume larutan lebih dari 100 ml, waktu pemanasan diperpanjang B. Pemanasan dengan bakterisida - Volume larutan tidak lebih dari 30 ml, 98o – 100o C (U.A.M.), 30 menit

- Volume larutan lebih dari 30 ml, waktu pemanasan diperpanjang C. Penyaringan dengan bakteri filter steril, dikerjakan secara aseptik D. Pemanasan kering (dalam oven) 120o C  2 jam; 150o C 1 jam; 170o C  ½ jam. PDA Technical Monograph (2005) a. Overkill Method Metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121 ºC selama 15 menit b. Bioburden Sterilization Adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6. Secara aseptik : masing masing zat yang dapat disterilkan harus dilakukan rp ( resenter paratus) misal pada pembuatan salep mata, basis salep disterilkan dengan pemanasan kering, zat aktif yang tidak tahan panas dicampurkan dalam mortir yang telah disterilkan terlebih dulu. (Tulis referensinya) IV.

FORMULA LENGKAP Di sini dituliskan semua komponen dan jumlahnya, dapat dalam satuan berat maupun prosen. Bila satuan dalam prosen, banyaknya pembawa tidak perlu disebutkan jumlahnya.

V.

PENIMBANGAN Untuk ampul selalu dibuat 2 ampul berlebih. Untuk larutan infus(100 ml – lebih) ditambahkan 5%. Volume larutan yang dibuat dibulatkan dengan kelipatan 5 keatas. Penimbangan minimal adalah 10 mg. Untuk jumlah yang kecil selalu dilakukan pengenceran.

VI.

PROSES PENGOLAHAN Dituliskan dengan ringkas tahapan-tahapan dalam membuat formula tersebut. Waktu sterilisasi, pemanasan, penambahan larutan asam atau basa dan pengujian pH larutan harus diparaf pengawas.

VII.

ETIKET DAN LABEL Pada etiket harus tercantum : - Nama pabrik - Nomor batch - Tanggal pembuatan

-

Volume wadah Komposisi, ditulis penuh sesuai dengan nama resmi dan jumlahnya - Cara pemakaian dan Waktu kadaluarsa Untuk label obat keras : “HARUS DENGAN RESEP DOKTER”

DAFTAR TABEL 1. Daftar Pengawet 2. Daftar Volume yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral 3. Daftar Anti Oksidan 4. Daftar Dapar Untuk Larutan Parenteral

MODUL-MODUL PRAKTIKUM 1.

Praktikum I

Modul Pengenalan Alat dan Sterilisasi dan Modul Sterilisasi Ruang

2.

Praktikum II

Modul Injeksi Kering dan Uji Sterilitas

3.

Praktikum III

Modul Sediaan Injeksi Pembawa Air

4.

Praktikum IV

Modul Sediaan Tetes Mata Pembawa Air

5.

Praktikum V

Modul Sediaan Injeksi Pembawa Non Air/Emulsi/Suspensi

6.

Praktikum VI

Modul Sediaan Infus

7.

Praktikum VII

Modul Uji Pirogenitas

8.

Praktikum VIII

Modul Sediaan Salep/Krim Steril

9.

Praktikum IX

Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian

10. Praktikum X

Modul Tanpa Responsi/Latihan Ujian

11. Praktikum XI

Ujian

Tabel 1 : Senyawa Bakterisida yang dipakai sebagai Bahan Pengawet untuk Larutan Parenteral dengan Pembawa Air Nama Zat Benzalkonium klorida

Kadar yang biasa dipakai (%) 0,01

Benzethonium klorida

0,01

Klorheksidin

0,05

Benzilalkohol

1,0

Fenilalkohol

0,5

Klorobutanol

0,5

Klorokresol

0,3

Kresol

0,5

Metil paraben

0,02

Propil paraben

0,5

Fenol

0,5

Bromopol

0,5

Fenilmerkurinitrat

0,002

Thiomersalat

0,01

Tabel 2 : Volume Tambahan yang dianjurkan untuk Sediaan Parenteral (FI IV 1995) Volume pada etiket 0,5 ml

Cairan Encer 0,10 ml

Cairan Pekat 0,12 ml

1,0 ml

0,10 ml

0,15 ml

2,0 ml

0,15 ml

0,25 ml

5,0 ml

0,30 ml

0,50 ml

10,0 ml

0,50 ml

0,70 ml

20,0 ml

0,60 ml

0,90 ml

30,0 ml

0,80 ml

1,20 ml

50,0 ml atau lebih

2%

3%

Tabel 3 : Daftar zat anti oksidan yang dipakai dalam Sediaan Parenteral Kadar maksimum yang dianjurkan ( mgram /100 ml) 100

Senyawa Asam askorbat Ester asam askorbat

15

Crytein

500

Natriibisulfit

150

Natrii metabisulfit

150

Natrii formaldehid sulfoxilat

100

Aseton Sodium bisulfit

200

Etilendiamin tetraasetikacid (EDTA) dan garamnya

50

Asam sitrat

100

Butilated hydroksi anisole*

20

Butylated Hydroksi Toluene*

20

Tocopheryl*

500

Nor dihidroguaiaretic acid (NDGA)*

10

* pembawa minyak Tabel 4 :Daftar dapar yang biasa digunakan dalam Larutan Parenteral Garam Sitrat

pH range 2,5 - 6,5

Tatrat

3

- 5

Asetat

3,5 - 5,5

Fosfat

6

- 8

Glutamat

8,2 - 10,2

Karbonat

9,5 - 11

Praktikum I PENGENALAN ALAT Kompetensi : mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi dari tiap-tiap alat. Berikut daftar alat-alat lab. T&F Sediaan Steril yang perlu dikenal: Alat-alat elektrik      

Autoklaf Incubator Oven Timbangan digital Biological Safety Cabinet (BSC) / Laminar Air Flow Alat penutup ampul

Alat-alat gelas dan keramik         

Cawan Petri Pipet ukur Pipet tetes Tabung reaksi Labu Erlenmeyer Mortar & pestle Beaker glass Bunsen burner Gelas ukur

Alat-alat non gelas    

Spatula logam Pinset pH meter universal Syringe

Autoklaf (Autoclave)

1. 2. 3. 4. 5.

Panci luar. Panci dalam tempat meletakkan botol dengan alur tempat saluran uap. Tutup beserta penunjuk tekanan dan saluran uap. Katup pengeluaran uap. Pengunci atau klem.

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 oC (250oF). Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC. Cara Penggunaan : 1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat. 2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. 3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu. 4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC. 5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup

(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15‟ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm. 6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

· Inkubator (Incubator)

Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk inkubator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC. · Oven

Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas. · ·

Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

· Biological Safety Cabinet

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Prosedur penggunaan BSC seri 36212, Purifier™ Biological Safety Cabinet dari LABCONCO adalah sebagai berikut: 1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai bekerja 2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah 3. Nyalakan lampu neon dan blower 4. Biarkan selama 5 menit 5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 % 6. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan yang cocok dan biarkan menguap 7. masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload) karena memperbesar resiko kontaminan 8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke BSC sedemikian rupa sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril 9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan yang berbahan bakar gas. 10. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja 11. setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC 12. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu tangan dibasuh dengan desinfektan 13. Matikan lampu neon dan blower

· Cawan Petri (Petri Dish) Cawan Petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan Petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15 - 20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml. · Pipet Ukur (Measuring Pippete) Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaannya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diinginkan. Volume yang dipindahkan dikeluarkan mengikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan meniskus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar. · Pipet tetes (Pasteur Pippete) Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan HCl / NaOH saat mengatur pH media, penambahan reagen pada uji biokimia, dll. · Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube) Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

·

Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask) Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung aquades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

Gelas ukur (Graduated Cylinder) Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.

· Mortar dan Pestle Mortar dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau menghancurkan materi cuplikan, misal daging, roti atau tanah sebelum diproses lebih lanjut.

· Beaker Glass Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media, menampung aquades dll.

· Pembakar Bunsen (Bunsen Burner) Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

· Spatula logam

Berguna untuk mengambil bahan-bahan yang akan ditimbang · Timbangan digital

· Pinset Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkan cakram antibiotik.

· pH Indikator Universal berguna untuk mengukur/mengetahui pH suatu larutan. Hal ini sangat penting dalam pembuatan media karena pH pada media berpengaruh terhadap petumbuhan mikroba. Kertas pH indikator dicelupkan sampai tidak ada perubahan warna kemudian strip warna dicocokkan dengan skala warna acuan.

STERILISASI Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dg autoklaf, filtrasi dan mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi : 1. Pengertian sterilisasi 2. Macam-macam sterilisasi a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) b. Sterilisasi secara fisik · Pemanasan - Dengan api langsung - Panas kering - Uap air panas - Uap air panas bertekanan · Penyinaran UV c. Sterilisasi secara kimia dengan larutan disinfektan 3. Prosedur/Teknik aseptis a. Mensterilkan meja kerja b. Menuang media 4. Prinsip cara kerja autoklaf 5. Sterilisasi dengan cara penyaringan 6. Sterilisasi Tyndalisasi 7. Sterilisasi dengan udara panas 8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet

Pengertian Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. 1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. 2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. · Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, spatula, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180 0C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf · Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV 3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Berbagai prosedur umum kerja yang membutuhkan teknik aseptik Desinfeksi meja kerja

Saran-saran kerja aseptis : 1. 2. 3. 4. 5.

Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu. Pinset, spatula, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya

Prinsip cara kerja autoklaf Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdidih pada suhu 121 0C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121 0C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisasi lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah : - Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim - Pelarut organik, seperti fenol - Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS (Sodium Dodecyl Sulfate)

Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb : - Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat - Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain. - Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar - Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf - Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0 Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibiarkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan · Non-disposable filtration apparatus - Disedot dengan pompa vakum - Volume 20-1000 ml · Disposable filter cup unit - Disedot dengan pompa vakum - Volume 15-1000 ml · Disposable filtration unit dengan botol penyimpan - Disedot dengan pompa vakum - Volume 15-1000 ml · Syringe filters - Ditekan seperti jarum suntik - Volume 1-20 ml · Spin filters - Ditekan dengan gaya setrifugasi - Volume kurang dari 1 ml

berbagai cara :

Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus    

Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung. Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong dengan larutan yang akan disterilkan. Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa. setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.

Tyndalisasi Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis. Cara kerja :    

Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil. Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang). Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba). Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.



Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization) Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan Petri, pipet ukur dan labu erlenmeyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.  Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil  Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam. Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter. BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain. Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.

BSC yang digunakan di Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.

Fakultas Farmasi UNPAD Lab. Formulasi & Teknologi Steril Disusun oleh : Arif Budiman, M.Si., Apt.

PROSEDUR TETAP

STERILISASI RUANG NO.DOKUMEN

: P1. FTS.001

TANGGAL

: : Insan Sunan K., S.Si., M.KM., Apt.

DIPERIKSA OLEH

Halaman

Dari

1

3

MENGGANTI NO TANGGAL DISETUJUI OLEH

::: Patihul Husni., S.SI., M.Si., Apt.

1. TUJUAN Untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup di dalam suatu ruangan aseptis. 2. RUANG LINGKUP Dilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering. 3. PENANGGUNG JAWAB Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril. 4. PERHATIAN KHUSUS Pengujian dilakukan di ruang steril. 5. PERALATAN DAN REAGENSIA 5.1. Peralatan Uji - Cawan petri : 4 buah - Erlenmeyer 500 ml : 1 buah - Alat Swabb - Oven dan inkubator - Gelas ukur 100 ml - Ottoklaf 5.2. Reagensia - Aquadest steril - Alkohol 70 % - Trypticase Soy Agar

6. PERSIAPAN UNTUK PENGUJIAN 6.1. Sanitasi ruangan untuk pengujian Sebelum melakukan pengujian, bersihkan ruangan dengan menggunakan fenol dan suci hamakan LAF dengan alkohol 70 %, kemudian nyalakan lampu UV di LAF selama 1 jam. Ketika akan melakukan pengujian, matikan lampu UV dan nyalakan lampu neon dan nyalakan aliran udara. LAF siap digunakan. 6.2. Pembuatan Media Agar padat untuk Pemantauan lingkungan (TSA) Timbang 40 gram TSA, larutkan dalam 1 L Aquadest, lalu didihkan sampai semua larut. Sterilkan larutan agar dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC selama 20 menit.

6.3. Persiapan peralatan a. Pakaian, sarung tangan, masker dan sepatu : Disterilkan dalam Otoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 85ºC, selama 3 jam. b. Alat-alat gelas Masing-masing dibungkus dengan kertas roti atau kertas biasa, lalu disterilkan di oven, pada temperatur 180ºC, selama 1 jam dan otoklaf 121 ºC, selama 20 menit. ALAT Beaker glass Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Cawan petri Erlenmeyer 500 ml Erlenmeyer 250 ml 7.

STERILISASI Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 ºC Otoklaf 121 ºC Otoklaf 121 ºC

WAKTU 30‟ 20” 20” 20” 15‟ 15‟ 15‟

PARAF

CARA PENGUJIAN No. 1 2 3

Pengolahan Sterilkan alat-alat yang akan digunakan dalam otoklaf dan oven Siapkan semua reagesia yang diperlukan untuk Uji Cemaran Mikroorganisme. Lakukan pemantauan lingkungan, dengan menempatkan cawan media untuk bakteri dan jamur di dalam LAF dan di luar LAF untuk kelas 10.000 selama 15 menit.

Paraf

4 5 8.

Tutup cawan media, kemudian inkubasikan pada temperatur 37ºC selama 24 jam. Interpretasi hasil

HASIL PENGUJIAN Hasil No cawan

Ada pertumbuhan

Tidak ada pertumbuhan

Paraf

1 2 3 4 9.

REFERENSI Petunjuk Operasional Penerapan CPOB

10.

SEJARAH PERUBAHAN Protap yang pertama kali diberlakukan

11.

PENINJAUAN KEMBALI 11.1 Protap ini harus ditinjau kembali setiap 2 tahun sekali atau kalau ada perubahan. 11.2 Bila revisi tidak diperlukan, maka penanggung jawab membubuhkan paraf dan tanggal pada dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindak lanjut 11.3 Bila revisi diperlukan, maka seluruh protap harus ditulis ulang dan diberi nomor revisi yang baru.

12.

DISTRIBUSI Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril Tembusan : Kepala Laboratorium Mikrobiologi

Praktikum II Nomor Batch : S 18 01 600

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH Manager Produksi

Kode Produk

Nama Produk

Stepto-inj I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

5 ml

Injeksi kering

Vial 5 mL

Waktu Pengolahan

FORMULA : Streptomisin Sulfat 10% Obat suntik dalam vial 5 ml no.I

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Streptomisin Sulfat Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih; tidak berbau; higroskopis. (FI, ed.IV, h.760) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform. (FI, ed.IV, h.760) Titik leleh/lebur : B. Dosis : Dosis lazim : IM 500 mg/sekali; 1 g/sehari (FI, ed.III, h.989) Dosis maksimum : Perhitungan dosis : C. Daftar Obat Obat keras

: sediaan injeksi

D. Sediaan Obat Pemerian Stabilitas OTT Pengawet Antioksidan

: Serbuk kering : : : :

Stabilisator

:

Tonisitas: a. Kelengkapan tb 0.038

Zat Streptomisin sulfat

C 10 (Merck Index, 9th)

b. Perhitungan Perhitungan tonisitas : W = 0, 52 - tb. C 0,576 = = III.

STERILISASI A.Alat-alat

ALAT Beaker glass Vial Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Cawan petri Gelas ukur Erlenmeyer 250 ml

STERILISASI Oven 170oC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 ºC Otoklaf 121 ºC Otoklaf 121 ºC

B. Sediaan Obat Di buat dengan metode aseptis IV.

FORMULA LENGKAP Streptomisin Sulfat

10%

WAKTU 30‟ 30‟ 20” 20” 20” 15‟ 15‟ 15‟

PARAF

V.

PENIMBANGAN BAHAN

Streptomisin Sulfat VI. No. 1 2 3 A

B 1 2 3 4

5 6

SATUAN DASAR 1 ml 100 mg

VOLUME PRODUKSI 5 ml 500 mg

PARAF

PROSES PENGOLAHAN Pengolahan

Paraf

Di timbang sejumlah serbuk Streptomisin Sulfat Masukan dalam Vial 5 mL Secara aseptis Tutup dengan penutup Vial dan siap untuk diuji Sterililitas Uji Sterilitas Pembuatan dan penangan Media Agar padat untuk Pemantauan lingkungan a. Fluid Thioglycolate Medium ( FTM ) Timbang 29,8 gram FTM, larutkan dalam 1 lt Aquadest, lalu didihkan sampai semua larut. Sterilkan larutan agar dalam Ottoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit. b. Tryptone Soya Broth ( TSB ) Timbang 30,0 gram TSB, larutkan dalam 1 lt Aquadest, lalu didihkan sampai semua larut. Sterilkan larutan agar dalam Ottoklaf pada temperatur 121ºC, selama 20 menit. Pengujian Sampel Siapkan semua peralatan steril yang diperlukan untuk Uji Sterilitas. Siapkan semua reagesia yang diperlukan untuk Uji Sterilitas. Lakukan pemantauan lingkungan, dengan menempatkan cawan media untuk bakteri dan jamur di dalam LAF dan di luar LAF untuk kelas 10.000. Ambil sampel, kemudian buka sampel seaseptis mungkin (dengan cara membersihkan wadah sampel sebelum masuk ke LAF dengan alkohol 70% lalu dibuka di ruang LAF). Larutkan sampel dengan Aquadest steril (bila sampel berupa serbuk injeksi) jumlahnya sesuai dengan yang tertera pada etiket. Tambahkan sampel yang telah dilarutkan + 1 mL masingmasing ke dalam media FTM dan media TSB, tutup

tabung media dengan segera. 7

VII.

Inkubasikan semua tabung media dalam inkubator pada temperatur 30 - 35ºC untuk media FTM dan 20 - 25ºC untuk media TSB, selama 5 sampai 7 hari.

ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 01 600 Tanggal: Vial 5 ml Komposisi : Streptomisin Sulfat 10% Pemakaian : I.M. Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Praktikum III Nomor Batch : S 18 02 601

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

Efed-1 I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

10 ml

Larutan

Ampul 1 ml

Waktu Pengolahan

FORMULA : Efedrin HCl 50 mg mg/ml Obat suntik dalam ampul 1 ml no.III

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Efedrin HCl Pemerian : hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbau; rasa pahit Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bag. Air, 14 bag. etanol Titik leleh/lebur : 217 - 2200C (FI, ed.III, h.236) B. Dosis : Dosis lazim

: sc 1-2 X sehari 1/2 – 1 ml Fornas, ed. II, h. 119) Im sehari 0,8 – 16 mg/kg (FI III, h.933) Dosis maksimum : im sekali 50 mg, sehari 150 mg (FI III, h.237) Perhitungan dosis : -

C. Daftar Obat Obat keras D. Sediaan Obat Pemerian Stabilitas OTT pH Pengawet Antioksidan

: sediaan injeksi : Larutan bening : :: 6,0 – 7,0 (Fornas II, h.119) :: - terlindung dari cahaya (Mart. Ed.30, p.1244) - air injeksi bebas udara (Fornas II, h.119)

Stabilisator : Tonisitas: a. Kelengkapan tb 0,169

Zat Efedrin HCl

C 5

b. Perhitungan tonisitas : W = 0, 52 - tb. C 0,576 = 0,52 – (0,169 x 5) 0,576 = - 0,564 (hipertonis) bisa dibuat langsung. III.

STERILISASI A.Alat-alat

ALAT Beaker glass Corong & kertas saring Ampul Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Syringe

STERILISASI Oven 170oC Otoklaf 121 oC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 oC

WAKTU 30‟ 15‟ 30‟ 20” 20” 20” 15‟

B. Sediaan Obat Disterilkan dengan cara sterilisasi A (Fornas ed 2, hal 211) IV.

FORMULA LENGKAP Efedrin HCl Aqua pro injection

50 mg ad 1 ml

PARAF

V.

PENIMBANGAN BAHAN

Efedrin HCl

VI.

SATUAN DASAR 1 ml 50 mg

2 3 4 5 6 7 8

VII.

PARAF

PROSES PENGOLAHAN

No. 1

VOLUME PRODUKSI 5 ampul/ 10 ml 500 mg

Pengolahan

Paraf

Dididihkan 25 ml aqua pro injeksi (a.p.i.) dalam beaker glass selama 10 menit (jam ….. s/d ……) Dilarutkan Efedrin HCl dalam sebagian a.p.i (no.1) Larutan ditambahkan a.p.i ad 10 ml Cek pH larutan. pH = …… Larutan disaring dan filtrat pertama dibuang Larutan kemudian diisikan ke dalam 4 ampul @ 2,1ml Ampul disemprot dengan uap air, dialiri gas inert lalu ditutup Disterilisasi dalam otoklaf 115-116oC selama 30 menit (jam...........s/d ……) ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 02 601

Tanggal:

Ampul 1 ml Komposisi : Efedrin HCl Aqua pro injection

50 mg ad 1 ml

Pemakaian : I.M. Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Praktikum IV Nomor Batch : S 18 01 602

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

SNa-1 I.

Kode Produk

SNa-1

Nama Produk

Kode Produk

Nama Produk

SNa-1

FORMULA Sulfasetamid-Na 15 % Obat tetes mata 10 ml

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Sulfacetamid Na Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam CHCl3 dan eter (FI IV, h.763) Titik leleh/lebur : 1820-1840C (Merck, p.9)) B. Dosis Dosis lazim :Dosis maksimum : Perhitungan dosis : C. Daftar Obat : Obat bebas terbatas D. Sediaan Obat Pemerian : Larutan bening Stabilitas : OTT : Benzalkonium klorida, logam berat, CO2.(Mart.31 p.278) pH : 7,15 – 8,9 (Mart., p.302)) Pengawet : Phenylhidragi nitras (Fornas, h.276) Antioksidan : Natrii pyrosulfis Stabilisator : Dinatrii Edetas 0,05% (Khelating agent) (Fornas, h.276)

Tonisitas: a. Kelengkapan tb 0,133 0,132

Zat Sulfasetamid Na Natrii pyrosulfis Phenyl hidragi nitras Dinatrii Edetas b. Perhitungan W= 0,52 - tb. C 0,576 = -2,57% III.

C 15 0,1 0,001 0,05 (Merck Index)

STERILISASI A. Alat-alat

ALAT Beaker glass Corong & kertas saring Pipet tetes mata Botol tetes mata Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Pipet tetes mata Syringe

STERILISASI Oven 170oC Otoklaf 121 oC Otoklaf 121 oC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 oC Otoklaf 121 oC

WAKTU 30‟ 15‟ 15‟ 30‟ 20” 20” 20” 15‟ 15‟

PARAF

B. Sediaan Obat Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C dan segera didinginkan (Fornas ed 2, hal 276) IV.

FORMULA LENGKAP Sulfasetamid-Na Natrii pyrosulfis Phenylhidragi nitras Dinatrii Edetas Aqua Pro Injectione

15 g 10 mg 200 µg 5 mg ad 10 ml

V.

PENIMBANGAN SATUAN DASAR 10 ml 1,5 g 10 mg 200 µg 5 mg

BAHAN Sulfasetamid Na Natrii pyrosulfis Phenylhidragi nitras Dinatrii edetas VI.

VOLUME PRODUKSI 15 ml 2,25 g 15 mg 300 µg 7,5 mg

PROSES PENGOLAHAN

No.

Pengolahan

1

Dilarutkan Sulfasetamid Na dalam sebagian aqua pro injeksi (a.p.i.) Dilarutkan Natrii pyrosulfis dalam sebagian aqua pro injeksi Kedua larutan tersebut dicampur Ditambahkan larutan phenylhidragi nitras ke lar. No (3) Ditambahkan larutan Dinatrii edetas ke lar. No (3) Larutan ditambahkan a.p.i ad mendekati volume akhir Cek pH = ……. Ditambahkan a.p.i ad 15 ml Siapkan botol tetes mata dan pipetnya yang telah di sterilkan (secara r.p.) Tampung larutan Sulfasetamid Na dengan menggunakan bakteri filter sebanyak 10,5 ml secara aseptik (sterilisasi akhir)

2 3 4 5 6 7 8 9 VII.

PARAF

ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 01 602

Tanggal:

Botol tetes mata 10 ml Komposisi : Sulfasetamid Na Aqua pro injectionum

1,5 g ad 10 ml

Pemakaian : Obat tetes mata Exp. Date : 2021

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Paraf

Praktikum V Nomor Bacth : S 18 03 603

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

Testo-1 I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

15 ml

Larutan Minyak/ Suspensi

Vial 10 ml

Waktu Pengolahan

FORMULA Testosteron propionat 10 mg/ml Injeksi dalam Vial 10 ml No.I

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Testosteron propionat Pemerian : Serbuk atau serbuk kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau (Mart, 1414) Kelarutan : Tidak larut dalam air Larut dalam minyak lemak Larut dalam oleum arachidis 1 : 35 (Mart. ed 28, 1435) Titil lebur/leleh : 118-1230C B. Dosis Dosis lazim :Dosis maksimum : Perhitungan dosis : C. Daftar Obat Obat keras

: sediaan injeksi

D. Sediaan Obat Pemerian : Larutan minyak Stabilitas : OTT : Testosteron propionat OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi pH :-

Pengawet : Antioksidan : Stabilisator : Tonisitas: Untuk larutan dalam minyak tidak memiliki tonisitas III.

STERILISASI A.Alat-alat

ALAT Vial 10 ml Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Tutup vial (karet) Mortir&Stamper Cawan Penguap

STERILISASI Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 oC Dibakar Api Langsung

WAKTU 30‟ 20” 20” 20” 15‟ 20” 20”

PARAF

B. Sediaan Obat Pembawa obat (minyak) disterilkan dengan oven 1200C Sediaan dibuat secara aseptik. IV.

FORMULA LENGKAP Testosteron Propionat Oleum pro injectionum

V.

11,9 mg/ml ad 10 ml

PENIMBANGAN BAHAN

T. propionat

SATUAN DASAR 1 ml 11,9 mg

VOLUME PRODUKSI 15 ml 178,5 mg

PARAF

VI.

PROSES PENGOLAHAN

No.

Pengolahan

1 2

Tampung Oleum pro injectionum dalam vial sebanyak 11 ml Vial ditutup sementara (tanpa tutup karet), sterilisasi dalam oven suhu 1500C selama 1 jam Suspensikan Testosteron Propionat dengan Oleum pro injectionum yang telah disterilisasi secara aseptik Dimasukan ke dalam wadah secara aseptik.

3 4 VII.

ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 03 603 Tanggal : Vial 10 ml Komposisi : Testosteron Propionat 11,9 mg/ml (setara dengan 1% Testosteron) Oleum pro injectionum ad 10 ml Pemakaian : I.M Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Paraf

Nomor Bacth : S 18 04 604

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

Testo-1 I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

15 ml

Suspensi

Vial 10 ml

Waktu Pengolahan

FORMULA Testosteron 10 mg/ml Injeksi dalam Vial 10 ml No.I

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Testosteron Pemerian : Serbuk atau serbuk kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau (Mart, 1414) Kelarutan : Tidak larut dalam air Larut dalam minyak lemak Larut dalam oleum arachidis 1 : 35 (Mart. ed 28, 1435) Titil lebur/leleh : 153-1570C B. Dosis Dosis lazim :Dosis maksimum : Perhitungan dosis : C. Daftar Obat Obat keras

: sediaan injeksi

D. Sediaan Obat Pemerian Stabilitas OTT pH Pengawet Antioksidan

: suspensi i.m : : Testosteron OTT dengan alkali dan zat pengoksidasi : 4 – 7,5 : dalam suasana air, fenilmerkuri nitrat 0,001% :-

Stabilisator

: - Dapar pH 4 – 7,5 (digunakan dapar fosfat pH 7) - Zat pensuspensi : Tylose 0,1%

Tonisitas: Untuk suspensi tidak memiliki tonisitas III.

STERILISASI A. Alat-alat

ALAT Beaker glass Corong & kertas saring Vial 10 ml Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Tutup vial (karet) Mortir&Stamper

STERILISASI Oven 170oC Otoklaf 121 ºC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 121 ºC Dibakar

WAKTU 30‟ 15‟ 30‟ 20” 20” 20” 15„ 20”

B. Sediaan Obat Pembawa obat suspensi disterilkan dengan Otoklaf 1210C IV.

FORMULA LENGKAP Testosteron NaH2PO4 Na2HPO4 NaCl Fenil merkuri nitrat Tylose Aqua pro injectionum

`

1% 0,32% 0,568% 0,46% 0,001% q.s.

PARAF

V.

PENIMBANGAN BAHAN

Testosteron NaH2PO4 Na2HPO4 NaCl Fenilmerkurinitrat Tilose VI. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

SATUAN DASAR 1 ml 10 mg 3,2 mg 5,7 mg 4,6 mg 0,0001 mg qs

VOLUME PRODUKSI 15 ml 150 mg 48 mg 85,5 mg 69 mg 0,015 mg qs

PARAF

PROSES PENGOLAHAN Pengolahan Suspensi dalam air Dilarutkan NaH2PO4 dalam sebagian aqua pro injeksi Dilarutkan Na2HPO4 dalam sebagian aqua pro injeksi Kedua larutan tersebut dicampur Dilarutkan NaCl dalam sebagian a.p.i, kemudian dicampurkan ke larutan (3) Ditambahkan larutan fenil merkuri nitrat ke larutan (4) Cek pH Larutan disaring, filtrat pertama buang Campurkan tilose yang telah dikembangkan ke larutan (7), kemudian masukkan dalam vial ad-kan sampai 15 ml Disterilkan dalam otoklaf 1210C selama 15 menit (jam …. s/d …. ) Disuspensikan Testosteron dengan larutan (9) secara aseptik Dimasukkan dalam vial, tambahkan larutan (9) ad 10,5 ml

Paraf

VII.

ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 04 604 Tanggal : Vial 10 ml Komposisi : Testosteron Aqua pro injectionum

1%

Pemakaian : I.M Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER KOCOK DULU SEBELUM DIPAKAI

Praktikum VI Nomor Batch : S 18 05 605

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

Gluc-1 I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

120 ml

Larutan

Botol Infus 100 ml

Waktu Pengolahan

FORMULA Glucosum 5% Infus intravena 100 ml

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat : Glukosa Pemerian : Hablur tidak berwarna ,butiran putih, manis (FI ed III,268) Kelarutan : 1 : 1 air (FI ed III, 268) Titik leleh/lebur : B. Dosis Dosis lazim :Dosis maksimum : Perhitungan dosis : C. Daftar Obat Obat keras

: sediaan injeksi

D. Sediaan Obat Pemerian : Larutan infus Stabilitas : OTT :pH : 3,5 – 6,5 (Fornas, ed II) Pengawet : Antioksidan : Stabilisator : Larutan harus bebas pirogen  bebas pirogen ( + karbon aktif 0,1 %)

Tonisitas: a. Kelengkapan Zat Glukosa

tb 0,1

C 5

b. Perhitungan W= 0,52 - tb. C 0,576 = 0,035% (hipotonis) Harus ditambahkan 0,035 % NaCl agar larutan isotonis III.

STERILISASI A.Alat-alat

ALAT Beaker glass Corong & kertas saring Botol infuse Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Tutup infus (karet)

STERILISASI Oven 170oC Otoklaf 121oC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 1210C

B. Sediaan Obat Otoklaf 1210C selama 15 menit IV.

FORMULA LENGKAP Glukosa 5 gram NaCl 0,035 gram Aqua pro injection ad 100 ml

WAKTU 30‟ 15‟ 30‟ 20” 20” 20” 15 „

PARAF

V.

PENIMBANGAN BAHAN

Glukosa NaCl Karbon aktif VI. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 VII.

SATUAN DASAR 100 ml 5g 0,035 g 100 mg

VOLUME PRODUKSI 120 ml 6g 0,042 mg 120 mg

PARAF

PROSES PENGOLAHAN Pengolahan

Paraf

Dilarutkan glukosa dalam sebagian aqua pro injeksi (a.p.i.) Dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi Kedua larutan tersebut dicampur Ditambah a.p.i ad 120 ml Ditambah karbon, dipanaskan dan diaduk (60 –700C) Selama 15 menit (jam …… s/d …… ) Disaring panas-panas, filtrat pertama buang Cek pH = …….. Masukan dalam botol infus sebanyak 105 ml Disterilisasi dalam otoklaf 121oC selama 15 menit ( jam ……… s/d ………) ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 05 605 Tanggal : Infus 100 ml Komposisi : Glucosum Aqua pro injectionum

5 gram ad 100 ml

Pemakaian : infus intra vena Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Praktikum VII Fakultas Farmasi UNPAD Lab. Formulasi & Teknologi Steril Disusun oleh : Arif Budiman, M.Si., Apt.

PROSEDUR TETAP

UJI PIROGEN NO.DOKUMEN

: P1. FTS.001

TANGGAL

: : Insan Sunan K., S.Si., M.KM., Apt.

DIPERIKSA OLEH

Halaman

Dari

1

3

MENGGANTI NO TANGGAL DISETUJUI OLEH

::: Patihul Husni., S.SI., M.Si., Apt.

1. TUJUAN Untuk mengetahui adanya pirogen hidup atau yang mempunyai daya hidup di dalam suatu sediaan steril 2. RUANG LINGKUP Dilakukan terhadap sediaan steril yang harus terbebas dari pirogen 3. PENANGGUNG JAWAB Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril. 4. PERHATIAN KHUSUS Pengujian dilakukan di ruang steril 5. PERSIAPAN UNTUK PENGUJIAN Persiapan alat dan bahan a. Sterilisasi alat dan bahan ALAT Beaker glass Corong & kertas saring Botol infus Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Tutup infus (karet) Tutup alumunium Kapas dan kassa Kapas swab

STERILISASI Oven 170oC Otoklaf 121oC Oven 170oC Api langsung Api langsung Api langsung Otoklaf 1210C Oven 170oC Otoklaf 1210C Otoklaf 1210C

WAKTU 30‟ 15‟ 30‟ 20” 20” 20” 15„ 30‟ 15„ 15„

Paraf

6. CARA PENGUJIAN No. 1 2

3

7.

Pengolahan

Paraf

Uji LAL dilakukan dengan menambahkan 0.2 mL larutan uji ke dalam single test vial (STV) dari pyrotell. Setelah pirotel larut (kira-kira 1 menit), larutan tercampur sempurna dan STV ditempatkan dengan cepat dalam inkubator kering/ waterbath tanpa sirkulasi pada suhu 370 C ± 10 C dengan waktu 60 ± 2 menit.. Setelah masa inkubasi, STV dipindahkan dan dibalikkan dengan gerakan yang sangat halus. Jika suatu gel terbentuk dan bersisa secara utuh didasar tabung setelah dibalikan 1800 , berarti tes tersebut positif ; Konsentrasi endotoksin dalam tabung lebih besar dari sensitifitas pirotel. Uji negatif yang terjadi mengindikasikan bahwa konsentrasi endotoksin lebih kecil dari sensitifitas pirotel. Walaupun suatu gel sudah terbentuk tetapi pecah/tumpah ketika dibalikkan menunjukkan tes tersebut negatif.

HASIL PENGUJIAN Sampel

Hasil Positif

Negatif

Paraf

1 2 3 4 9.

REFERENSI Petunjuk Operasional Penerapan CPOB

10.

SEJARAH PERUBAHAN Protap yang pertama kali diberlakukan

11.

PENINJAUAN KEMBALI 11.1 Protap ini harus ditinjau kembali setiap 2 tahun sekali atau kalau ada perubahan. 11.2 Bila revisi tidak diperlukan, maka penanggung jawab membubuhkan paraf dan tanggal pada dokumen induk sebagai tanda tidak diperlukan tindak lanjut

11.3 Bila revisi diperlukan, maka seluruh protap harus ditulis ulang dan diberi nomor revisi yang baru. 12.

DISTRIBUSI Asli : Kepala Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril

Praktikum VIII Nomor Batch : S 18 01 606

Tanggal :

DISUSUN OLEH

DISETUJUI OLEH MANAGER PRODUKSI

Kode Produk

Nama Produk

Atropin-1 I.

Volume Produksi

Bentuk

Kemasan

10 g

Salep

Tube 5 g

Waktu Pengolahan

FORMULA : Atropin Sulfat 0,1% Dalam pembawa salep steril

II.

SPESIFIKASI A.

Bahan Berkhasiat Pemerian Kelarutan Titik leleh/lebur

: Atropin Sulfat : Hablur tidak berwarna atau sebuk putih : Larut kurang dari 1 bagian air : 1910-1950C (FI ed III, 99)

B.

Dosis Dosis lazim : Dosis maksimum Perhitungan dosis

::-

C.

Daftar Obat : Obat keras

D.

Sediaan Obat Pemerian : Salep Stabilitas : OTT : garam-garam logam berat, oksidator, asam (Remington, 1168) pH : 8 – 9,5 (USP, Martindale) 6 – 8,4 (Martindale 29 p.855) Pengawet :-

Antioksidan Stabilisator

::

Tonisitas: III.

STERILISASI

A.Alat-alat ALAT Beaker glass Tube Kaca arloji Spatel logam Batang pengaduk Mortir & Stemper

STERILISASI Oven 170oC Alkohol 70% Api langsung Api langsung Api langsung Spirtus

WAKTU 30‟ 10‟-15‟ 20” 20” 20” -

PARAF

B. Sediaan Obat Dibuat dengan teknis aseptis IV.

V.

FORMULA LENGKAP Tiap 10 g mengandung: Atropin Sulfat Paraffin cair Cetil Alkohol Paraffin padat Vaselin Album

100 mg 500 mg 500 mg 500 mg 8,4 g

PENIMBANGAN BAHAN

Atropin Sulfat Paraffin cair Cetil Alkohol Paraffin padat Vaselin Album

SATUAN DASAR 1 gram 10 mg 50 mg 50 mg 50 mg 840 mg

VOLUME PRODUKSI 10 gram 100 mg 500 mg 500 mg 500 mg 8,4 g

PARAF

VI. PROSES PENGOLAHAN No. Pengolahan Sterilkan tube dalam alkohol 70% selama 10-15 menit, 1 lalu ditiriskan Leburkan basis salep cetil alkohol, parafin padat, vaselin 2 album bersama parafin cair. Disterilkan basis salep dalam oven pada suhu 1500C 3 selama 1 jam 4 Dinginkan dan simpan pada ruangan steril 5 Dilarutkan atropin sulfat dalam air pro injeksi 1 mL 6 Dicampurkan dengan basis salep secara aseptik 7 Dimasukan kedalam tube yang steril VII.

ETIKET DAN LABEL PABRIK FARMASI UNPAD Jl Raya Bandung – Sumedang KM 21 No Batch : S 18 01 606 Tanggal : Tube 5 g Komposisi : Atropin Sulfat

0,1%

Pemakaian : Salep mata Exp. Date : 2021 HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Paraf

Praktikum IX Nomor Batch :

Tanggal : DISUSUN OLEH

Kode Produk

Nama Produk

I.

FORMULA

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat Pemerian

DISETUJUI OLEH

Volume Produksi

: :

Kelarutan

:

Titik leleh/lebur

:

B. Dosis : Dosis Lazim : Dosis Maksimum : Perhitungan Dosis: C. Daftar Obat: D. Sediaan Obat Pemerian Stabilitas OTT

: :

pH

:

Pengawet

:

Antioksidan

:

Stabilisator

:

Bentuk

Kemasan

Waktu Pengolahan

Tonisitas: Kelengkapan

tb

Zat

C (%)

Perhitungan tonisitas :

III.

STERILISASI A. Alat-alat ALAT

STERILISASI

B. Sediaan Obat Disterilkan dengan cara sterilisasi :

IV. FORMULA LENGKAP

WAKTU

PARAF

V. PENIMBANGAN

BAHAN

VI.

SATUAN DASAR

VOLUME PRODUKSI

PARAF

PROSES PENGOLAHAN No.

Pengolahan

Paraf

VII.

ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UNPAD Jl. Bandung - Sumedang Km. 21 No Batch :

Tanggal :

Komposisi

Pemakaian : Exp. Date : HARUS DENGAN RESEP DOKTER

EVALUASI

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jenis Evaluasi Penampilan fisik wadah Jumlah Sediaan Kejernihan Sediaan Keseragaman volume Brosur Kemasan Etiket

Catatan :

Penilaian

Praktikum X Nomor Batch :

Tanggal : DISUSUN OLEH

Kode Produk

Nama Produk

I.

FORMULA

II.

SPESIFIKASI A. Bahan Berkhasiat Pemerian

DISETUJUI OLEH

Volume Produksi

: :

Kelarutan

:

Titik leleh/lebur

:

B. Dosis : Dosis Lazim : Dosis Maksimum : Perhitungan Dosis: C. Daftar Obat: D. Sediaan Obat Pemerian Stabilitas OTT

: :

pH

:

Pengawet

:

Antioksidan

:

Stabilisator

:

Bentuk

Kemasan

Waktu Pengolahan

Tonisitas: a.

Kelengkapan Zat

tb

C (%)

b. Perhitungan tonisitas :

III.

STERILISASI A. Alat-alat ALAT

STERILISASI

B. Sediaan Obat Disterilkan dengan cara sterilisasi :

IV.

FORMULA LENGKAP

WAKTU

PARAF

V. PENIMBANGAN

BAHAN

SATUAN DASAR

VOLUME PRODUKSI

PARAF

VI. PROSES PENGOLAHAN No.

Pengolahan

Paraf

VII. ETIKET DAN LABEL

PABRIK FARMASI UNPAD Jl. Bandung – Sumedang Km. 21 No Batch :

Tanggal :

Komposisi

Pemakaian : Exp. Date : HARUS DENGAN RESEP DOKTER

EVALUASI

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jenis Evaluasi Penampilan fisik wadah Jumlah Sediaan Kejernihan Sediaan Keseragaman volume Brosur Kemasan Etiket

Catatan :

Penilaian

Similar documents

Penuntun Praktikum TF Steril 2018-converted

Jimin's Telescope - 687 KB

JURNAL PRAKTIKUM FARTER IV

Arisanthi Maharani - 119.2 KB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]