Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKUT ABDOMEN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN DI IGD RSUD SALATIGA Novia Indah Pratiwi1, Annisa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M.Kep2, Deoni Vioneery, S.Kep., Ns., M.Kep3 1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
3
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta *Email penulis:
[email protected]
Abstrak Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforai atau obstruksi pada alat pencernaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendicitis atau sekunder melalui suatu pencernaan peritoneum karena perforasi tukak lambung atau perforasi akibat trauma. (Syamsuhidayat, 2014). Salah satu terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri adalah dengan melakukan teknik relaksasi benson. Fokus studi dalam kasus ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada pasien akut abdomen dalam penurunan rasa nyeri. Studi kasus ini dilakukan di IGD RSUD Salatiga pada tanggal 18 februari 2020 dengan subjek pasien yang mengalami akut abdomen yaitu Ny. D usia 30 tahun dan bersedia menjadi responden. Hasil pemberian teknik relaksasi benson pada pasien abdominal pain diperoleh adanya penurunan skala nyeri dari skala 4 sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi benson menjasi skala 3 setelah dilakukan tindakan relaksasi benson. Kata kunci: akut abdomen, relaksasi benson
PENDAHULUAN Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforai atau obstruksi pada alat pencernaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada appendicitis atau sekunder melalui suatu pencernaan peritoneum karena perforasi tukak lambung atau perforasi akibat trauma. (Syamsuhidayat, 2014) Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat Darurat setiap tahunnya di seluruh dunia, dimana 2541% merupakan kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa
kasus mengancam jiwa dapat berujung kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya rupture aorta, aneurisma, appendicsitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard (Setyohadi, 2016). Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar 5–10% pada kunjungan pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit dapat berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari akut abdomen antara lain appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Di Unit Gawat Darurat RSUD Karawang pasien yang berkunjung dengan keluhan nyeri abdomen akut dengan berbagai penyebab mencapai 405 kasus (3,9%) dari total 10.453 kunjungan selama tahun 2012 (Data Medikal Rekord RSUD Karawang, 2012) Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat
individual, sehingga tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu. Hal tersebut yang menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi keperawatan dalam mengatasi nyeri (Asmadi, 2013). Penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh klien. Penatalaksanaan nyeri dapat berupa farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi dapat berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi benson. Relaksasi Benson merupakan relaksasi menggunakan teknik pernapasan yang biasa digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang mengalami nyeri atau mengalami kecemasan. Relaksasi Benson ada penambahan unsur keyakinan dalam bentuk kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang pasien alami. Kelebihan dari
latihan teknik relaksasi dibandingkan teknik lainnnya adalah lebih mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun (Solehati & Kosasih, 2015). Berdasarkan hasil dari penelitian Arifianto,dkk. (2019) menyatakan bahwa terapi non farmakologi berupa terapi Relaksasi Benson dapat menurunkan skala nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah dilakukan selamat 15 menit. Terapi benson merupakan teknik relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang menyebabkan penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi lebih rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Apabila O2 dalam otak tercukupi maka manusia dalam kondisi seimbang. Kondisi ini menimbulkan keadan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan contichotropin releaxing factor (CRF) dan akan merangsang kelenjar dibawah otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthi
(POMC) sehingga produksi enkhepalin oleh medull adrenal meningkat (Yusliana, 2015). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain studi kasus. Penelitian ini dilakukan di IGD RSUD Salatiga. Adapun subjek penelitian ini adalah pasien Akut Abdomen dengan masalah kebutuhan aman dan nyaman. HASIL PENELITIAN Menurut data pengkajian dan observasi pada 18 februari 2020 Berdasarkan hasil analisa data dari pengkajian didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan turun P: nyeri karena mual, Q: nyeri tertusuk, R: pada ulu hati, S: skala 4, T: nyeri hilang timbul dan saat ditekan. Data obyektif pasien tampak menahan nyeri dan lemas TD: 118/74mmHg, N: 88x/menit, S: 36,8°C, SPO2: 98%.
Table 4.1 Tabel Skala Nyeri Visual Analog Scale (VAS) Hari/Tanggal/Jam
Skala nyeri
Selasa, 18 Februari 2020/ 18.30 WIB
4
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pasien mengalami nyeri dengan skala 4. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui skala nyeri ini dengan menggunakan VAS (Visual Analog Scale). Dengan karakteristik skor tingkat nyeri sedang , berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui dan disimpulkan bahwa pasien termasuk dalam kategori nyeri sedang. Hasil dari data pengkajian dan observasi yang diperoleh, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiolgis dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri pada ulu hati. Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis setelah melalui proses keperawatan dan penegakan diagnosa keperawatan di dapatkan tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam diharapkan terjadi penurunan tingkat nyeri . Dengan Kriteria Hasil keluhan nyeri menurun dari skala 4 ke skala 5, gelisah menurun dari skala 4 ke skala 5 dan kesulitan tidur menurun dari skala 4
ke skala 5. Dengan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensits nyeri. Identifikasi skala nyeri. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri misalnya dengan teknik relaksasi benson. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik jika di perlukan. Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, penulis melakukan implementasi pada diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada hari selasa 18 februari 2020 jam 18.30 WIB, tindakan pertama yaitu mengkaji tingkat nyeri pasien diperoleh data P: nyeri karena mual, Q: nyeri tertusuktusuk, R: pada ulu hati, S: skala 4, T: nyeri hilang timbul. Tindakan kedua yaitu mengajarkan teknik relaksasi benson pada pukul 18.30 diperoleh data DO: pasien paham tentang teknik relaksasi benson. Tindakan ketiga dilakukan pada pukul 18.35 WIB yaitu melakukan injeksi omeprazole dan ondansentron diperoleh data DO: pasien tampak kooperatif. Tindakan keempat dilakukan pada pukul 18.50 WIB yaitu mengobservasi tingkat nyeri pasien diperoleh data P: nyeri karena mual, Q: nyeri tertusuk-tusuk, R: pada ulu hati, S: skala 3, T: hilang timbul. Tindakan kelima pada pukul 19.00 WIB yaitu menganjurkan
pasien melakukan teknik relaksasi benson saat nyeri terasa diperoleh data DO: pasien tampak melakukan teknik relaksasi benson dengan baik. Tabel 4.2 Evaluasi Skala Nyeri Ny. D Hari Hasil Pengukuran dan Skala Nyeri tanggal Sebelum Setelah tindakan tindakan Selasa, 18-022020/ 19.00 WIB
4
3
Dari hasil pemberian teknik relaksasi benson pada pasien abdominal pain diperoleh adanya penurunan skala nyeri dari skala 4 menjasi skala 3. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifianto,dkk. (2019) yang menyatakan bahwa terapi non farmakologi berupa terapi Relaksasi Benson dapat menurunkan skala nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah dilakukan selamat 15 menit. Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan penulis di IGD RSUD Salatiga bahwa setelah dilakukan teknik relaksasi benson pada pasien abdominal pain skala nyeri teratasi. KESIMPULAN Pemberian teknik relaksasi benson yang dilakukan teratur selama 15
menit dengan teknik yang benar, tubuh akan menjadi lebih rileks. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk mreningkatkan produksi Propioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkhepalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endhorpin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Dari hasil pemberian teknik relaksasi benson pada pasien abdominal pain diperoleh adanya penurunan skala nyeri dari skala 4 menjasi skala 3. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifianto,dkk. (2019) yang menyatakan bahwa terapi non farmakologi berupa terapi Relaksasi Benson dapat menurunkan skala nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah dilakukan selamat 15 menit. Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan penulis di IGD RSUD Salatiga bahwa setelah dilakukan teknik relaksasi benson pada pasien abdominal pain skala nyeri teratasi.
SARAN 1.Bagi Perawat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat serta meningkatkan sikap profesionalitas dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pasien akut abdomen. 2. Bagi Rumah Sakit Meningkatkan kualitas dalam pemberian keperawatan.
pelayanan asuhan
3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetehuan dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang dan meningkatkan kompetensi lulusan keperawatan yang professional.
DAFTAR PUSTAKA American Medical Association, 2013. American Medical Association Complete Guide to Prevention and Wellness. Wiley, United State of America Barbara C. (2012). Perawatan medical bedah (Suatu proses proses keperawatan). Jilid 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Arfa, M., Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operi pada Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.(2014). Benson, H.,& Proctor, W. (2010). Dasar-dasar Respons Relaksasi. Bandung : Kaifa Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan Komprehensif. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan Kurnia, dkk.(2018).Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Http:/Dokterpost.Com/DiagnosisDan-Terapi-Nyeri-Abdomen-DiInstalasi-Gawat-Darurat/ Solehati, Tetti & Kosasih. CE, (2015). Relaksasi Dalam Keperawatan. Bandung. PT. Refikaaditama. Sulistyo, Andarmoyo. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
Syamsiah & Muslihat. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri Akut pada Abdominal Pain di IGD RSUD Karawang. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume 3. Nomor 1
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
Syamsuhidayat, et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI Rasubala, Grace Frida. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Di RSUP. PROF. DR. R.D Kandou Dan RS TK.III R.W MONGISIDI TELING MANADO. Ejournal Keperawatan. Volume 5 Nomor 1. Universitas Sam Ratulangi Manado. Setyohadi Dkk, (2016). EIMED MERAH PAP.
Trullyen, V.L. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesaria. Wungouw Herlina, Marunduh Sylvia. (2014). Mudah mempelajari patofisiologi. Bina Rupa Aksara Publisher. Tangerang Selatan. Yusliana dkk. (2015). Efektivitas relaksasi benson terhadap
penurunan nyeri pada ibu post partum section
caesarea.