jurnal kttu pedoman

  • Uploaded by: Agustin Dwi Merdiana
  • Size: 329.9 KB
  • Type: PDF
  • Words: 4,117
  • Pages: 10
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

Volume Nomor y,Manarang Juli 0000 Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ... Jurnal x, Kesehatan Volume x, Nomor y, Juli 0000, pp. 07 – 10 ISSN 2528-5602 (Online), ISSN 2443-3861 (Print) Journal homepage: http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m

FAKTOR SOSIODEMOGRAFI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT Nissa Noor Annashr1, Peneliti Kedua2, Peneliti Ketiga3, dan Seterusnya4 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi 2 Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi

1

ARTICLE INFO Article history Submitted : 2018-11-07 Revised : 2019-03-03 Accepted : 2019-03-04

Keywords: Mental retardation Parenting Learning achievement Kata Kunci: Umur Jenis kelamin Tingkat Pendidikan Status pernikahan Penerapan protokol kesehatan

ABSTRACT The abstract is written using Times New Roman 11, structured (250 300 words), consisting of only 1 paragraph with 2 – 5 key words. Abstracts are listed under the author's name in English. The abstract component consists of Background, Objective, Method, Result, and Conclusion. Does not include tables, references, abbreviations and acronyms that are not explained, does not contain information or conclusions that are not in the text. The abstract is written using Times New Roman 11, structured (250 - 300 words), consisting of only 1 paragraph with 2 - 5 key words. Abstracts are listed under the author's name in English. The abstract component consists of Background, Objective, Method, Result, and Conclusion. Does not include tables, references, abbreviations and acronyms that are not explained, does not contain information or conclusions that are not in the text. Abstrak ditulis menggunakan Times New Roman 11, terstruktur (250 – 300 kata), hanya terdiri atas 1 paragraph dengan 2 – 5 kata kunci (key words). Abstrak dicantumkan di bawah nama penulis dalam bahasa Inggris. Komponen abstrak terdiri dari Background (latar belakang), Objective (tujuan), Method (metode), Result (hasil), dan Conclusion (kesimpulan). Tidak mencantumkan tabel, rujukan, singkatan dan akronim yang tidak dijelaskan, tidak memuat informasi atau simpulan yang tidak ada dalam naskah. Abstrak ditulis menggunakan Times New Roman 11, terstruktur (250 – 300 kata), hanya terdiri atas 1 paragraph dengan 2 – 5 kata kunci (key words). Abstrak dicantumkan di bawah nama penulis dalam bahasa Inggris. Komponen abstrak terdiri dari Background (latar belakang), Objective (tujuan), Method (metode), Result (hasil), dan Conclusion (kesimpulan). Tidak mencantumkan tabel, rujukan, singkatan dan akronim yang tidak dijelaskan, tidak memuat informasi atau simpulan yang tidak ada dalam naskah.

 Corresponding Author: Nissa Noor Annashr Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Telp. 087830449634 Email: [email protected]

7

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

sedangkan kategori pendidikan tinggi merupakan responden yang telah menyelesaikan pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Umur adalah umur responden yang dihitung dari selisih tahun saat penelitian dilaksanakan dan tahun kelahiran responden. Umur responden diklasifikasikan menjadi 2 kategori menggunakan nilai median sebagai cut off point karena setelah dilakukan uji normalitas data, data mengenai umur tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, terdapat 2 kategori untuk variabel umur yaitu responden yang berumur ≤ 21 tahun dan responden berumur > 21 tahun. Jenis kelamin terdiri dari 2 kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui status pernikahan, responden diminta mengisi variabel status pernikahan dengan pilihan jawaban “belum menikah”, “menikah” dan janda/duda”. Untuk memudahkan proses analisis bivariat, ketiga kategori tersebut dirubah menjadi 2 kategori yaitu responden yang belum menikah dan sudah menikah-pernah menikah. Proses pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang disebarkan secara online pada media sosial berupa berupa whatsapp, instagram dan facebook.

PENDAHULUAN Semua isi artikel harus ditulis dengan jarak satu spasi, indentasi: 1 cm, font: Times New Roman 11 regular. Silahkan tulis bagian pendahuluan di sini. Jika diperlukan, bagian ini dapat dipisahkan ke beberapa sub bagian seperti latar belakang, tujuan, dll. Harap tuliskan judul sub bagian dengan benar seperti contohnya. Metode, Hasil dan Diskusi juga dapat dipisahkan ke beberapa sub bagian. Tolong tuliskan kutipan dengan benar seperti contoh ini (Ashriady, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk Provinsi Jawa Barat yang memiliki umur ≥ 12 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hal ini dikarenakan sampel dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengisi formulir atau kuesioner secara sukarela yang disebarkan melalui media sosial berupa whatsapp, instagram dan facebook. Dari proses tersebut, berhasil didapatkan sampel sebanyak 2.502 orang. Pengumpulan Data Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor sosiodemografi, terdiri dari tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, status pernikahan. Sementara itu, variabel terikat adalah penerapan protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19. Variabel tingkat pendidikan menunjukkan pendidikan terakhir yang ditempuh responden. Tingkat pendidikan responden terdiri dari responden yang menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD), responden yang menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), responden yang menyelesaikan pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) dan responden yang menyelesaikan pendidikan dari perguruan tinggi. Tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi 2 kategori untuk keperluan analisis bivariat, yaitu kategori pendidikan rendah jika responden telah menyelesaikan pendidikan SD dan SMP,

Pengolahan dan Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah melalui tahap proses pengeditan, pengkodean, pemroseasn dan permbersihan. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. HASIL Berikut adalah hasil analisis univariat mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor sosiodemografi yang ditunjukkan oleh tabel 1. .

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Sosiodemografi Karakteristik Responden

n

8

Persen (%)

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

Umur < 21 tahun ≥ 21 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA Lulus PT Status Pernikahan Belum menikah Menikah Janda/duda Berdasarkan hasil analisis univariat yang ditunjukkan oleh tabel 1, diketahui bahwa lebih dari sebagian responden berumur ≥ 21 tahun (52,7%). Mayoritas responden adalah perempuan dengan persentase sebesar 74,5%.

1.183 1.319

47,3 52,7

638 1.864

25,5 74,5

15 76 1.615 796

0,6 3,0 64,5 31,8

2.076 410 16

83,0 16,4 0,6

Untuk variabel tingkat pendidikan, proporsi responden terbanyak merupakan lulusan SMA (64,5%). Distribusi responden berdasarkan status pernikahan menunjukkan bahwa mayoritas responden belum menikah (83,0%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Protokol Kesehatan Variabel Penerapan Protokol Kesehatan Menjaga jarak Jarang/tidak pernah Sering/selalu Memakai masker Jarang/tidak pernah Sering/selalu Mencuci tangan Jarang/tidak pernah Sering/selalu

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa mayoritas responden sering/selalu menerapkan protokol kesehatan berupa menjaga jarak saat berada di luar rumah, dengan persentase sebesar 80,9%. Mayoritas responden sering/selalu menggunakan masker dengan persentase sebesar 93,3%. Sebagian besar responden

n

%

481 2.021

19,1 80,9

168 1.864

6,7 93,3

227 2.275

9,1 90,9

memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan frekuensi sering/selalu, persentasenya sebesar 90,9%. Ketiga komponen perilaku tersebut kemudian dikonversi menjadi kategori perilaku pencegahan COVID-19 sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Penerapan Protokol Kesehatan Variabel Penerapan Protokol Kesehatan Kurang baik Baik

9

n 668 1.834

% 26,7 73,3

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

Tabel 3 menunjukkan bahwa umumnya responden sudah menerapkan protokol kesehatan dalam rangka mencegah penularan

COVID-19. Sebagaimana data menunjukkan terdapat 73,3% responden yang sudah menerapkan protocol kesehatan dengan baik.

Tabel 4. Analisis Bivariat Faktor Sosiodemografi dan Penerapan Protokol Kesehatan Variabel Bebas (Faktor Sosiodemografi) Umur < 21 tahun ≥ 21 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi Status Pernikahan Belum menikah Menikah dan pernah menikah

Penerapan Protokol Kesehatan Kurang baik Baik n % n %

Total

Nilai p

OR (95% CI)

n

%

1.183 1.319

100 100

0,0001

1,748 (1,413-2,162)

100 100

0,0001

2,626 (2,109-3,271)

247 173

20,9 13,1

936 1.146

79,1 86,9

179 241

28,1 12,9

459 1.623

71,9 87,1

17 403

18,7 16,7

74 2.008

81,3 83,3

91 2.411

100 100

0,622

-

375 45

18,1 10,6

1.701 381

81,9 89,4

2.076 426

100 100

0,0001

1,867 (1,344-2,593)

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa dari 4 variabel bebas yang diteliti, terdapat 3 variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan penerapan protokol kesehatan. Ketiga variabel tersebut yaitu umur (p = 0,000; OR = 1,748; 95% CI :1,413-2,162), jenis kelamin (p = 0,000; OR = 2,626; 95% CI : 2,109-3,271), dan status pernikahan (p = 0,000; OR = 1,867; 95% CI : 1,344-2,593). Sementara itu, variabel tingkat pendidikan tidak terbukti memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku pencegahan COVID-10 (p = 0,622).

638 1.864

Setelah selesai dilakukan analisis bivariat, langkah selanjutnya adalah memilihi variabel yang memiliki nilai p < 0,25 untuk dimasukan ke dalam model analisis multivariat. Dari keseluruhan variabel yang diteliti terdapat 3 variabel yang memiliki nilai p < 0,25 yaitu variabel umur, jenis kelamin, dan status pernikahan. Oleh karena itu, ketiga variabel tersebut dianalisis secara multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Adapun hasil akhir analisis multivariat ditunjukkan oleh tabel 5.

Tabel 5. Hasil Akhir Analisis Multivariat Variabel Penerapan Protokol Kesehatan Umur Jenis kelamin Status pernikahan Constant

Nilai p

Exp (B)

95% CI

0,007 0,000 0,014 0,011

0,762 2,475 1,422 0,630

0,625-0,929 2,035-3,008 1,073-1,886

10

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki nilai OR paling besar jika dibandingkan variabel lainnya (OR = 2,475, 95% CI : 2,035-3,008) sehingga variabel ini memiliki hubungan yang lebih besar dengan penerapan protokol kesehatan dalam mencegah penularan COVID-19.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ngwewondo, dkk di Kamerun menunjukkan hal serupa dimana responden yang berumur > 20 tahun secara signifikan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan responden yang umurnya lebih muda.11 Rahman dan Sathi (2020) dalam penelitiannya di Bangladesh menunjukkan responden yang berumur 30 ke atas memiliki sikap lebih optimis dalam menghadapi pandemi COVID-19 dibandingkan responden usia 18-29 tahun.12 Dengan adanya pengetahuan yang memadai dan sikap yang lebih optimis atau positif pada kelompok usia yang lebih tua maka akan mempengaruhi mereka untuk bertindak lebih baik dalam mencegah penularan COVID-19. Berdasarkan variabel jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin peremuan (74,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin (p=0,000; OR=2,626; 95% CI : 2,109-3,271) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan COVID-19. Responden laki-laki cenderung memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik dibandingkan dengan responden perempuan.

PEMBAHASAN Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 22,85 tahun. Berdasarkan hasil pengelompokkan umur responden, diketahui lebih dari sebagian responden berumur ≥ 21 tahun (52,7%). Sementara itu, hasil analisis univariat juga menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah menerapkan perilaku pencegahan COVID-19 dengan baik (83,2%). Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan perilaku pencegahan COVID-19 pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) (p=0,000; OR = 1,748, 95% CI : 1,413-2,162). Responden yang berumur ≥ 21 tahun memiliki kecenderungan untuk menerapkan perilaku pencegahan COVID-19 yang baik jika dibandingkan dengan responden berumur < 21 tahun. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Ferdous, dkk yang melibatkan penduduk berusia 12-64 tahun. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa penduduk yang memiliki usia lebih tua ternyata lebih sering mempraktikan tindakan pencegahan COVID-19 di Bangladesh dibandingkan penduduk usia muda.5 Penelitian oleh Van Nhu, dkk di Vietnam menunjukkan hal yang sama dimana orang muda cenderung tidak mempraktikkan semua tindakan pencegahan COVID-19.9 Semakin tua umur seseorang, mereka akan memiliki kecenderungan untuk menerapkan perilaku atau tindakan pencegahan COVID-19 yang semakin baik. Hal ini dikarenakan semakin tua umur seseorang, semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Pengetahuan itulah yang menjadi dasar mereka untuk bertindak. Sebagaimana dibuktikan melalui penelitian Al-Hanawi, dkk di Arab Saudi yang menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat mengimpelemntasikan praktik pencegahan COVID-19 yang lebih baik pula jika dibandingkan dengan orang yang lebih muda. 10

Penelitian

yang

dilakukan 13

oleh dan Van

Syadidurrahmah, dkk di Jakarta Nhu, dkk di Vietnam9 menunjukkan hal serupa bahwa bahwa jenis kelamin menjadi

salah satu variabel yang berhubungan secara signifikan dengan praktik pencegahan COVID-19. Penduduk pria di Vietnam cenderung tidak mempraktikkan semua tindakan pencegahan COVID-19. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdous, dkk di Bangladesh. Penelitian tersebut membuktikan bahwa penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih sering mempraktikan perilaku pencegahan COVID-19 dibandingkan penduduk laki-laki.5 Adanya perbedaan perilaku pencegahan COVID-19 antara laki-laki dan perempuan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagaimana hasil penelitian Al-Hanawi, dkk menunjukkan bahwa laki-laki memiliki pengetahuan yang lebih rendah mengenai penyakit COVID-19 serta sikap yang kurang optimis.10 Kedua faktor tersebut yang pada akhirnya terbukti menyebabkan laki-laki menerapkan praktik pencegahan COVID-19 yang kurang baik dibandingkan perempuan. Di

11

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

samping itu, perempuan memiliki kehati-hatian lebih tinggi dibandingkan laki-laki sehingga lebih cenderung untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kesehariannya.13 Dalam penelitiannya, Wiranti, dkk menyimpulkan bahwa perempuan cenderung lebih patuh terhadap regulasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran yang besar untuk dapat memobilisasi masyarakat dalam menerapkan perilaku pencegahan COVID-19 melalui berbagai perannya, baik sebagai ibu rumah tangga, kader, maupun tokoh masyarakat.14 Dari 2.502 responden yang terlibat dalam penelitian ini, skor rata-rata untuk pengetahuan adalah 74,1952. Lebih dari sebagian responden memiliki penegtahuan yang baik (≥ median = ≥ 77,27) dengan persentase sebesar 56,8%. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui bahwa variabel pengetahuan memiliki korelasi yang signifikan dengan perilaku pencegahan COVID-19 di masa AKB (p=0,000; OR=2,018; 95% CI : 1,632-2,496). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Sathi. Dalam penelitiannya, mereka menemukan adanya korelasi positif antara skor pengetahuan COVID-19 dan skor praktik pencegahan (r = 0,291, p < 0,01). Untuk 1 unit perubahan skor pengetahuan, terdapat peningkatan 1,73 kali kemungkinan responden untuk tinggal di rumah dan menggunakan masker.12 Hal ini juga diperkuat dengan temuan dari penelitian Akalu yang menyebutkan bahwa responden dengan pengetahuan yang buruk lebih cenderung memiliki praktik yang buruk.8 Baik buruknya pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdous, dkk menunjukkan bahwa pengetahuan COVID-19 yang lebih akurat berkorelasi secara signfikan dengan variabel usia dan tempat tinggal.5 Almofada, dkk dalam penelitiannya juga mendukung temuan tersebut. Proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik berbeda-beda antara wilayah atau lokasi tempat tinggal, dimana hampir setengah dari partisipan penelitian dari wilayah tengah (49,8%) mengetahui tentang cara menghindari penyebaran COVID-19 dengan meninggalkan jarak.15 Reuben, dkk di Nigeria menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam penelitiannya memiliki pengetahuan yang baik (99,5%) tentang COVID-19 dan informasi mengenai COVID-19 mereka dapatkan

terutama berasal dari internet/media sosial (55,7%) dan televisi (27,5%).16 Tingkat pendidikan juga memiliki kontribusi dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai COVID-19 sebagaimana dibuktikan dalam penelitian Akalu.8 Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan korelasi positif antara pengetahuan dan perilaku pencegahan COVID-19. Penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk di Indonesia menunjukkan bahwa di antara responden yang memiliki pengetahuan yang baik juga menunjukkan sikap yang positif (58,85%), dan perilaku yang baik dalam mengimplementasikan social disctancing (93,3%). Responden yang memiliki sikap positif juga menunjukkan perilaku yang baik (96,7%).17 Reuben, dkk di Nigeria menunjukkan kecenderungan yang sama bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang COVID-19, memiliki sikap positif mengenai kepatuhan terhadap peraturan pemerintah, serta mayoritas dari responden juga mempraktikkan social distancing/isolasi diri, meningkatkan kebersihan diri dan menggunakan masker wajah. 16 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk memiliki sikap yang positif serta berpengaruh juga terhadap penerapan perilaku yang lebih baik. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan menjadi variabel utama yang dapat merubah sikap positif mengenai tindakan pencegahan COVID-19. Tindakan pencegahan tersebut dilakukan oleh seseorang setelah mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai cara penecgahan COVID-19 serta kesadaran yang baik. Dengan adanya tindakan pencegahan yang baik pada setiap individu maka akan terjadi pengurangan risiko untuk terinfeksi penyakit COVID-19.8 Menurut Notoatmodjo (2015), pengetahuan yang memadai mengenai bahaya dari suatu penyakit, akan menstimulus seseorang untuk menerapkan perilaku atau Tindakan pencegahan yang baik.13 Dalam penelitian ini, diketahui bahwa lebih dari sebagian responden memiliki sikap yang positif (54,6%) . Hasil analisis bivariat membuktikan bahwa sikap berkorelasi secara signifikan dengan perilaku penecgahan COVID-19 (p=0,000, OR=2,628; 95% CI : 2,112-3,271). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian di dalam maupun di luar negeri.

12

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

pencegahan saat batuk dan bersin. 19 Hal ini sejalan dengan model perubahan perilaku, yang menjelaskan bahwa pengetahuan yang baik akan berkontribusi terhadap terbentuknya sikap positif, yang pada akhirnya akan meningkatkan praktik yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tinggi (96,3%) dengan rincian lulusan SMA, persentasenya sebesar 64,5% dan lulusan perguruan tinggi sebesar 31,8%. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0,622). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdous, dkk di Bangladesh dan Gannika & Sembiring pada masyarakat Sulawesi Utara, Indonesia. Dalam kedua penelitian tersebut dilaporkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka semakin sering dan baik pula mereka mempraktikan perilaku pencegahan COVID-19.6,5 Penelitian Akalu, dkk melaporkan bahwa tingkat pendidikan memiliki kontribusi dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai COVID-19.8 Dengan adanya pengetahuan yang memadai tersebut, maka perilaku seseorang akan semakin baik. Akan tetapi, hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Meskipun secara teori semakin tinggi pendidikan seseorang akan berkontribusi terhadap peningkatkan pengetahuan orang tersebut, namun dewasa ini pengetahuan dapat ditingkatkan tidak hanya melalui pendidikan formal saja. Penelitian Olum, dkk di Uganda menunjukkan bahwa pengetahuan tentang COVID-19 secara signifikan lebih tinggi di antara petugas kesehatan yang menggunakan media berita seperti televisi dan surat kabar. 20 Ada banyak sumber informasi yang dapat kita akses untuk meningkatkan pengetahuan dan mmengikuti perkembangan mengenai penyakit COVID-19. Olum, dkk juga melaporkan bahwa sumber informasi yang digunakan responden bervariasi dari mulai situs WHO, media dan situs pemerintah, media massa (TV, radio, koran), media social (Face book, whatsapp, dan lain-lain), jurnal penelitian dan lainnya. 20 Oleh karena itu, terdapat kemungkinan seseorang yang menerapkan perilaku pencegahan yang baik ternyata tidak memiliki pendidikan yang

Penelitian Yanti, dkk di Indonesia membuktikan responden yang memiliki sikap positif juga menunjukkan perilaku yang baik (96,7%).17 Penelitian Peng, dkk di China menunjukkan terdapat korelasi positif antara sikap dan praktik (r = 0,319, p <0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Ferdous, dkk juga menunjukkan hal serupa. Ferdous, dkk membuktikan bahwa sikap yang lebih positif menjadi faktor yang mempengaruhi praktik pencegahan COVID-19 lebih sering. Lebih lanjut Ferdous, dkk menjelaskan bahwa mayoritas responden setuju 'COVID-19 adalah penyakit berbahaya' serta beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang menjadi lebih positif yaitu faktor sosiodemografi seperti usia lanjut, pendidikan tinggi, pekerjaan dan pendapatan bulanan keluarga yang tinggi. 5 Penelitian Peng, dkk melaporkan bahwa sikap positif juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, dimana perempuan menunjukkan tingkat sikap positif yang lebih tinggi secara signifikan daripada laki-laki (p < 0,05).18 Tingkat pengetahuan juga memiliki kontribusi dalam mempengaruhi sikap seseorang, seperti dilaporkan dalam penelitaoin Yanti, dkk di antara responden yang memiliki pengetahuan yang baik, juga menunjukkan sikap yang positif, serta perilaku yang baik.17 Pengetahuan yang baik dan benar akan mempengaruhi sikap masyarakat menjadi lebih positif dan optimis. Van Nhu, dkk dalam penelitiannya melaporkan bahwa sikap optimis masyarakat Vietnam dalam menghadapi pandemi COVID-19 mungkin dapat dipengaruhi oleh adanya informasi terkini yang selalu diperbaharui di berbagai media massa yang ada di Vietnam sehingga masyarakat dapat mengikuti bagaimana perkembangan COVID-19. Hal ini juga diperkuat dengan kepercayaan masyarakat setelah melihat langsung bagaimana pemerintah Vietnam melakukan langkah-langkah pencegahan yang kuat sehingga jumlah kasus COVID-19 saat itu jauh lebih sedikit dibandingkan negara-negara lain di dunia.9 Penelitian Alzoubi di Jordan melaporkan responden sudah memiliki sikap yang positif dalam pencegahan COVID-19. Sikap positif tersebut termanifestasi dalam cara mereka melakukan berbagai upaya pencegahan yang tepat seperti mencuci tangan, menggunakan alkohol sebagai disinfektan, menghindari berjabat tangan, dan mengikuti tata cara

13

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

tinggi, akan tetapi orang tersebut secara rutin mengakses berbagai media informasi untuk dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai COVID-19 sehingga ia dapat mempraktikan upaya pencegahan dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum menikah (83,0%). Berdasarkan analisis bivariat, ditemukan adanya hubungan yang signifikan status pernikahan (p=0,000; OR=1,867; 95% CI : 1,344-2,593). Orang yang belum menikah cenderung untuk menerapkan perilaku kurang baik dalam mencegah penularan COVID-19. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian Van Nhu, dkk yang menyatakan bahwa status perkawinan berhubungan secara signifikan dengan praktik yang ditujukan untuk pencegahan COVID-19. Orang yang sudah menikah dan orang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi lebih mungkin untuk mempraktikkan semua tindakan pencegahan. Penelitian yang dilakukan oleh Akalu, dkk juga menunjukkan bahwa status pernikahan belum menikah memiliki korelasi yang signifikan dengan praktik pencegahan yang kurang baik.8 Hal ini mungkin dapat dijelskan karena adanya perbedaan kondisi antara orang yang belum menikah dan orang yang sudah menikah. Sebagaimana Wolf, dkk dalam penelitiannya di Amerika Serikat, membuktikan bahwa orang yang belum menikah memiliki pengetahuan yang lebih rendah mengenai COVID-19 dibandingkan orang yang sudah menikah. Bahkan dilaporkan pula bahwa orang yang belum menikah lebih cenderung menganggap diri mereka kurang siap atau bahkan tidak memiliki kesiapan yang baik dalam menghadapi pandemi COVID-19.21 Senada dengan hal tersebut, Akalu dalam penelitiannya menjelaskan bahwa peluang untuk menerapkan praktik pencegahan yang buruk di antara masyarakat yang belum menikah lebih besar dari yang sudah menikah. Hal ini mungkin didasari dari adanya perasaan bertanggungjawab dari seoseorang yang sudah menikah untuk dapat menjaga dirinya dengan baik dengan cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga saat berinteraksi dengan pasangannya tidak menjadi sumber penularan penyakit. Selain itu, bagi orang yang sudah menikah, meraka akan mendapatkan motivasi dari pasangannya untuk menerapkan perilaku pencegahan dengan baik.8

KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan mayoritas masyarakat Jawa Barat sudah menunjukkan perilaku yang baik. Umur, jenis kelamin, dan status pernikahan berhubungan secara signifikan dengan penerapan protokol kesehatan dalam mencegah penularan COVID19. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pemerintah tetap melakukan pengawasan yang massif untuk memutus rantai penularan COVID-19 dan tetap berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat pada berbagai kelompok umur, melibatkan perempuan melalui berbagai perannya. DAFTAR PUSTAKA Anna, A. (2017). Analisis Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Bromo Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2017. Ayuningtyas, D. (2018). Analisis Kebijakan Kesehatan Prinsip dan Aplikasi. Depok: Rajawali Pers. BPJS. (2016). Panduan Praktis Gate Keeper Concept (Faskes BPJS Kesehatan). Jakarta: BPJS. BPS. (2018). Statistik Indonesia, 2018. Retrieved from https://www.bps.go.id/ Budijanto, D. (2015). Puskesmas di Indonesia (Analisis Implementasi Permenkes No . 75 tahun 2014) Adequacy of Strategic Health Centre In Indonesia, (75), 179– 186. Dieleman, M., & Harnmeije, J. W. (2006). Improving health worker performance: in search of promising practices. Journal of Interventional Radiology (China). Netherland. https://doi.org/10.3969/ j.issn.1008-794X.2018.04.019. Fendi, F., & Kurniati, A. (2013). Review Sistematis Peningkatan Retensi Tenaga Kesehatan di Daerah Tertinggal. Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, 6(1), 64–73. Fitrianeti, D., Waris, L., & Yulianti, A. (2017). Penganggaran dan Penerimaan Dana Kapitasi Program JKN di Daerah Terpencil Kabupaten Kepulauan Mentawai Implementation of Breaching And Acceptance Of Health Capitation Funds National Health Care Program In Remote Areas Of Distric Mentawai Islands. Jurnal Penelitian Dan

14

Jurnal Kesehatan Manarang

Volume x, Nomor y, Juli 0000

Pola Asuh Orang Tua memengaruhi Prestasi Belajar ...

Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 1(2), 92–101. Idris, H. (2016). Ekuitas Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan : Teori & Aplikasi Dalam Penelitian Equity of Acces to Health Care : Theory & Aplication in Reserch, 7, 73–80. Indonesia. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistim Kesehatan Nasional (2012). Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah (2014). Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014, Tentang Tenaga Kesehatan (2014). Indonesia, D. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan (2009). Kemenkes Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM (2010). Kemenkes Republik Indonesia. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025. Kemenkes Republik Indonesia. Permenkes Nomor 75/2014 tentang Puskesmas (2014). Kemenkes Republik Indonesia. (2015). Rencana Strategis Kementerian Indoneisa 2015-2019. Retrieved from http://www.depkes.go.id/article/ Kemenkes Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan (2016). Kemenkes Republik Indonesia. (2018). Data tenaga kesehatan yang diberdayagunakan di Puskesamas Indoneisa. Retrieved from http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/ info/distribusi_sdmk_pkm Kepala Badan PPSDM Kesehatan. (2017).

Program Pemenuhan Tenaga Kesehatan. Paparan Rakerkesnas. Retrieved from http://depkes.go.id/resources/download/b ahan_rakerkesnas_2017/Badan PPSDM Kesehatan.pdf Kurniati, A. (2017). Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan di Indonesia. https:// doi.org/10.13140/RG.2.1.1440.6804 L Paruntu, B. R., M Rattu, A. J., Tilaar, C. R., Kesehatan Kabupaten Minahasa, D., Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, F., Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado, P., & Kunci, K. (2015). Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Kabupaten Minahasa Human Resource Requirements Planning in Health Center Minahasa District. JIKMU, 5(No. 1, Januari 2015), 43–53. Menteri, K. B. (2014). Perencaan dan Pemerataan Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah Daerah. Mujiyati, Y. Y. (2016). Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia. Litbangkes Badan, Ri Kemenkes, (75), 201–210. National Rural Health Alliance. (2008). Improving the rural and remote health workforce. Deakin West. Nurhayati, M. (2016). Peran Tenaga Medis dalam Pelayanan Kesehatan Kabupaten Kutai Barat. EJournal Llmu Administrasi Negara, 4(1), 2127–2140. Wulandari, F. K., & Achadi, A. (2016). Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengguna Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Sebagai Gatekeeper di Dua Puskesmas Kota Bekasi Tahun 2016. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2(1), 39–4. https://doi.org/10.1002/stem.438.

15

Jurnal Kesehatan Manarang

Similar documents

jurnal kttu pedoman

Agustin Dwi Merdiana - 329.9 KB

Jurnal KTTU Kelompok 6

Agustin Dwi Merdiana - 138.1 KB

Jurnal KTTU Kelompok 6

Agustin Dwi Merdiana - 138.1 KB

jurnal Zaini

Mas joo - 266.3 KB

JURNAL 2

Risma Regista - 333.8 KB

Cost Jurnal

Warung Makjang - 109.4 KB

Jurnal Asli

Shalsabilillah Defia Putri - 372.2 KB

review Jurnal

김티나 - 328.4 KB

Jurnal Echa

Tiara Widistia - 1.7 MB

Contoh jurnal

Septy Amorrinda - 56.4 KB

jurnal 2

Dha Dina Sevofration - 644.6 KB

jurnal psikolog

Mesti Kajen - 136.8 KB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]