* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sapi Perah
Sapi perah merupakan salah satu komoditas ternak penghasil susu yang menghasilkan protein hewani yang sangat penting bertujuan untuk memenuhi selera konsumen sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, dan mencerdaskan masyarakat. Sapi perah dipelihara meliputi pemeliharaan sapi dara dan bunting, pemeliharaan sapi laktasi, pemeliharaan sapi kering kandang, dan pemeliharaan pedet (Tawaf, 2009). Adapun ciri-ciri sapi perah yaitu seperti: tenang dan jinak,tedapat warna putih berbentuk segitiga didaerah dahi, dada, perut bagian bawah dan ekor berwarna putih, ambing tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, serta warna bulu hitam dengan bercak putih (Rustamadji, 2004).
2.2.
Biosecurity
Pemeliharaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak. Pemeliharaan yang baik dan benar akan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha, dengan sistem pemeliharaan yang baik akan diperoleh pertambahan bobot badan dan meningkatkan produktivitas susu yang maksimal serta performa ternak yang optimal (Abidin, 2002). Aspek yang berhubungan dengan pemeliharaan meliputi; sanitasi, biosecurity pencegahan penyakit dan penanganan penyakit. Biosecurity merupakan pencegahan dasar masuknya suatu
4
penyakit dalam hal ini peternak lebih fokus terhadap kebersihan terutama kebersihan kandang (Nurdana, 2015). 2.2.1. Sanitasi
Sanitasi kandang merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit - bibit penyakit maupun parasit lainnya (Nurdana, 2015). Pembersihan kandang dan dilanjutkan dengan pemandian sapi ini bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang dan menjaga kesehatan sapi agar sapi tidak mudah terjangkit penyakit (Abidin, 2002).
2.2.2. Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan jumlah atau persentase penyakit menular melalui suntikan, penggunaan bahan kimia yang membunuh induk semang antara yang membawa bibit penyakit, dan isolasi hewan terserang dan mencegah agar tidak menular ke hewan yang sehat. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata laksana pemeliharaan atau pemberian vaksinasi untuk merangsang sistem kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit (Ellis, 2002). Vaksinasi berfungsi terhadap kekuatannya dapat diterangkan dalam beberapa cara (Ruma, 2007). 2.2.2.1. Kandang karantina. Kandang karantina merupakan kandang isolasi ternak dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Karantina bertujuan untuk mendeteksi adanya gejala penyakit tertentu yang belum diketahui ketika proses pembelian. Kadang karantina digunakan untuk
5
mengisolasi ternak dari ternak yang lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit (Susilawati, 2010). Ketika sapi dikarantina karena terkena penyakit sebaiknya diberi obat secepat mungkin karena berdasarkan penelitian, sebagian besar sapi di Indonesia mengalami penyakit cacingan ataupun mastitis (Santoso, 2002). 2.2.2.2. Pengobatan. Pengobatan yang dilakukan secara mudahnya dapat diartikan sebagai penanganan suatu penyebab adanya penyakit dan membantu tubuh hewan untuk melawan penyakit. Paramedis kesehatan hewan jarang untuk mengobati penyakit ternak itu sendiri walaupun adakalanya dibawah petunjuk dokter hewan yang memungkinkan peternak untuk menyelamatkan hewan melalui pemberian obat yang cocok, pengobatan penyakit yang menular dicegah agar tidak terjadi penyebaran ke hewan lain atau di lindungi dari penyakit dengan jalan vaksinasi (Akoso, 1996). Pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan cara intra muscular, intravena dan secara oral (Girisonta,1995). Pengobatan tidak akan efektif jika manajemen peternak tidak dijalankan dengan baik sehingga akan menyebabkan kerugian secara ekonomi akibat biaya pengobatan (Kirk dan lauerman, 1994).
2.3.
Jenis Penyakit
Penanganan kesehatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan, dan memberikan perlakuan terhadap ternak – ternak yang terinfeksi penyakit. Pencegahan yang dilakukan adalah pemberian vitamin, vaksinasi, pemotongan kuku dan sebagainya. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata
6
laksana pemeliharaan atau pemberian vaksinasi untuk merangsang sistem kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit (Ellis, 2002). Vaksinasi berfungsi terhadap kekuatannya dapat diterangkan dalam beberapa cara (Ruma, 2007). Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah antara lain Mastitis atau radang kelenjar susu, Diare, Abses, dan Milk Fever. 2.3.1. Mastitis
Mastitis
merupakan
peradangan
pada
jaringan
internal
ambing
(Sudarwanto, 2009). Mastitis atau infeksi kelenjar ambing di sebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Mastitis subklinis memiliki ciri-ciri ambing tidak bengkak, tidak sakit dan tidak panas, tetapi terdapat kelainan tertentu pada susunya (Subroto, 1985).
2.3.2. Diare
Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang menimbulkan terjadinya diare pada sapi (Eirry dkk, 2008). Penyakit diare ini berimplikasi pada ganggu alat pencernaan yang dapat berakibat fatal bagi pedet, karena dapat menimbulkan kematian (Sudarwanto, 2009).
2.3.3. Abses
Abses merupakan penyakit yang diakibatkan karena adanya penumpukan nanah yang terlokalisir akibat dari infeksi (Marison, 2004). Abses terjadi karena terkena benda tajam yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada sapi
7
sehingga
sapi
mengalami
luka
atau
pincang
ketika
sedang
berdiri
(George dkk, 1998).
2.3.4. Milk fever
Milk fever adalah kelainan metabolik yang disebabkan rendahnya kadar kalsium di dalam darah. Kelainan ini sering dijumpai pada sapi perah pada saat menjelang atau beberapa saat setelah partus. Gejala ini disebabkan oleh kurangnya kalsium dalam ransum (Nugroho 1986). Pencegahan penyakit dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut; menghindari pemberian rumput yang basah selama musim hujan tiga minggu masa kebuntingan terakhir, menghindari pemberian pakan yang berlebihan sebelum melahirkan, dan memberikan suplemen dengan hay, straw, atau silase (Payne, 1989).
2.4.
Perkandangan
Perkandangan adalah bangunan kompleks yang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak dan berfungsi sebagai tempat pengelola yang akan melakukan kegiatan proses produksi ternak (Sukmawati dkk., 2010). Persyaratan umum perkandangan yaitu adanya kandang yang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak serta
adanya
bangunan
penunjang
lainnya
(Sudono
dkk.,
2003).