* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
MAKALAH FILSAFAT ILMU
s
Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Filsafat Ilmu
Disusun oleh : dr. Abigail Pheilia Yumeisien T
(NIM 012018066312)
dr. Hendra Boy Situmorang dr. Albert Simon
(NIM 012018176306) (NIM 012018066305)
dr. Ilham Ikhtiar dr. Dandy Hertriwibowo
(NIM 012018036302) (NIM 012018136307)
dr. Krismanto dr. Dewi Sartika Ari Wanda
(NIM 01201809305) (NIM 012018146303)
dr. Yudi Agustinus Allositandi
(NIM 012018156308)
dr. Putri Ayu Madedi Budiawan
(NIM 012018166305)
dr. Eden
(NIM 012018186304)
Dosen Pengajar: Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS(K)
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang sarana berfikir ilmiah. Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bisa lebih bermanfaat.
Surabaya, 10 Januari 2021
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................1 Kata Pengantar...........................................................................................................................2 Daftar Isi.....................................................................................................................................3 Bab 1 - Pendahuluan..................................................................................................................4 1.1.
Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2.
Perumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penulisan....................................................................................5
1.3.1.
Tujuan Penulisan..................................................................................................5
1.3.2.
Manfaat Penulisan................................................................................................5
1.4.
Sistematika Penulisan..................................................................................................5
Bab 2 – Tinjauan Pustaka...........................................................................................................7 2.1.
Pengertian Filsafat Ilmu..............................................................................................7
2.2.
Tujuan Filsafat Ilmu..................................................................................................10
2.3.
Manfaat Filsafat Ilmu................................................................................................13
Bab 3 - Kesimpulan..................................................................................................................15 Daftar Pustaka..........................................................................................................................16
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pada awalnya ilmu pengetahuan muncul atas dasar filsafat yang melalui proses
perkembangan. Misalnya, Ilmu Pengetahuan Alam (The Natural Science) yang merupakan perkembangan dari filsafat alam. Oleh karena itu, filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Ilmu menawarkan cara kerja tertentu dengan akal budi, kritis, analitis pada setiap realitas. Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian. Berfilsafat sesungguhnya adalah bagaimana manusia mempertanyakan segala realitas dengan rasio-rasio. Kenyataan, menunjukkan bahwa pada hakikatnya filsafat membantu manusia dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Selain filsafat, ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya terbatas sifatnya. Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut manusia secara keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia. Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, ataupun pertanyaan tentang dasar pengetahuan, tentang metode-metode
4
ilmu-ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu dijawab oleh
ilmu-ilmu pengetahuan. Di
sinilah peranan filsafat untuk menjawabnya. Makalah ini berisi ulasan mengenai pentingnya filsafat dan filsafat ilmu bagi mahasiswa, proses perkembangan pemikiran manusia, dan unsur-unsur dalam Ilmu Pengetahuan.
1.2.
Perumusan Masalah Apa pengertian filsafat ilmu?
1.2.2.
Apa tujuan belajar filsafat ilmu?
1.2.3.
Apa manfaat belajar filsafat ilmu?
1.3.
1.2.1.
Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.3.1.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian filsafat ilmu 2. Mengetahui tujuan belajar filsafat ilmu 3. Mengetahui pentingnya belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa.
1.3.2. Manfaat Penulisan 1.3.2.1.
Bagi Penulis Melalui makalah ini, penulis dapat memiliki pemahaman yang komprehensif dan utuh mengenai Filsafat Ilmu.
1.3.2.2.
Bagi Dosen Melalui makalah ini, Dr. Rahardian Indarto Susilo, dr.,Sp.BS (K) selaku dosen Filsafat Ilmu dapat mengetahui sejauh mana penulis atau mahasiswa memiliki pemahaman terhadap Filsafat Ilmu dan merangkumnya.
1.3.2.3.
Bagi Pembaca Melalui makalah ini, pembaca diharapkan memahami filsafat ilmu dengan utuh dan dapat berpikir kritis.
1.4.
Sistematika Penulisan
Sistematika dalam makalah ini dibagi ke dalam tiga bab, yaitu: 1. Bab I yang merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan dalam makalah ini. 5
2. Bab II yang merupakan pembahasan yang menguraikan mengenai pentingnya filsafat dan filsafat ilmu bagi mahasiswa, proses perkembangan pemikiran manusia, dan unsur-unsur dalam Ilmu Pengetahuan. 3. Bab III yang merupakan kesimpulan dari makalah ini.
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Filsafat Ilmu Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Sehingga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan. Pengertian filsafat dapat dibedakan berdasarkan sisi kebahasaan, sisi filsafat sebagai ilmu, filsafat dari sisi benda, filsafat sebagai suatu aktivitas. Dari sisi kebahasaan kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philisophia. Philo dengan arti cinta dan Sophia dalam arti kebijaksanaan atau kebenaran. Philosofia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. Kata philosophia ditransformasikan ke berbagai bahasa. Dalam bahasa Arab disebut falsafah. Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat/filsafat. Dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut Philosophie. Dari sisi filsafat sebagai ilmu. Plato, filsuf besar Yunani mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan. Atau dengan singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles, murid Plato mengatakan , filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkadang di dalamnya terdapat ilmu metafisika, logika, retorika, politik, social budaya dan estetika. Alfarabi, filsuf besar Muslim dengan gelar Aristoteles ke 2, mengatakan filasafat adalah pengetahuan tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya. Menurut Immauel Kant, filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa, mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, seperti apa yang dapat kita ketahui dijawab oleh metafisika, apa yang boleh kita kerjakan dijawab oleh etika, apa yang dinamakan manusia dikerjakan oleh antropologi, sampai mana harapan kita dijawab oleh agama. Menurut Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai manusia. 7
Dari filsafat dari sisi benda. Menurut Titus dkk, mengajukan dai pengertian filsafat. Pertama, filsafat adalah sekumpulan problem-problem yang langsung dan mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Kedua, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dapat diartikan adalah sebagai suatu proses berpikir untuk memperoleh jawaban-jawaban dari berbagai problem Titus dkk, memberikan 3 pengertian filsafat sbg aktivitas: Pertama, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan diri dari sikap yang sangat kita junjung tinggi. Kedua, filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Ketiga, filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh gambaran keseluruhan. Pemikiran rasional yang mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu tradisional dan mitos, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya. Dengan pemikiran kritisnya, manusia tidak puas terhadap kebodohannya sendiri serta terhadap ketidakjelasan segala macam informasi yang diterimanya. Pemikiran kritis adalah pemikiran yang menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang yang berpikir kritis tidak puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja. Informasi yang merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan hal yang dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dengan demikian orang yang berpikir kritis perlu dapat membedakan serta memilih penjelasan yang relevan dan benar, daripada penjelasan yang tidak relevan dan salah.
Untuk
memperoleh
penjelasan
yang
relevan
dan
kebenarannya
dapat
dipertanggungjawabkan, selain melakukan pengamatan dan penelitian secara cermat dan teliti, orang juga perlu berpikir logis. Berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan, serta kesimpulan yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pemikiran yang kritis dan disusun secara logis, diharapkan dapat menghasilkan tubuh pengetahuan yang sistematis, sebagai satu-kesatuan pemahaman yang saling terkait satu sama lain secara organis, yang masing-masing bagian memiliki kedudukan dan peranan yang memang tak tergantikan. Dengan dibongkarnya belenggu-belenggu tradisional dan mitos, manusia dibebaskan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat membebaskan manusia dari pemahaman yang picik, dangkal, dan tidak jelas. Filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Ringkasnya filsafat akan membebaskan manusia dari segala 8
jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia, serta memberi keleluasaan pada manusia untuk berpikir. Untuk membebaskan manusia dari cara pemahaman yang picik dan dangkal, filsafat akan membimbing manusia untuk berpikir secara luas (komprehensif) dan mendalam (radi- kal). Dan filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia melakukan pemikiran secara rasional (kritis, logis dan sistematis), memilah mana yang relevan untuk memberikan penjelasannya dan mana yang tidak relevan, serta dapat memberikan jalan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain sedikit penjelasan tentang peranan filsafat sebagai pendobrak, pembebas dan pembimbing pemikiran manusia dari segala macam belenggu yang mengekang dan mempersempit aktivitasnya, ada baiknya dijelaskan sedikit tentang pendorong munculnya pemikiran filsafat. Filsafat ternyata berakar dalam kecenderungan kodrat manusia yang berakal budi itu. Manusia yang didasari oleh rasa heran dan kagum cenderung bertanya-tanya tentang lingkungan alam dan kehidupan yang sedemikian mengagumkan. Pertanyaanpertanyaan yang didorong oleh rasa ingin tahu tersebut menggerakkan manusia untuk berpikir, menyelidiki dan berusaha memperoleh jawabannya. Jawaban-jawaban yang diperolehnya sering masih belum jelas, masih diragukan kebenarannya, dan tentu saja manusia tidak puas terhadap jawaban yang kebenarannya kurang meyakinkan tersebut. Sehingga manusia terus- menerus bertanya dan bertanya untuk memperoleh jawaban yang memang memberikan penjelasan yang meyakinkan dan memuaskan. Hakikat filsafat justru terletak pada kemampuannya untuk bertanya dan usaha mencari jawabannya; sehingga berfilsafat terutama berarti menge- mukakan pertanyaan dan bukan mengemukan pernyataan. Dengan filsafat kita didorong untuk berani mempersoalkan segala macam hal yang kita hadapi dan berusaha mengungkap rahasia alam semesta dan kehidupan ini. Dengan demikian filsafat ilmu pengetahuan sebagai pemikiran filosofis tentu saja semestinya juga mengemukakan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan dan per- soalanpersoalan tentang segala macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak hanya dipahami atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan serta atas dasar pandangan-pandangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, melainkan perlu dipahami atas dasar pembahasan yang rasional (kritis, logis, dan sistematis), obyektif, menyeluruh dan mendalam. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membahas ilmu pengetahuan atas perkiraan-perkiraan yang ada pada subyek, melainkan langsung mengarah pada ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai obyeknya. Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak membatasi pembahasannya hanya pada beberapa unsur serta hanya dari satu segi saja, melainkan 9
berusaha untuk membahasnya secara menyeluruh, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh. Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan tidak hanya membahas hal-hal yang secara aksidental tampak di permukaan, melainkan perlu membahas secara radikal (mendalam) untuk dapat memperoleh unsur-unsur hakiki yang menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan. Ada tiga landasan yang digunakan untuk melakukan pembahasan secara filosofis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu: landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan aksiologi. Berdasarkan landasan ontologis, filsafat mempersoalkan tentang ciri khas dari ilmu pengetahuan (yang mencakup segala jenis ilmu pengetahuan) bila dibandingkan dengan berbagai macam pengetahuan dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Secara ontologis juga perlu dipersoalkan tentang lingkup wilayah kerja ilmu pengetahuan sebagai obyek dan sasarannya, serta perlu diketahui tentang target dari kegiatan ilmu pengetahuan yang ingin diusahakan serta dicapainya. Landasan epistemologi memberikan dasar pembahasan tentang cara kerja ilmu pengetahuan dalam usaha mewujudkan kegiatan ilmiah. Di sini perlu dijelaskan langkah-langkah, metode- metode ilmu pengetahuan, dan sarana yang relevan dengan sasaran serta target kegiatan ilmiah yang dilakukannya. Dan landasan aksiologi menjadi dasar pembahasan untuk menemukan nilai-nilai yang terkait dalam kegiatan ilmiah. Selain nilai kebenaran, perlu disadari adanya berbagai nilai kegunaan yang dapat ditemukan dalam ilmu pengetahuan sebagai implikasinya. Sebagai yang memiliki nilai kegunaan, ilmu pengetahuan memiliki nilai netral, yang baik dan jahatnya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikannya.
2.2.
Tujuan Filsafat Ilmu Tujuan dari filsafat ilmu tidak lepas dari pendekatan yang dipakai. Pada dasarnya
filsafat ilmu menjembatani antara suatu fenomena dengan upaya penjelasan nalar terhadap fenomena tersebut. Hal ini membedakan filsafat ilmu dengan cabang-cabang filsafat lainnya. Filsafat ilmu mengidentifikasi apa yang memenuhi syarat sebagai ilmu, kehandalan teori ilmiah, dan tujuan akhir dari suatu ilmu. Ilmu bukanlah suatu dongeng, mitos, atau takhayul. Secara filsafat, suatu ilmu memiliki aspek metafisika, epistemiologi, metodologi, dan etik-semantik yang melekat dalam identitasnya, dan hal-hal tersebut saling tumpeng tindih definisinya terhadap filsafar ilmu. Aspek metafisika meneliti sifat dasar realitas, termasuk hubungan antara isi pikiran dan materi, antara substansi dan atribut, dan antara potensi dan aktualitas. Kata "metafisika" berasal dari dua kata Yunani meta- dan physik yang berarti "di-(setelah, antara, sekitar)" dan "alam". Jika digabung, maka secara harfiah berarti 10
"setelah, di belakang, atau di antara yang alami". Studi metafisika dilakukan dengan menggunakan deduksi secara a priori. Metafisika mencoba memberikan penjelasan yang koheren tentang struktur suatu fenomena, sehingga mampu menjelaskan persepsi sehari-hari dan ilmiah tentang fenomena terbebas dari kontradiksi. Dalam ilmu kedokteran, metafisika sering diungkapkan sebagai pertanyaan kausalitas "apa yang menyebabkan sehat?" dan "apa yang menyebabkan penyakit?" (Worrall, 2011). Epistemologi adalah cabang dalam filsafat kedokteran yang berkaitan dengan pengetahuan - dalam kata lain dapat disebut theory of the knowledge. Tiga pertanyaan umum yang diajukan adalah "apa itu ‘mengetahui’ atau ‘pengetahuan’?", "bagaimana kita tahu apa yang kita ketahui?", dan "apa yang kita ketahui ketika kita mengklaim bahwa kita tahu?". Epistemologi memberikan tiga kelompok teori falsafah yang harus digenggam oleh seorang pengguna ilmu: 1) Sebuah ilmu dan produknya adalah familiar bagi pengguna ilmu tersebut, (knowledge of acquaintance) 2) Kemampuan (kompetensi) untuk melakukan suatu ilmu harus dimiliki sebelum melakukannya, (knowledge of competence), dan 3) Suatu ilmu didasarkan pada kebenaran dan fakta-fakta yang sesuai ilmu tersebut (knowledge of proposition) (Bishop and Trout, 2004; Khushf, 2013). Filsafat ilmu memberikan dasar logis yang bersifat ilmiah terhadap suatu metode keilmuan. Pada zaman sebelum dikenalnya ilmu, manusia mengaitkan berbagai fenomena alam dengan mitos-mitos sesuai dengan kemampuan nalar mereka. Negara asal kata filsafat, yaitu Yunani, juga sangat kental dengan model filsafat semacam ini. Namun, seiring dengan ditemukannya bukti-bukti logis terhadap suatu fenomena dan keinginan manusia untuk menjelaskan suatu kausalitas, model filsafat bergeser dari paham berdasarkan takhayul menjadi paham berdasarkan logika. Pergeseran dari pola berfilsafat ini juga menggeser metodologi takhayul menjadi metodologi logis-rasional untuk pemecahan suatu masalah. Socrates merupakan salah satu tokoh penting penggerak pergesaran ini. Socrates menggunakan teknik yang disebut dengan dialektika, yaitu mengungkapkan pertanyaan pada suatu fenomena, dan kemudian mengulang-ulang pertanyaan itu lagi hingga orang yang ditanya tidak mampu menjawab (Putra and Harjanto, 2010). Perubahan ini lambat laun, memisahkan ilmu (science) dari bukan ilmu, seperti kepercayaan, literatur, dan ilmu-semu (pseudo-science) (Resnik, 2000), yang disebut dengan proses demarkasi. Proses demarkasi ini memberikan problem tersendiri, bahwa menemukan kriteria pembeda antara ilmu dan bukan ilmu. Inilah yang disebut sebagai masalah demarkasi, yang memberikan azas falsifiabilitas dalam berlogika. Pada 1959, Popper berpendapat bahwa sebuah ilmu harus
mengadopsi metodologi berdasarkan falsifiabilitas, karena tidak ada sejumlah eksperimen
11
yang dapat membuktikan sebuah teori, tetapi ada eksperimen atau observasi yang dapat direproduksi sehingga dapat membantah teori tersebut (Popper, 2005). Tujuan lain berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Filsafat ilmu memiliki tiga landasan pembahasan terhadap ilmu pengetahuan, yaitu: ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Tafsir, 2009). Dari landasan pembahasan ontologis, kita diharapkan memiliki gambaran yang benar dan menyeluruh tentang ilmu pengetahuan; dapat menemukan ciri-ciri khas ilmu pengetahuan bila dibandingkan dengan berbagai macam kegiatan yang kita lakukan, misalnya filsafat, agama dan seni. Kita diharapkan menyadari bahwa ilmu pengatahuan merupakan kegiatan akal budi manusia yang tentu saja juga memiliki arah dan tujuan (bersifat teleologis). Filsafat ilmu diharapkan dapat menunjukkan arah-tujuan dari kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya, yaitu memperoleh pengetahuan ilmiah, yang kebenarannya memang cukup dapat dipertanggung jawabkan, disamping perlu disadari adanya tingkatan target yang perlu diusahakan dalam kegiatan ilmiah. Beberapa target yang secara berjenjang menjadi sasaran kegiatan ilmiah, yaitu: pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausatif, pengetahuan prediktif, dan pengetahuan operatif. Dengan demikian filsafat ilmu akan mampu menunjukkan orientasi yang tepat dari kegiatan ilmu pengetahuan. Landasan pembahasan epistemologis diharapkan memberikan penjelasan tentang metode-metode dan langkah-langkah yang relevan demi tercapainya tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya. Ada beberapa pola prosedural yang perlu dipahami dalam rangka dapat menemukan data-data serta menyusun hasil ilmu pengetahuan yang diharapkan, misalnya: wawancara, observasi, eksperimen. Dengan pembahasan epistemologis ini, diharapkan Filsafat ilmu mampu menuntun langkah-langkah mahasiswa untuk melakukan kegiatan ilmiah agar sampai pada tujuan yang sebenarnya. Terakhir adalah landasan pembahasan secara aksiologis. Dari landasan pemahaman secara aksiologis, diharapkan mampu menunjukkan kepada mahasiswa tentang nilai-nilai yang layak diperjuangkan dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Disamping memiliki nilai kebenaran yang bersifat teoritis, ilmu pengetahuan pada gilirannya memiliki nilai praktis pragmatis, karena mampu memberikan dasar yang cukup dapat dipertanggung jawabkan bagi penyelenggaraan kehidupan manusia. Dengan demikian Filsafat ilmu diharapkan mampu menunjukkan arah kegiatan ilmiah, tidak hanya sekedar secara teoritis menunjukkan kebenaran ilmiah, tetapi lebih jauh menunjukkan arah kegiatan ilmiah yang bersifat pragmatis, yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Dengan demikian 12
ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai yang membebani pemikiran manusia, melainkan dirasakan sebagai kegiatan yang dapat mempertajam pemikiran manusia dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan kehidupan untuk memberkan pemecahan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia (Ernita, 2019).
2.3. Manfaat Filsafat Ilmu Filsafat seringkali disebut oleh para filsuf sebagai induk semang dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Seiring dengan perkembangan kehidupan dan perkembangan dari ilmu pengetahuan itu sendiri, pengertian dari filsafat pun juga ikut berkembang. Ada yang berpendapat bahwa filsafat adalah pekerjaan yang muncul dari pemikiran, ada yang mengartikan filsafat sebagai konsep dasar guna mengenal kehidupan sebagaimana yang dicita-citakan, dan sebagainya. Banyak sekali pelajaran atau manfaat kita berfilsafat. Manfaat-manfaat itu akan akan menguntungkan diri kita sendiri, diantaranya: berpikir kritis, dalam artian menerima atau menolak sesuatu berdasarkan argumen, otentik, dalam artian berdiri sendiri, memiliki kesadaran. Jadi tidak hanya membeo atau ikut-ikutan dan self-sufficient. Penelaahan filsafat yang efektif, sekali lagi, bersifat luas, mendalam, dan kritis. Relevansi kritis dari penelaahan semacam itu tidak dapat dipungkiri. Singkatnya, dengan melakukan telaah filsafat, kita akan semakin mandiri secara intelektual, lebih toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan semakin membebaskan diri dari dogmatisme. Berikut merupakan manfaat dari filsafat ilmu: 1.
Pengkajian filsafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai dasar seseorang, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi arah kehidupan yang lebih baik.
2.
Pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan dari dogmatisme, toleransi terhadap
pandangan-pandangan
orang
yang
berbeda,
serta
kemandirian
intelektual. 3.
Kebebasan intektual dan sikap-sikap lainnya yang berkaitan, akan kita peroleh dengan mengkaji persoalan-persoalan filsafat secara mendalam.
4.
Penilaian kritis. Tujuan berfilsafat bukan sekedar meninjau berbagai macam teori, tetapi juga menilainya secara kritis. Sehingga, sikap kritis akan senantiasa kita peroleh. 13
5.
Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi. Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas.
6.
Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia. Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
7.
Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang. Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
8.
Filsafat dapat mengasah
kemampuan
kita
dalam melakukan penalaran –
Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda (Wardhana, 2016). Filsafat ilmu membimbing kita untuk memikirkan dan merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan yang kita lakukan. Kita diharapkan tidak hanya melakukan kegiatan ilmu pengetahuan atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang sering tidak kita sadari orientasinya. Dengan pemikiran yang rasional (kritis, logis, dan sistematis) diharapkan kita dapat menemukan kejelasan pemahaman tentang ilmu pengetahuan dengan segala unsur-unsurnya serta arah tujuan kegiatan ilmu pengetahuan yang kita lakukan. Dengan pembahasan ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan mendalam kita memperoleh pemahaman yang utuh dan lengkap tentang ilmu pengetahuan, serta dapat menemukan ciri-ciri hakiki tentang ilmu pengetahuan. Dengan pemahaman yang lengkap dan tepat tentang ilmu pengetahuan tersebut, kita berharap tidak terbelenggu oleh kebenaran semu yang menyesatkan, melainkan memiliki sikap dan tindakan yang bijaksana dalam ikut terlibat melakukan kegiatan ilmu pengetahuan, untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang sebenarnya kita harapkan (Ernita, 2019).
14
BAB 3 KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan 3.1.1
Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan Tuhan
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan
3.1.2
Tujuan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu bertujuan untuk mengidentifikasi apa yang memenuhi syarat sebagai ilmu, kehandalan suatu teori ilmiah, dan tujuan akhir dari suatu ilmu
Suatu ilmu memiliki aspek metafisika, epistemiologi, metodologi, dan semantik.
Filsafat ilmu merupakan usaha kritis pada suatu metode keilmuan, yang memberikan dasar logis yang bersifat ilmiah terhadap suatu metode keilmuan.
Menemukan kebenaran yang sebenarnya, suatu hakikat ilmu yang terdalam
3.1.2 Manfaat Filsafat Ilmu
Memberikan penelaahan yang bersifat luas, mendalam, dan kritis
Membimbing manusia untuk memikirkan dan merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan yang kita lakukan
Memperoleh pemahaman yang utuh dan lengkap tentang ilmu pengetahuan,
Menemukan ciri-ciri hakiki tentang ilmu pengetahuan
Memberikan jalan bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki akal budi, yang cen derung bertanya-tanya untuk memperoleh penerangan atau penjelasan yang dapat di pertanggungjawabkan
15
DAFTAR PUSTAKA Bishop, M. A. and Trout, J. D. (2004) Epistemology and the Psychology of Human Judgment. Oxford University Press. Ernita (2019) Filsafat Ilmu. Medan: Wal Ashri Publishing. Khushf, G. (2013) ‘A Framework for Understanding Medical Epistemologies’, Journal of Medicine and Philosophy, 38(5), pp. 461–486. doi: 10.1093/jmp/jht044. Popper, K. (2005) The Logic of Scientific Discovery. Routledge. Routledge. Putra, S. T. and Harjanto, J. (2010) Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Airlangga Unibersity Press. Resnik, D. B. (2000) ‘A pragmatic approach to the demarcation problem’, Studies in History and Philosophy of Science Part A, 31(2), pp. 249–267. doi: 10.1016/S00393681(00)00004-2. Tafsir, A. (2009) Filsafat Ilmu - Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wardhana, M. (2016) Filsafat Kedokteran. Denpasar: Vaikuntha International Publication. Worrall, J. (2011) ‘Causality in medicine: Getting back to the Hill top’, Preventive Medicine, 53(4–5), pp. 235–238. doi: 10.1016/j.ypmed.2011.08.009.
16