rev HERNIA INGUINALIS LATERALIS mawar

  • Uploaded by: Virnasarri
  • Size: 199.9 KB
  • Type: PDF
  • Words: 2,183
  • Pages: 19
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh : NURIYAH FENTISARI

(14.401.18.043)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN KRIKILAN – GLENMORE – BANYUWANGI 2021

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan hernia inguinalis lateralis yang disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan. Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam penyususnan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing dan pembimbing klinik yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami berharap makalah ini dapat diterima dan bermanfaat untuk bagi semua pihak. Untuk itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis

Penulis Mei 2021

2

1. KONSEP PENYAKIT A. Definisi Hernia inguinalis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan jaringan lunak,biasanya usus melalui bagian yang lemah atau robek dibagian bawah perut dilipatan paha. Terdapat dua jenis hernia inguinalis yaitu tidak langsung dan langsung. Hernia inguinalis tidak langsung disebabkan oleh cacat pada dinding perut yang bawaan atau ada pada saat lahir. Sedangkan hernia inguinalis langsung biasannya hanya terjadi pada orang dewasa laki laki yang disebabkan oleh kelemahan otot dinding perut yang berkembang dari waktu ke waktu.(Fanny et al., 2017) Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela paha (regio inguinalis). (Goleman et al., 2019) Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis. (Koivusalo, 2018)

B. Etiologi(Astuti et al., 2018) a. Kongenital. Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus inguinalis yang cukup lebar. b. Didapat. Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya hernia: -

Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.

-

Peninggian tekanan intra abdomen

-

Pekerjaan mengangkat barang-barang berat. 3

-

Batuk karonik : bronchitis kronik dan TBC.

-

Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

C. Tanda dan Gejala(Fanny et al., 2017)  Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.  Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.  Mual dan kembung.  Tidak flatus / BAB

D. Pathofisiologi Hernia inguinalis disebabkan oleh dua faktor yakni faktor kongenital berupa kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan sehingga menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis. Faktor yang kedua yakni yang didapat misal batuk kronis,mengejan saat defekasi,pekerjaan mengangkat beban berat sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra abdome. Kedua faktor tersebut memicu isi rongga perut menonjol keluar dari analus inguinalis menuju spektrum sehingga muncullah hernia. Hernia ini dapat kembali secara spontan (manual) dan harus dilakukan tindakan pembedahan. Dimana pasca tindakan pembedahan ini menimbulkan beberapa keluhan seperti adanya luka insisi yang menyebabkan diskontinuitas jaringan sehingga muncul nyeri dan gangguan integritas kulit. Keluhan yang kedua yakni penurunan fungsi usus sehungga intake nurtrisi inadekuat yang menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Keluhan yang ketiga yakni pada sistem irigasi yang menggangu keseimbangan cairan sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan. Setelah dilakukan tindakan pembedahan hal yang perlu diperhatikan dengan adanya luka insisi yakni resiko terjadinya infeksi karena perawatan luka yang kurang serta munculnya ketidaknyamanan dalam beraktivitas

4

5

Pathway Hernia Inguinalis lateralis

faktor congenital (kegagalan penutupan 1. prosesus vaginalis pada waktu kehamilan)

Faktor di dapat (batuk kronis, mengejan saat defekasi, pekerjaan mengankat benda berat) Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis Jika cukup panjang akan menonjol keluar dari analus inguinalis eksternus Tonjol anakan sampai ke spektrum

Sumbatan aliran darah

Necrosis

Peritonitis

Resiko infeksi

Sepsis

Kematian

E. Komplikasi  Muntah.  Perdarahan.  Shok.  Kembung.  Radang paru.  Retensio urine.

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto Abdomen Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisis. 2. Urinalisis Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi. 3. Elektrolit Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada penurunan curah jantung. 4. AGD (Analisa Gas Darah) Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil darah langsung dari arteri dan menguji kadar oksigen ,karbon dioksida dan keasaman. 5. ECG (Elektrocardiograf) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.

7

G. Penatalaksanaan Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin sebelum terjadinya nekrosis usus. Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis : 

Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor, asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.



Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi. Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar inguinal juga harus direkonstuksi.



Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan yang progresif pada fasia pasien. Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah

elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak. Bila vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.

8

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian(Dewi, 2012)

a. Identitas 1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa. 2.

Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Ada pembengkakan di inguinal dan terasa nyeri 2) Riwayat kesehatan sekarang 3) Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami) 4) riwayat kesehatan keluarga Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll. 5) Keadaan psikologis klien tidak mengalami permasalahan dalam berinteraksi dengan teman bermain maupun berkomunikasi dengan teman bermainnya. 6) Eliminasi Mengalami konstipasi dan terjadi retensi urine 7) Istirahat tidur Terdapat penurunan kualitas tidur 8) Personal hygiene Personal hygiene masih dibantu orangtua 9) Integritas ego Ketakutan akan munculnya kelumpuhan ditandai dengan kecemasan 10) Kenyamanan Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,bersin,dan defekasi.

9

b. Pemeriksaan fisik c. Keadaan Umum

: lemah

d. Tingkat kesadaran

: composmentis

Tanda-tanda vital

: normal

e. Kepala dan leher Inspeksi

:Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahanasakit.

Rambut

: lurus berwarna hitam, sedikit berketombe

Mata

:anemis, sklera mata ikterus

Hidung

:Tidak terdapat mukus dan tidak ada pernafasan

Teling

:Simetris, tidak terdapat mukus

Bibir :

:Lembab,tidak ada stomatitis.

Palpasi

:Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfeapada leher

f. Dada Inspeksi

:Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan

Palpasi

:Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, tidak ada nyeri

tekan Perkusi

:Jantung : Dullness

Auskultasi

:Suara nafas normal.

g. Abdomen Inspeksi

: terdapat luka post operasi sepanjang 5cm dengan kasa yang

belum diganti dan luka yang tampak basah dan terdapat pus Palpasi

: Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis

Perkusi

: Dullness

Auskultasi

: Terdengar bising usus (N: <5 kali/menit)

h. Ekstremitas Atas

: Simetris, tidak ada edema

Bawah

: Simetris, tidak ada edema

i. Genetalia Inspeksi

: Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi

10

2. Diagnosa Keperawatan a.

Diagnosa pre operasi Resiko infeksi berhubungan dengan peritonitis

b. Diagnosa post operasi 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan invasiv 3. Resiko infeksi berhubungan prosedur invasiv

11

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Gangguan mobilitas fisik

Standar Luaran Keperawatan Indonesia Mobilitas fisik

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Dukungan Ambulasi

D.0054

L .05042

I.04014

Kategori: Fisiologis

Definisi kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri

Definisi memobilisasi pasien untuk meningkatkan aktivitas berpindah

Subkategori: Aktivitas/Istirahat

Tindakan Definisi keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri Penyebab 1. Kerusakan integritas struktur tulang 2. Perubahan metabolisme 3. Ketidakbugaran fisik 4. Penurunan kendali otot 5. Penurunan massa otot 6. Penurunan kekuatan otot 7. Keterlambatan perkembangan 8. Kekakuan sendi 9. Kontraktur 10. Malnutrisi 11. Gangguan muskuloskletal 12. Gangguan neuromuskular 13. Indeks masa tubuh diatas persentil ke- 75 sesuai usia 14. Efek agen farmakologis 15. Program pembatasan gerak 16. Nyeri 17. Kurang terpapar informasi tentang

Kriteria hasil Observasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pergerakan ekstremitas meningkat Kekuatan otot meningkat Rentang gerak meningkat Nyeri menurun Kecemasan menurun Gerakan tidak terkoordinasi menurun 7. Gerakan terbatas menurun 8. Kelemahan fsik menurun

-

-

Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum menjadi ambulasi Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Terapeutik -

Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,jika perlu Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

aktivitas fisik 18. Kecemasan 19. Gangguan kognitif 20. Keengganan melakukan pergerakan 21. Gangguan sensori persepsi

Edukasi -

Gejala tanda mayor Subjektif :mengeluh sulit mengerakan ekstremitar Objektif: kekuatan otot dan rentang gerak menurun

Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi Anjurkan melakukan ambulasi dini Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan ( mis. Berjalan dan berdiri dari kursi roda,berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi.

Gejala tanda minor Subjektif : nyeri saat bergerak,enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak Objektif: sendi,gerakan tidak terkoordinasi,gerakan terbatas,fisik lemah. Kondisi klinis terkait: stroke,cedera medula spinalis,trauma,fraktur,osteoartritis, osteomalasia dan keganasan. Gangguan integritas kulit dan jaringan

Integritas kulit dan jaringan

13

Perawatan integritas kulit

D.0120 Kategori : Lingkungan Subkategori: keamanan dan proteksi Definisi kerusakan kulit ( dermis atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tulang dan kartilago,kapsul sendi,ligamen Penyebab 1. Perubahan sirkulasi 2. Perubahan status nutrisi 3. Kekuarangan atau kelebihan volume cairan 4. Penurunan mobilitas 5. Bahan kimia iritatih 6. Suhu lingkuangn yang ekstrem 7. Faktor mekanis 8. Efek sampng terapi 9. Kelembapan 10. Proses penuaan 11. Neuropati perifer 12. Perubahann pigmentasi 13. Perubahan hormonal 14. Kurangnya informasi untuk mengatasi atau melindungi integritas jaringan

L. 14125

I.11353

Definisi kerusakan kulit ( dermis atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa,kornea,fasia,otot,tendon,tulang dan kartilago,kapsul sendi,ligamen

Tindakan

Kriteria hasil 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Definisi mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembapan dan mencegah perkembangan mikroorganisme

Kerusakan jaringan menurun Kerusakan jaringan kuliit menurun Nyeri menurun Perdarahan menurun Kemerahan menurun Hematoma menurun Jaringan parut menurun Pigmentasi abnormal menurun Nekrosis menurun

Observasi Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

-

Terapeutik -

-

Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit sensitif Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering

Edukasi 14

Anjurkan menggunakan pelembab Anjurkan minum air yang cukup

Risiko infeksi D.06752

Tingkat infeksi

Manajemen nutrisi I.03119

L.14137

Kategori :lingkungan Definisi derajat infeksi berdasarkan Subkategori: keamanandan proteksi Definisi beresiko mengalami peningkatan teserang organisme patogen Faktor resiko 1. 2. 3. 4.

Penyakit kronis Efek prosedur invasif Malnutrisi Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan 5. Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer dan sekunder

Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

observasi atau sumber informasi Kriteria hasil:

Definisi mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang Tindakan Observasi

1. Kelembapan meningkat 2. Kebersihan meningkat 3. Demam menurun 4. Kemerahan menurun 5. Nyeri menurun 6. Bengkak menurun 7. Kadar sel darah putih membaik

-

Identifikasi status nutrisi Identifikasi alergi dan intoleransi makan Identifikasi makanan yang disukai Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien Monitor asupan makanan Monitor berat badan Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik 15

Lakukan oral hygiene sebelum makan Sajikan makanan secara menarik Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein

-

Edukasi Anjurkan posisi duduk,jika mampu Ajarkan diet yang diprogramkan

-

Kolaborasi Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah dan jenis nnutri yang sesuai

-

Pencegahan nutrisi I.19001 Observasi Monitor gejala infeksi lokal dan iskemik

-

Terapeutik 16

Batasi jumlah pengunjung Cuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien Edukasi -

Jelaskan tanda dangejala infeksi Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi -

17

Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

Daftar pustaka

Astuti, M. F., Virgiandhy, I. G. N., Wicaksono, A., Bedah, S. M. F., Soedarso, R., Biokimia, D., Studi, P., Dokter, P., Untan, F. K., Anatomi, D., Studi, P., Dokter, P., & Untan, F. K. (2018). Hubungan antara Usia dan Hernia Inguinalis di RSUD dr . Soedarso 18

Pontianak. Jurnal Cerebellum. Dewi, C. N. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn . N Dengan Hernia Repair Pada Hernia Inguinal Lateral. J 230 113 030 Fakultas. Fanny, F., Listianti, D. A., Kedokteran, F., & Lampung, U. (2017). Hernioraphy Cyto pada Pasien Hernia Inguinalis Dekstra Inkarserata Hernioraphy Cyto in Patient With Incarcerated Dextra Inguinalis Hernia. Majority. Goleman et al., 2019. (2019). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Koivusalo, A. I. (2018). Inguinal hernia. In Rickham’s neonatal surgery. https://doi.org/10.1007/978-1-4471-4721-3_29

19

Similar documents

MiniPro Rev 2

Fatma Nashriati - 399.5 KB

IST-160-1 Rev-39557_12419

Luis Sánchez - 1.7 MB

rev PROPOSAL SKRIPSI NURUL F

Teguh Cahyono - 795.6 KB

2020 Price List Rev 1

Emc Componentes - 562.2 KB

Company Profile (AD Rev Mar 2021)

Bayu Asnabil - 2.1 MB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]