* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
Proposal Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan Program Studi S1 Keperawatan
Disusun Oleh: NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI NIM : 2020060097
FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021
LEMBAR PERSETUJUAN Penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui Bayi Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas Di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar“ telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi Program SI Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI 2020060097
Hari Tanggal
Pada: : Kamis : 14 Oktober 2021
Pembimbing I
Pembimbing II
HENI PURWANINGSIH,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIDN. 0609088102
SULASTRI,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIDN. 0604118403
LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
Disusun Oleh: NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI NIM : 2020060097 Proposal Penelitian ini telah diseminarkan dan diujikan Pada tanggal : 14 Oktober 2021 Susunan Tim Penguji : No. Nama
Jabatan dalam tim
1.
Sri Mintarsih,S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN. 0624067303
Ketua Penguji
Heni Purwaningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIDN. 0609088102
Penguji 1
Nama Penguji 2 NIDN. 0604118403
Penguji 2
2. 3.
..................... ..................... .....................
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Ida Untari, SKM., M.Kes NIDN. 0629037604
Tanda Tangan
Ka. Prodi S1 Keperawatan
Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep NIDN. 0610078604
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Merupakan karya saya sendiri (ASLI) dan isi dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 14 Oktober 2021
NURUL FARIYAH SRI MULYANI NIM : 2020060097
4
MOTTO
“Maka sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari urusan tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah engkau harapkan” (Q.S. Al-Insyiroh 5-8) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Rad ayat 11) “Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal ; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya” (HR. Muslim) “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani) “Harga sebuah kegagalan dan kesuksesanbukan nilai dari akhir, melainkan dari proses perjuangannya.” (Nurul Fajriyah SM)
KATA PENGANTAR Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta memberi kekuatan, ketabahan,kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW., seluruh keluarga, para sahabat, dan yang lainnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penyusunan “PENGARUH
Proposal
Karya
PENDIDIKAN
Tulis
Ilmiah
KESEHATAN
ini
mengambil
TENTANG
judul CARA
MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan kepada: 1.
Dr. Weni Hastuti, S.Kep.Ns., M.Kes., Ph.D selaku Ketua Rektor Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2.
Dr. Ida Untari, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3.
Yuli Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
4.
Heni Purwaningsih,S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I, dengan bijaksana dan sabar membantu dalam menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
5.
Sulastri S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II dengan sabar dan meluangkan waktu dalam membantu menyumbangkan ide-idenya dalam
mengoreksi, merevisi dan melengkapi dalam penyusunan proposal karya ilmiah ini. 6.
dr. Aditya Nur Cahyanto selaku Direktur RS PKU Muhammadiyah Karanganyar yang telah bersedia mengijinkan untuk dilaksanakannya penelitian.
7.
Seluruh dosen dan staf di Institut Tehnologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta, terimaksih atas motivasi, kepedulian, perhatian serta atas ilmu yang telah diberikan yang sangat bermanfaat.
8.
Kedua orang tuaku tercinta yang tak pernah lelah berjuang, berdoa, memberi motivasi serta memberikan kasih sayang yang teramat besar.
9.
Suamiku tercinta Moh Ibrahim Yuwono dan putra putriku tersayang : Naura-Ranu yang selalu memberikan semangat dan doanya.
10.
Keluargaku, Sahabat-sahabatku, yang selalu memberikan motivasi dan doanya.
11.
Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12.
Almamaterku INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU Muhammadiyah Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki penulis dan masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, di kalangan akademis dan masyarakat yang berminat terhadap ilmu keperawatan. Surakarta, …………………. Penulis Nurul Fajriyah Sri Mulyani vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………..
i
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………..
ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR …………...
iv
MOTTO ……………………………………………………………
v
KATA PENGANTAR ……………………………………………….
Vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….
x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………
1
B. Rumusan Masalah …………………………………….
3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………....
4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………..
4
E. Keaslian Penelitian ……………………………………...
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori …………………………………………
8 88
10
1. Tehnik Menyusui ……………………………………
10
2. Pendidikan Kesehatan ………………………………
24
3. Teori Pengetahuan …………………………………...
33
4. Teori pembelajaran Audiovisual …………………….
39
B. Kerangka Teori …………………………………………
43
C. Kerangka Konsep ………………………………………
43
D. Hipotesis ………………………………………………..
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ……………………………
45
B. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………..
46
C. Populasi, Sampel dan Sampling ……………………….
47
D. Variabel Penelitian ………………………………………
48
E. Definisi Operasional …………………………………….
49
F. Instrumen Penelitian …………………………………….
50
G. Tehnik Pengumpulan Data ……………………………
51
H. Tehnik Analisa Data ………………………………….
51
I.
Jalannya Penelitian ……………………………………
53
J.
Etika Penelitian ………………………………………..
54
K. Jadwal Penelitian ………………………………………
56
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Keaslian Penelitian …………………………………………
5
Tabel 3.1 Definisi Operasional …………………………………………
49
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuisioner Tingkat Pengetahuan ……………………
51
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Posisi Berdiri ……………………………………………….
17
Gambar 2.2 Posisi Rebahan ……………………………………………...
18
Gambar 2.3 Posisi Duduk ………………………………………………..
19
Gambar 2.4 Posisi Menggendong ………………………………………..
19
Gambar 2.5 Posisi Menggendong Menyilang …………………………...
20
Gambar 2.6 Posisi Football (Mengepit) ………………………………...
21
Gambar 2.7 Posisi Berbaring Miring ……………………………………
22
Gambar 2.8 Posisi Double Football
23
………………………………………...
Gambar 2.9 Posisi Menyusui ASI Berlimpah
…………………………
24
Gambar 2.10 Kerangka Teori …………………………………………..
43
Gambar 2.11 Kerangka Konsep ………………………………………...
43
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Surat Permohonan Menjadi Responde
2.
Surat Kesediaan Menjadi Responden
3. Lembar Kuisioner Pengetahuan Responden tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui Bayi terhadap pengetahuan Ibu Nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai berusia 2 tahun. Jika bayi diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan proses menyusui eksklusif. Asi eksklusif dapat melindungi bayi dan anak terhadap penyakit berbahaya dan mempererat ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami akan membuat bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk perkembangannya (Hidayati, 2012). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknikteknik menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch), keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). Teknik menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa tercapai (Evi Rinata , Tutik Rusdyati, 2016). Praktek cara menyusui yang benar perlu diajarkan pada setiap ibu yang baru saja melahirkan karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang relaktif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi juga untuk ibu yang pernah menyusu bayinya. Ini disebabkan setiap bayi yang baru lahir merupakan individu tersendiri yang mempunyai spesifikasi tertentu. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan manusia baru, ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik baginya (Padilla, 2014).
1
Bertolak belakang dengan anjuran menyusui secara eksklusif, Persentase cakupan bayi umur 0–6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2019 yaitu sebesar 67,74% , angka tersebut sudah melampui target Renstra tahun 2019 sebesar 50% . Untuk provisi Jawa Tengah, cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 83,63% (Kementrian 1
Kesehatan, 2019). Dikota Surakarta, capaian cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 80%, angka tersebut meningkat dari tahun 2017 sebesar 79,7%. Kematian bayi merupakan salah satu akibat apabila capaian cakupan bayi mendapatkan asi tidak maksimal. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa AKB di Indonesia mencapai 25,5 per 1000 kelahiran. Selama beberapa tahun terakhir, AKB di Indonesia berangsur-angsur mengalami penurunan, namun AKB di Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah di bawah 10 kematian per 1000 kelahiran bayi (BPS, 2016). Menanggapi hal tersebut tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi berupa pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui yang benar kepada ibu hamil agar dapat menyusui bayinya, sehingga masalah yang terjadi selama proses menyusui dapat dihindari dan capaian cakupan bayi yang mendapatkan ASI semakin meningkat (Mardiyana & Puspita, 2015). Pendidikan kesehatan merupakan proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (life skills) demi kepentingan kesehatannya (Nursalam, 2013). Media atau alat peraga dalam program penyampaian informasi kesehatan atau pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk memberikan informasi tentang kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi (Daryanto, 2011). Media mempunyai yang
peranan
sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam proses
penyampaian
pesan.
Pemilihan
media
yang
tepat
akan
sangat
membantu keberhasilan proses
penyampaian
pesan
kepada
audien,
sebaliknya penggunaan media yang tidak tepat akan mempersulit audien dalam memahami pesan yang disampaikan. Jenis
media
yang
dapat
digunakan antara lain adalah media cetak, media elektronik dan media papan. Media cetak seperti booklet, leaflet, buku, flyer, flip chart dan poster. Media elektronik seperti televisi, radio dan video serta media papan (Notoatmodjo, 2014). Pendidikan kesehatan tentang cara menyusui dapat
diberikan
melalui media salah satunya adalah media video. Beberapa keuntungan penggunaan media video antara lain:
untuk
menyampaikan
pesan
atau
informasi
pesan yang di sampaikan lebih realistik, memiliki beberapa
features yang sangat
bermanfaat
untuk
di
gunakan dalam proses
penyampaian pesan (Fuad, Cristin dan Suwarsih, 2017). Berdasarkan studi pendahuluan di Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar, didapatkan dari 12 ibu yang ditemui, 8 di antaranya mempunyai pengetahuan yang kurang dan 4 mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang tehnik menyusui yang benar. Selain itu tehnik edukasi cara menyusui yang benar bagi ibu nifas di ruang kebidanan baru dilaksanakan sebatas dengan cara lesan saja sehingga dimungkinkan penerimaan oleh pasien belum maksimal dan sangat bagus apabila dalam proses edukasi bisa dilaksanakan dengan cara yang lebih mudah dipahami dengan menggunakan media audio visual. Dari gambaran data di atas yang mendorong peneliti untuk meneliti “pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi terhadap pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah “adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi terhadap pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar?
3
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi terhadap pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam menyusui bayi sebelum pemberian pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi dengan menggunakan media video. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas dalam menyusui bayi sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi dengan menggunakan media video. c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui
bayi
pengetahuan
ibu
dengan nifas
menggunakan dalam
media
menyusui
bayi
video di
terhadap RS
PKU
Muhammadiyah Karanganyar D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai bahan kajian dan informasi tambahan bagi perkembangan pendidikan keperawatan, terkait dengan perkembangan media-media yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai gambaran bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya mengenai penggunaan media video dalam penyampaian informasi kesehatan. b. Bagi peneliti Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman untuk mengembangkan media pendidikan kesehatan yang lebih aplikatif. c. Bagi Responden
Diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga ibu nifas bisa menyusui dengan cara yang benar terhadap bayinya. d. Bagi RS PKU Karanganyar Hasil penelitian dapat menjadi dasar dalam penyusunan program keperawatan maupun kebidanan bagi ibu nifas tentang pemberian pendidikan kesehatan tekhnik menyusui yang benar. E. Keaslian penelitian Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak ada plagiarisme antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang baru. Berikut tabel keaslian penelitian : No. 1. Nama dan tahun penelitian Judul
Desain dan Variabel
Keaslian Penelitian : Jannah (2018) :
pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum
:
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre . experimen design dengan pendekatan one group pre-post test design
:
Hasil penelitian inin menunjukan bahwa sebelum diberikan edukasi teknik menyusui terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum, terdapat 11 orang (73%) yang efektif. menyusui dan setelah diberikan edukasi teknik menyusui terdapat sebanyak 14 orang (93.3%) ibu postpartum yang menyusui efektif. Nilai rata-rata pre-test yaitu sebesar 7.4 dengan SD sebesar 1.352 dan pada nilai rata-rata post-test meningkat menjadi 11.267 dengan SD sebesar 1.709. Pada hasil juga didapatkan nilai signifikansi lebih kecil dari
Hasil
Persamaan
:
Perbedaan
:
No 2. Nama dan tahun penelitian Judul
α=0.05 yaitu sebesar p=0.001 yang berarti hipotesis diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil efektivitas menyusui pre-test dan post-test yang dilakukan pada ibu postpartum Meneliti tetang variabel cara menyusui dan meneliti responden ibu dimasa nifas
Perbedaan pada media yang digunakan, dimana peneliti menggunakan media video sedangkan penelitian terkait tidak. Keaslian Penelitian : Wulandari (2017) :
hubungan edukasi menyusui saat hamil, teknik menyusui ibu dan produksi ASI ibu nifas di RSIA pertiwi makasar Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan purposive sampling.
Desain dan variabel penelitian
:
Hasil
:
Hasil uji chiscuare menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara edukasi menyusui dengan teknik menyusui dimana nilai α>0,05 (p=0.069). Dan juga Hasil uji chiscuare menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara edukasi menyusui dengan posisi menyusui ibu nifas dimana nilai α>0,05 (p=0.056)
Persamaan
:
Sama-sama menggunakan ibu nifas sebagai responden penelitian
Perbedaan
:
Peneliti akan memberikan intervensi pendidikan kesehatan, sedangkan penelitian terkait tidak memberikan pendidikan kesehatan.
3.
4
Peneliti akan melakukan penelitian eksperimen sedangkan penelitian tersebut merupakan penelitian korelasi Khatarina dan Yuliana (2017)
Nama dan tahun penelitian Judul
: :
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Melalui Audio Visual dengan Hasil Pengetahuan Setelah Penyuluhan pada Remaja SMA Negeri 2 Pontianak.
Desain dan variabel
:
Metode Penelitian quasi eksperimental rancangan dengan one group pretest-post test design dengan teknik sampling stratified random sampling.
Hasil
:
Hasil uji Paired Sample T-Test didapatkan bahwa nilai T hitung < T tabel (-10,74 < -2,042) dan hasil uji statistik didapat nilai p value 0,0001 < alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi melalui audio visual dengan hasil pengetahuan setelah penyuluhan
Persamaan
:
Sama-sama meneliti variabel pendidikan kesehatan menggunakan media video/audivisual
Perbedaan
:
Nama peneliti
:
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pada variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan tentang cara menyusui Azmi, Fitriana Dan Liliana (2016)
Judul
:
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap posisi dan perlekatan saat menyusui pada ibu post partum primipara Di RSUD panembahan senopati bantul 7
5
Desain dan variabel penelitian
:
Quasy esperiment dengan rancangan one group pretestpostest without control group
Hasil
:
Hasil analisis posisi saat menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategori kurang tepat sebanyak 29 responden (85.3%), sedangkan perlekatan saat menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategori kurang tepat sebanyak 21 responden (61.8%). Posisi saat menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan kategori tepat sebanyak 29 responden (85.3%), sedangkan perlekatan saat menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategori tepat sebanyak 30 responden (88.2%). Berdasarkan hasil uji Mc Neamar diketahui nilai p Value sebesar 0.000.
Persamaan
:
Sama-sama memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan
Perbedaan
:
Nama peneliti
:
Peneliti akan menggunakan media video sedangkan penelitian terkait tidak menggunakan media Munawarah (2018)
:
pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap keefektifan ibu nifas dalam menyusui di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
:
Metode penelitian ini menggunakan pre eksperiment dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling berjumlah 23 ibu nifas. instrumen penelitian menggunakan alat ukur Skor LATCH. Uji statistik menggunakan
Judul
Desain dan variabel penelitian
Wilcoxon Pairs Test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh keefektifan ibu nifas sebelum diberikan edukasi dan setelah diberikan teknik menyusui. Analisis data diketahu p-value sebesar 0,000
Hasil
:
Persamaan
:
Sama-sama memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan Sama-sama menggunakan ibu nifas sebagai responden penelitian
Perbedaan
:
Peneliti akan menggunakan media video sedangkan penelitian terkait tidak menggunakan media
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teknik Menyusui a. Pengertian Teknik Menyusui Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan (Mulyani, 2013). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik menyusui yang benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019). Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan teknik menyusui yaitu cara ibu memberikan ASI kepada anaknya dengan memperhatikan perlekatan dan posisi yang benar, sehingga putting susu ibu tidak lecet atau luka saat menyusui dan bayi menyusu dengan nyaman dan tidak gumoh. b. Teknik Menyusui yang Benar Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati (2019) yaitu : 1) Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara. 2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara. a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik menggunakan kursi yang rendah (hal ini bertujuan supaya kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 10
b) Bayi
dipegang
pada
belakang
bahunya
dengan
menggunakansatu lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya di depan. d) Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi menghadap
payudara
(tidak
hanya
menoleh
atau
membelokkan kepala bayi). e) Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan terlalu menekan putting susu atau kalang payudara saja. 4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. 5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi. a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga. c) Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan
ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. 6) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau dengan cara bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Rini dan Kumala (2017) yaitu : 1) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI kemudian oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai. 2) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi, ibu harus merasa rileks. 3) Lengan ibu menopang kepala bayi, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. 4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak harus
mencondongkan
badan
dan
bayi
tidak
merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu
ibu. 5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. 6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian ataspayudara. 7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan
putting susu ibu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir
bayi
ke
putting
susunya
dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antaramulut dan payudara. 9) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. Hasil penjelasan teknik menyusui di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Sebelum menyusui, ibu harus cuci tangan terlebih dahulu. 2) Payudara dibersihkan dengan kapas basah supaya bersih daridebu dan keringat. 3) ASI dikeluarkan sedikit untuk membasahi putting dan
areola. 4) Posisi ibu duduk bersandar, pada kursi yang rendah sehingga punggung ibu bersandar di sandaran kursi sehingga ibu bisa duduk nyaman dalam menyusui. 5) Bayi digendong dengan satu lengan, posisi kepala bayi berada di lengkung siku ibu dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan ibu. 6) Posisi tangan bayi, satu dibelakang badan ibu dan satu di depan. 7) Perut bayi dan perut ibu menempel, kepala bayi menghadap ke payudara ibu. 8) Lengan dan telinga bayi harus lurus atau sejajar. 9) Ibu melihat bayi dengan tatapan penuh kasih sayang. 10) Ibu jari memegang payudara bagian atas, dan jari yang lain memegang payudara bagian bawah. Sehingga membentuk huruf “C”. 11) Sentuhkan putting susu ibu ke pipi bayi, ini adalah cara merangsang bayi untuk membuka mulutnya. 12) Setelah mulut bayi terbuka, kepala bayi didekatkan ke payudara ibu, kemudian putting dan areola dimasukkan ke mulut bayi. 13) Ketika menyusui bayi, usahakan hampir semua bagian areola masuk ke mulut bayi. 14) Menyusui dengan bergantian, payudara satu dengan payudara satunya lagi. 15) Selesai bayi menyusu, hisapan bayi dilepas dengan cara menekandagu bayi ke bawah. 16) Agar bayi bisa bersendawa dapat dilakukan dengan cara, bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, atau ditengkurapkan di pangkuan ibu sambil ditepuk pelanpelan punggungnya.
c. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar Rini dan Kumala (2017) mengungkapkan apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Bayi nampak tenang. 2) Badan bayi menempel dengan perut ibu. 3) Mulut bayi terbuka lebar. 4) Dagu bayi menempel dengan payudara ibu. 5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi. 6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudaraibu. 7) Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah. d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui Roslina
dan
Sindi
(2018)
menyatakan
keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di pengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap ibu dan keadaan payudara. Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan, industri susu formula serta pengaruh dan peran keluarga serta masyarakat. Selain itu, menurut Mulawati dan Susilowati (2016) mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui, antara lain faktor ibu (39,7%), faktor bayi (36,7%), teknik menyusui (22,1%), dan faktor anatomis payudara(1,5%). e. Lama dan Frekuensi Menyusui Banowati (2019) menyebutkan lama menyusui tiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk bayi usia 1-12 bulan. Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan keinginan bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein ASI rendah sehingga bayi akan menyusu sering, biasanya antara 1,5-2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekuensi menyusui
kira-kira 8-12 kali/24 jam, setiap kali menyusui kedua payudara harus digunakan dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. Mulyani (2013) menyebutkan lama menyusu berbeda-beda setiap periode menyusui. Bayi menyusu rata-rata selama 5-15 menit, walaupun terkadang ada yang lebih. Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika menyusui bayi sebaiknya tidak dijadwal, karena bayi biasanya menyusu antara 1,5-2 jam sekali. Bayi rata-rata menyusu sekitar 515 menit, walaupun terkadang ada yang lebih. Frekuensi menyusui bayi kira-kira 8-12 kali/24 jam, sebaiknya setiap kali menyusui kedua payudara harus digunakan dan usahakan menyusui sampai payudara terasa kosong. f. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar Wahyuningsih (2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi pada ibu dan bayi jika ibu tidak menyusui dengan benar yaitu putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi menjadi kembung. Meihartati dan Sari (2018) menyebutkan teknik menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan putting susu ibu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal ini dapat menimbulkan
gangguan
dalam
proses
menyusui
sehingga
pemberian ASI tidak adekuat, pemberian asi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada duktus. Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan dampak yang timbul jika tidak menyusui dengan benar adalah putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap produksi ASI, bayi akan enggan menyusu, perut bayi menjadi kembung, pemberian ASI tidak payudara bengkak.
adekuat,
g.
Posisi Menyusui Posisi menyusui ada beberapa jenis, menurut Mulyani (2013) menyebutkan posisi menyusui ada 8, antara lain : 1) Posisi Berdiri Pada posisi berdiri diharapkan bayi merasa nyaman saat menyusu. Cara menyusui dengan berdiri yaitu : a) Bayi dapat digendong dengan kain atau alat penggendong bayi. b) Pada saat menyusui saat berdiri sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa tenang dan usahakan tidak terputus saat menyusu. c) Letakkan badan bayi saat menyusu dengan posisi dada ibu dengan diletakkan di tangan bayi dibelakang atau disamping ibu agar tubuh ibu tidak mengganjal saat menyusu dan bisa nyaman saat menyusu dengan posisi berdiri.
Gambar 2.1 Posisi Berdiri (Mulyani, 2013). 2) Posisi Rebahan Posisi
rebahan
bisa
dilakukan
dengan
cara
menyusui sebagai berikut : a) Saat posisi rebahan ibu dapat duduk di atas tempat tidur danpunggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat di ganjal dengan bantal. b) Kaki ibu dengan posisi lurus di atas tempat tidur. c) Saat menyusui bayi menghadap ke payudara ibu
atau perutibu. d) Pada saat menyusui posisi tangan ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya. e) Posisikan
paha
ibu
untuk
turut
membantu
menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.
Gambar 2.2 Posisi Rebahan (Mulyani, 2013). 3) Posisi Duduk Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar posisi kaki ibu menapak ke lantai dan punggung ibu bisa bersandar pada sandarankursi. Adapun caranya posisi dengan duduk yaitu dengan cara : a) Dengan menggunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan ibu. b) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahandengan telapak tangan ibu. c) Posisi lengan bayi satu diletakkan di belakang badan ibu danyang satu di depan badan ibu. d) Posisi perut bayi menempel ke badan ibu dan kepala bayi menghadap ke payudara ibu. e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Gambar 2.3 Posisi Duduk (Mulyani, 2013). 4) Posisi Menggendong (The Cradle Hold) Posisi menggendong sangat baik untuk ibu yang bersalin secara normal. Posisi menggendong dengan cara: a) Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan. b) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan. c) Mengarahkan badan bayi dan kuping bayi berada dengan satugaris lurus dengan tangan bayi yang ada di atas atau berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu. d) Posisi bayi saat menyusui seolah-olah merangkul badan
ibu
supaya
mempermudah
bayi
dalam
mencapai payudara.
e) Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan. Gambar 2.4 Posisi Menggendong (The Cradle Hold) . (Mulyani, 2013).
5) Posisi Menggendong Menyilang (Transisi) Posisi ini sangat baik untuk bayi yang mengalami kesulitan menempelkan mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi yang kecil dan posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara posisi menggendong menyilang yaitu : a) Posisi ini dengan cara telapak tangan menyangga kepala bayi. b) Jika
menyusui
pada
payudara
kanan
maka
menggunakantangan kiri untuk memegangi bayi. c) Memeluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi untukmenghadap ibu. d) Arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dengan tangan ibu di belakang kepala dan bawah telinga bayi. e) Ibu
menggunakan
tangan
sebelahnya
untuk
memegangpayudara jika diperlukan.
Gambar 2.5 Posisi Menggendong Menyilang (Transisi). (Mulyani, 2013). 6) Posisi Football (Mengepit) Posisi football sangat baik untuk ibu yang sedang menjalani operasi
caesar
yang
berfungsi
untuk
menghindari bayi berbaring diatas perut dan posisi ini
juga dapat digunakan untuk bayi lahir kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau flat nipple dan bisa digunakan untuk posisi menyusui untuk bayi kembar. Cara menyusui posisi football dengan cara yaitu : a) Telapak tangan menyangga kepala bayi dan bayi diselipkan ke bawah tangan ibu seperti memegang bola atau tas pada tangan. b) Menyusui dengan payudara kanan maka memegang dengan payudara kanan, demikian pula sebaliknya. c) Arahkan mulut bayi ke putting susu ibu, mula-mula dagu bayi atau dengan tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jika mendorong bayinya dengan keras
kearah
payudara.
Bayi akan
menolak
menggerakkan kepalanya atau melawan tanganibu. d) Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan
bayi menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudarajika diperlukan.
Gambar 2.6 Posisi Football (Mengepit). (Mulyani, 2013). 7) Posisi Berbaring Miring Posisi berbaring miring ini baik untuk ibu yang pertama kali menyusui atau ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi caesar. Hal yang harus
diperhatikan dengan posisi berbaring miring adalah pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah : a) Posisi dilakukan dengan posisi berbaring tempat tidur. b) Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan pinggul pada posisi yang lurus. c) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulut bayi ke putting susu. d) Letakkan bantal kecil atau lipatan selimut di bawah kepala bayi agar bayi tidak menegangkan lehernya untuk mencapai
putting
dan
ibu
tidak
perlu
membungkukkan badan kea rah bayinya, sehingga bayi akan tidak cepat lelah.
Gambar 2.7 Posisi Berbaring Miring (Mulyani, 2013). 8) Posisi Menyusui dengan Kondisi Khusus Posisi-posisi yang dapat dilakukan untuk posisi menyusuidengan kondisi khusus yaitu : a) Posisi menyusui pasca operasi caesar bisa menggunakan duaposisi yaitu : (1) Posisi dengan berbaring miring. (2) Posisi football atau mengepit. b) Posisi double football atau mengepit sama dengan
ibu yang melahirkan melalui seksio caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi yang kembar, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan, dengan cara : (1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepalabayi, seperti memegang bola. (2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu. (3) Membiarkan posisikan kaki menjuntai keluar. (4) Untuk memudahkan, kedua bayi diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebihsepinggang ibu. (5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja. (6) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diataspangkuan ibu.
Gambar 2.8 Posisi double football (Mulyani, 2013). c) Posisi menyusui dengan ASI berlimpah, biasanya dilakukan untuk ibu yang memiliki ASI yang berlimpah dan memancar secara penuh dan alirannya deras, posisi untuk mengurangi resiko tersedak pada bayi dengan cara ibu tidur terlentang lurus di tempat tidur dan sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara ibu atau bayi dengan posisi tengkurap di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
Gambar 2.9 Posisi Menyusui ASI Berlimpah (Mulyani, 2013). 2. Pendidikan kesehatan a. Pengertian edukasi kesehatan Edukasi kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubahperilaku sasaran. b. Tujuan pendidikan kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2013) yaitu: Terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup
sehat
serta
berperan
aktif
dalam
upaya
mewujudkan derajat kesehatanyang optimal. c. Sasaran pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1) Sasaran primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau
promosi kesehatan Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan juga sebagainya. 2) Sasaran sekunder (Secondary Target) Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. 3) Sasaran tersier (Tertiary Target) Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat umum. d. Ruang lingkup pendidikan kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi menurut Fitriani (2011) yaitu; 1) Dimensi sasaran a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah individu. b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalahkelompok masyarakat tertentu. c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalahmasyarakat luas. 2) Dimensi tempat pelaksanaan a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalahpasien dan keluarga b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah pelajar. c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja
dengan sasarannya adalah masyarakat atau pekerja. 3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan a) Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya. b) Pendidikan
kesehatan
untuk
perlindungan
khusus
(SpecificProtection) misal : imunisasi c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal : denganpengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan. d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu. e. Langkah-langkah dalam pendidikan kesehatan Menurut Subari (2016) ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan kesehatan, yaitu : 1)
Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan dilakukan oleh pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting untuk memahami kebutuhan belajar sasaran dan mengetahui sasaran atau pesan yang akan disampaikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain: a) Review
data
yang berhubungan
dengan
kesehatan,
keluhan,kepustakaan, media massa, dan tokoh masyarakat. b) Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang dirasakan). c) Bedakan
kebutuhan
sasaran
dan
persepsi
masalah kesehatan, termasuk identifikasi sasaran. d) Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.
terhadap
e) Tulis
tujuan
yang
spesifik,
dapat
dilakukan,
menggunakan prioritas, dan ada jangka waktu. f)
Kaji sumber - sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)
2)
Tahap II. Memilih saluran dan materi/media. Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang sasaran.
efektif
dan materi yang relevan dengan kebutuhan
Saluran yang dapat digunakan adalah
kegiatan yang ada
melalui
di masyarakat. Sedangkan materi yang
digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah : a) Identifikasi pesan dan media yang digunakan. b) Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru. c) Pilihlah saluran dan caranya. 3)
Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah sesuai dengan sasaran dan atau tidak. Tindakan
mendapat respon
keperawatan yang perlu dilakukan
adalah: a) Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran. b) Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan membantu apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai dengan individu. 4)
Tahap IV. Implementasi Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a) Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar efektif. b) Pantau dan catat perkembangannya.
c) Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan. 5)
Tahap V. Mengkaji efektifitas Mengkaji
keefektifan
program
dan
pesan
yang
telah
disampaikan terhadap perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya berorientasi pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi proses dan hasil. 6)
Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Apakah perlu diadakan perubahan terhadap isi pesan dan apakah telah sesuai dengan kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan gambaran tentang kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya modifikasi.Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a) Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengan kebutuhan. b) Modifikasi strategi bila tidak berhasil. c) Lakukan kerjasama lintas sektor dan program. d) Catatan perkembangan
dan
evaluasI
terhadap
pendidikan kesehatan yang telah dilakukan. e) Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan. f)
Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.
f.
Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam Pendidikan Kesehatan. Subari (2016) mengelompokkan faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu: 1) Faktor materi atau hal yang dipelajari yang meliputi kurangnya persiapan, kurangnya penguasaan materi yang akan dijelaskan oleh pemberi materi, penampilan yang kurang meyakinkan
sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara pemberi materi yang terlalu kecil, dan penampilan materi yang monoton sehingga membosankan. 2) Faktor lingkungan, dikelompokkan menjadi dua yaitu : (a) Lingkungan fisik
yang terdiri atas suhu,kelembaban
udara,dan kondisi tempat belajar. (b) Lingkungan
sosial
yaitu
manusia
dengan
segala
interaksinya serta representasinya seperti keramaian atau kegaduhan,lalulintas, pasar dan sebagainya 3) Faktor instrument yang terdiri atas perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar alat - alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. 4) Faktor kondisi individu subjek belajar, yang meliputi kondisi fisiologis seperti kondisi panca indra (terutama pendengaran dan penglihatan) dan kondisi psikologis, misalnya intelegensi, pengamatan,daya tangkap, ingatan, motivasi, dan sebaginya. g.
Media dalam pendidikan kesehatan 1) Media cetak a) Booklet : digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. b) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau pun keduanya. c) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. d) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya
berisi
kalimat
sebagai
pesan/informasi
berkaitan dengan gambar tersebut. e) Rubrik/tulisan-tulisan : pada surat kabar atau majalah,
mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. f) Poster : merupakan suatu bentuk media cetak berisi pesanpesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok- tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum. g) Foto : digunakan untuk mengungkapkan informasi informasi kesehatan. 2) Media elektronik a) Televisi : dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, quiz, atau cerdas cermat. b) Radio : bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, ceramah. c) Video Compact Disc (VCD) d) Slide
:
digunakan
untuk menyampaikan
pesan/informasikesehatan. e) Film strip : digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan. 3) Media papan (Bill Board) Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan - pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi). h.
Strategi dan metode pendidikan kesehatan 1) Strategi pendidikan kesehatan Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi dalam lingkungan pendidikan kesehatan yangmeliputi sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada klien. Strategi pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada
prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pendidikan kesehatannya (Ririn,2013). 2) Metode pendidikan kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010) metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi : a) Metode pendidikan individu. Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku atau membina seseorang yang mulai tertarik untuk melakukan sesuatu
perubahan
perilaku. Bentuk pendekatan ini antara lain: (1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin) Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif. Klien dengan kesadaran dan penuh pengertian menerima perilaku tersebut. (2) Wawancara (interview) Wawancara petugas dengan klien untuk menggali informasi, berminat atau tidak terhadap perubahan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau dasar yang kuat. b) Metode pendidikan kelompok Metode tergantung dari besar sasaran kelompok serta pendidikan formal dari sasaran. (1) Kelompok besar Kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompokbesar adalah (a) Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi atau rendah, (b) Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran dengan
pendidikan
menengah
keatas
berupa
presentasi dari satu atau beberapa ahli tentang topik
yang menarik dan aktual. (2) Kelompok kecil Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang cocok untuk kelompok ini adalah: (a) Diskusi
kelompok,
kelompok
bisa
bebas
berpartisipasi dalam diskusi sehingga formasi duduk peserta diatur saling berhadapan. (b) Curah
pendapat
(brain
storming)
merupakan
modifikasi metode diskusi kelompok. Usulan atau komentar
yang
diberikan
peserta
terhadap
tanggapan-tanggapannya, tidak dapat diberikan sebelum pendapat semuanya terkumpul. (c) Bola salju, kelompok dibagi dalam pasangan kemudian dilontarkan masalah atau pertanyaan untuk diskusi mencari kesimpulan. (d) Memainkan peran yaitu metode dengan anggota kelompok
ditunjuk
sebagai
pemegang
peran
tertentuuntuk memainkan peranan. (e) Simulasi merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. c) Metode pendidikan massa Metode ini menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat umum (tidak membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan sebagainya). Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung,
biasanya
menggunakan
media
massa,
beberapa contoh metode ini antara lain: (1) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (2) Pidato atau diskusi melalui media elektronik. (3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter /
petugas kesehatan tentang suatu penyakit. (4) Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau Koran tentang kesehatan. (5) Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya. 3. Teori pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri, 2017). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan rabamenurut Bachtiar yang dikutip dari Notoatmodjo (2012). b. Tingkat pengetahuan Notoatmodjo (2012) menyebutkan secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recallatau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang
apa
yang
dipelajari
yaitu
dapat
menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau memisahkan,
lalu
kemudian
mencari
hubungan
antara
komponen-komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penilaian
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku dimasyarakat.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1) Pendidikan, Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi . 2) Informasi
atau
mengumpulkan,
Media
Massa,
menyiapkan,
Suatu
menyimpan,
teknik
untuk
memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran
maka
akan
menambah
pengetahuan
dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya. 3) Sosial, Budaya dan Ekonomi. Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk meningkatkan pengetahuan. 4) Lingkungan, mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan
baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada di sekitar orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang pengangguran dan tidak berpendidikan. 5) Pengalaman. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman
sebelumnya
yang
telah
dialami
sehingga
pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama. Usia, Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah. d. Pengukuran tingkat pengetahuan Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu : 1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50% 2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50% e. Proses tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012), sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut sudah terjadi proses berurutan, yaitu: 1. Awareness (kesadaran) dimana orangtersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus(objek). 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagidirinya. 4. Trial
(mencoba) dimana subjek
mulai
mencoba
untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. f. Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu : 1) Cara coba-salah (trial and error) Cara
coba-coba
kemungkinan
ini
dalam
dilakukan memecahkan
dengan
menggunakan
masalah,
dan
apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaankebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Dengan kata lain, pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasan, baik tradisi, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agam, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan.Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris, ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pepatah ini mengandung arti bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. 4) Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan pengetahuannya.
penalarannya Dengan
kata
dalam lain,
memperoleh
dalam
memperoleh
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 5) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah g. Pengukuran tingkat pengetahuan Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut : 1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman. 2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis 3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan
wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2014) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut : 1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%. 2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74% 3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu : 1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50% 2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50% 4. Teori perilaku a. Definisi perilaku Perilaku
adalah
segenap
manifestasi
hayati
individu
dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015). Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi terhadap
stimulus
yang
berasal
dari
luar
seorang individu maupun
dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
b. Jenis-jenis perilaku Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana(2015): 1) Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf, 2) Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif, 3) Perilaku tampak dan tidak tampak, 4) Perilaku sederhana dan kompleks, 5) Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. c. Bentuk-bentuk perilaku Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua. 1) Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. d. Bentuk-bentuk Perubahan perilaku Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Perubahan alamiah (Neonatal chage) : Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan. 2) Perubahan Rencana (Plane Change) : Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3) Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) : Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai
kesediaan
untuk
berubah
yang
berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2011). 5. Teori pembelajaran audiovisual a. Pengertian Bentuk-bentuk media pembelajaran itu sendiri terdapat berbagai macam bentuk. Klasifikasi menurut pemakaiannya ada tiga macam bentuk media yang digunakan, yaitu media auditif, media visual, dan media audiovisual. Media audiovisual mempunyai unsur memadukan antara media auditif dan mediavisual (Djamarah & Zein, 2010).
Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan
pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain (Asyhar. 2011) 1) Film Menurut Warren, Ault dan Emery (2011) film atau motion pictures adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari jutaan orang
menonton film di bioskop, film
televisi, dan film video laser. Film kartun merupakan bagian dari film animasi. Kata animasi sebenarnya adalah penyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate yang dalam kamus umum Inggris - Indonesia berarti “menghidupkan”. Secara umum, animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakkan benda mati. Maksudnya, sebuah benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat, dan emosi untuk menjadi hidup dan bergerak atau hanya berkesan hidup (Hayward, 2014) 2) Video Video merupakan gambar-gambar dalam frame, dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis
sehingga
pada
layar terlihat gambar hidup.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan
daya
menyajikan
tarik
tersendiri.
Video
dapat
informasi, memaparkan proses, menjelaskan
konsep-konsep
yang
rumit,
mengajarkan
keterampilan,
menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
Media
menyajikan
video
audio
pembelajaran
dan
visual
adalah
yang
berisi
media
yang
pesan-pesan
pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran (Arsyad, 2011).
Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media Audiovisual Aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan dindengar. Biasanya media ini disimpan dalam bentuk piringan atau pita. Media VCD adalah media dengan sistem penyimpanan dan perekam video dimana signal audiovisual direkam pada disk plastic bukan pada pita magnetic (Arsyad, 2011). 3) Televisi Televisi diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh
kamera
elektronik
elektromagnetik
dan
diubah
selanjutnya
menjadi
gelombang
ditransmisikan
melalui
pemancar. Gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Televisi sebagai media massa dapat berfungsi sangat luas juga dapat mencapai pemirsa yang sangat banyak dalam waktu yang relatif singkat. Televisi mempunyai banyak kelebihan dalam menyampaikan pesan-pesannya dibandingkan dengan media massa lain, karena
pesan-pesan
yang
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual), terlebih lagi siaran langsung (live broadcast) (Wahyudi, 2016). Karakteristik media audiovisual sebagai sarana pembelajaran menggunakan
teknologi
audiovisual
adalah
satu
cara
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan
elektronis
untuk
menyajikan
pesan-pesan
audiovisual. Arsyad (2011) mengemukakan bahwa media audiovisual memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Biasanya linear (b)Biasanya dinamis
bersifat menyajikan
visual
yang
(c) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuatnya
(d)Merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak (e) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. (f) Umumnya berorientasi pada pemberi informasi dengan tingkat pelibatan interaktif peserta yang rendah b. Kelebihan dan kekurangan Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audiovisual. Arsyad (2011) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut. (1) Kelebihan media audiovisual (a) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar audien (b) Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu (c) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya. (d) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok. (e) Film
dan
video
dapat
menyajikan
peristiwa
yang
berbahaya jika dilihat secara langsung. (f) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen maupun perorangan. (g) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. (2) Kelemahan media audiovisual (a) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak (b) Tidak semua audien mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. (c) Film dan vidio yang
tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
B. Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan, Informasi atau Media Massa Sosial, Budaya dan Ekonomi Lingkungan Pengalaman (Budiman dan Riyanto (2013)
Domain pengetahuan 1. Tahu (know) 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi (Notoatmodjo (2012)
Baik Tingkat pengetahuan tentang cara menyusui Kurang baik Pendidikan Kesehatan Menyusui dengan media video
Pendidikan Individu
Diteliti Tidak diteliti Gambar 2.1 kerangka teori Sumber : Budiman dan Riyanto (2013) ,Notoatmodjo (2012) C. Kerangka konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti (Hidayat, 2017). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Bebas Pendidikan kesehatan menggunakan video
Variabel Terkait Tingkat pengetahuan
perilaku
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya dengan fakta empiris dari hasil penelitian yang dilakukan (Siswanto, dkk 2017). Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui menggunakan media video terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. Ha : terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. Ho : Tidak terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang cara menyusui terhadap tingkat pengetahuan ibu nifas di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya
(Jaedun,
2011).
Desain
penelitian
yang
digunakan
Pre
Eksperimental design dengan pendekatan One Group Pretest Posttest, rancangan ini dari awal sudah dilakukan observasi melalui pretest terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan atau intervensi, selanjutnya diberikan posttest sehingga dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan atau
intervensi, namun dalam
desain ini tidak ada kontrol sebagai pembanding antar kelompok (Imas, 2018). Pelaksanaan
eksperimen
dengan
desain
ini
dilakukan
dengan
memberikan perlakuan X terhadap suatu kelompok, yaitu kelompok eksperimen. Sebelum diberikan perlakuan, kelompok tersebut diberi pre test/Tes Awal (O1) dan setelah itu diberikan post test/Tes Akhir (O2). Hasil dari kedua tes tersebut dibandingkan, untuk menguji apakah perlakuan yang diberikan memberi pengaruh kepada kelompok tersebut. Tujuan pemberian pretest dan posttest adalah untuk mengetahui hasil perlakuan secara akurat dan sebagai pembanding sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
Mulai
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Hipotesis
Metode Penelitin Kuantitatif
Pengumpulan Data Pre Test (Kuisioner)
Perlakuan
Pengumpulan Data Post Test (Kuisioner)
Analisis Data ( Dieskriptif)
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar pada bulan Oktober - November 2021.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu melahirkan spontan dan primipara yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Karanganyar rata-rata perbulan di tahun 2020-2021 adalah 33 pasien. 2. Sampel dan Teknik Sampling Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Prosedur pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probabilitay dengan teknik purposive sampling. Sugiyono (2019) mengemukakan bahwa teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sample dalam penelitian ini diambil dari seluruh ibu yang melahirkan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar pada bulan oktober 2021 minggu kedua – november 2021 minggu kedua, tetapi karena banyaknya ibu melahirkan rata-rata satu bulan 110 pasien dan besarnya sample dalam penelitian ini harus representatif bagi populasi, serta oleh karena jumlah populasi
kurang
dari
10.000
maka
penentuan
besarnya
sample
menggunakan rumus dari Slovin ( dalam Notoatmojo, 2010) yaitu : n=
N 2 1 N (d )
Keterangan: n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 10% atau 0.1
Adapun penerapan rumus yang ada adalah : n
=
= n
33 2 1 33(0.1 ) 33 1.33
= 24.81 sehingga dibulatkan menjadi 25 pasien.
Pertimbangan lain yang digunakan dalam
menentukan besaran sampel,
juga digunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai tolak ukur dalam pemilihan sampel. a.
Kriteria inklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) antara lain: 1) ibu nifas setuju menjadi responden 2) ibu nifas dengan primipara 3) ibu nifas partus spontan 4) ibu nifas dengan bayi berat badan lebih dari 2500 gr
b. Kriteria ekslusi, yaitu ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria ekslusi dalam penelitian yang akan dilakukan adalah: 1) Ibu nifas tidak menyetujui 2) Ibu nifas yang membutuhkan perawatan intensif 3) Ibu Nifas dengan fetal death 4) Ibu melahirkan dengan penyulit persalinan D. Variable penelitian Variabel penelitian adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2017). Variabel penelitian dalam penelitian yang dilakukan adalah : 1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2017). Variabel independen yang terdapat pada panelitian ini adalah pendidikan kesehatan 2. Variabel Dependent (tergantung/terikat) Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel tergantung juga disebut kejadian, manfaat, efek atau dampak (Hidayat, 2017). Variabel dependent dalam penelitian ini
adalah tingkat pengetahuan
tentang tekhnik menyusui yang benar. E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Operasional Independent: Proses Pendidikan kesehatan media video
Ukur
pemberian
informasi
SAP
Tidak dilakukan
dengan
menggunakan media
video
tentang
tekhnik
menyusui
yang
benar.
Video
berdurasi ± 9 menit dan
berasal
aplikasi yang oleh
dari
youtube dikeluarkan
UMY
akan
dan
diberikan
melalui LCD Dependent :
Pengetahuan
Tingkat
responden
pengetahuan
cara menyusui yang 18
tentang
benar,
Kuesioner
Hasil
ukur Nominal
tentang yang berisi dikategorikan: meliputi pertanyaan
3. Nilai di atas mean,
nilai
tekhnik
Posisi
menyusui
langkah-langkah
menyusui, dengan pilihan
>
50
%
berarti
menyusui
yang jawaban
tingkat
benar,
cara mengguna
pengetahuan
menyandwakan dan kan
skala
baik 4. Nilai
keberhasilan
gutman,
menyusui
Ya (1), dan
dibawah
tidak (0)
nilai
mean,
nilai ≤ 50 % berarti pengetahuan kurang baik F. Instrument Penelitian Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Instrumen pada penelitian ini akan menggunakan : 1. SAP (Satuan acara pelaksanaan) Berisi tentang prosedur dan proses pendidikan kesehatan yang akan dilakukan. 2. Video cara menyusui Video akan di ambil dari aplikasi youtube dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian yang dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3. Kuesioner tingkat pengetahuan Kuesioner
yang
berisi
18
pertanyaan
dengan
pilihan
jawaban
menggunakan skala gutman, Ya (1), dan tidak (0). Peneliti berencana akan
menggunakan kuesioner dari Anggun Kartikasari (2017) yang sudah valid sehingga tidak memerlukan uji validitas terlebih dahulu. Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan Item soal Posisi Menyusui Langkah Menyusui Cara menyendawakan Keberhasilan menyusui Total
No soal 1-9 10-13, 18 15 – 17 14
Jumlah 9 5 3 1 18
G. Teknik pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
merupakan
cara
yang
dilakukan
dalam
pengumpulan data penelitian (Hidayat, 2017). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui lembar observasi, kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (Sujarweni, 2014). Data primer dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun identitas yang dimasukkan dalam kuisioner meliputi nama, usia, pekerjaan , tingkat pendidikan, jumlah anak . b. Pengumpulan data sekunder Sugiyono (2016) mengatakan bahwa data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder digunakan untuk mendukung informasi yang didapatkan dari sumber data primer yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, laporan-laporan kegiatan yang ada dan lain sebagainya. H. Teknik Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data pretest dan posttest. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) V.21 dengan
signifikasi 95%. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model model penelitian tersebut adalah data distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah uji shapirowilk. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas menurut Sugiono (2013) adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai probabilitas < 0.05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama. 2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka dikatakan bahwa populasi berdistribusi normal. 3) Jika nilai hitung > 0.05, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data akhir kedua sampel mempunyai varian yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok data atau sampel tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varian yang sama dinamakan populasinya homogen, ini juga dikenal dengan uji homogenitas dua varian menggunakan uji F Levene. Varian data pre dan post akan diuji sama pihak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 18 for Windows. Kesimpulan dari uji ini adalah H0 diterima jika sampel berasal dari populasi yang homogen. H0 ditolak jika sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
c. Uji-T Uji-t yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-t berpasangan. Teknik analisis dalam
penelitian ini tergantung dari hasil uji
normalitas. Apabila nilai berdistribusi normal maka menggunakan uji paired t test namun jika tidak normal maka menggunakan uji wilcaxon test. Uji tersebut bertujuan untuk menguji asumsi dasar apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Jika signifikansi >, maka Ho diterima, dan jika signifikansi < t tabel maka Ho diterima, jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Jika signifikansi (2-tailed) > ɑ, maka Ho diterima, Jika signifikansi (2-tailed) < ɑ, maka Ho ditolak. Penelitian ini menggunakan analisis uji statistik parametrik yang bertujuan untuk melakukan uji perbandingan dan perbedaan rata-rata dari dua sampel baik data independen maupun data berpasangan dan ata harus berdistribusi normal. Analisis tersebut menggunakan program SPSS (Statistic Program For Sosial Science) versi 22 dalam analisi datanya. I. Jalannya penelitian 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Penyusunan judul penelitian b. Mengajukan ijin studi pendahuluan dan penelitian ke Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Karanganyar c. Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 d. Menyiapkan kelengkapan data, kuisioner penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Di bawah ini adalah prosedur teknis secara rinci yang telah akan dilalui oleh peneliti dalam memperoleh data peneltian:
1) Instrumen penelitian yang digunakan, adalah dengan menggunakan kuisioner penelitian lain yang telah digunakan sebelumnya yang sudah dilakukan uji vailiditas 2) Pemilihan responden dilakukan dengan mengambil pasien yang ditemui saat penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan sebelumnya 3) Peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden sebagai upaya untuk bina hubungan saling percaya (BHSP) antara peneliti dengan calon responden. 4) Kemudian menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden, Setelah calon responden mendapatkan penjelasan dan bersedia menjadi
responden
lau
responden
mengisi
persetujuan
ikut
berpartisipasi dalam penelitian. 5) Peneliti melakukan pengambilan data PRE dengan memberikan kuesioner kepada responden dengan jumlah sample sebanyak 52 pasien dengan menggunakan rumus Slovin. 6) Melakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan media video 7) Melakukan pengambilan data POST menggunakan kuesioner 3. Tahap Pelaporan 1) Setelah dilakukan penelitian, peneliti akan melaporkan hasil penelitian kepada pembimbing. 2) Setelah disetujui hasil penelitian akan di presentasikan kepada dosen pembimbing J. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari Universitas terkait untuk dapat melakukan penelitian sesuai dengan judul penelitian. Setelah mendapatkan izin baru melakukan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang meliputi: 1. Inform Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Inform Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2011). Peneliti memberikan informasi kepada sampel penelitian tentang tujuan dan sifat-sifat keikutsertaan dalam penelitian. Bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian. 2. Prinsip manfaat Yaitu penelitian yang akan dilaksanakan tidak mengakibatkan penderitaan dan
eksploitasi
pada
subjek
dan
peneliti
secara
hati-hati
mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan berakibat pada subjek pada setiap tindakan. 3. Prinsip menghargai hak asasi manusia a.
Subjek berhak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden atau partisipan penelitian.
b. Subjek berhak mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (righ to full disclosur). c.
Informed consent yaitu subjek akan mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian dan data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
4. Prinsip keadilan a. Mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment) yaitu subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ada diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden. b. Hak dijaga kerahasiaannya (tigh to privacy) meliputi anominity yaitu data yang diberikan akan dirahasiakan dengan tanpa nama dan confidentiality yaitu subjek akan dijamin kerahasiannya.
K. Jadwal Penelitian
Jenis Kegiatan
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR Agustus 2021 Sep-21 Oktober 2021 Nov-21 Desember 2021 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Ujian Proposasl / Seminar Revisi Pasca Seminar Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Penyusunan Bab IV-V Konsultasi Bab IV - V Revisi dari Pembimbing Ujian Skripsi Revisi dan Penggandaan
56
DAFTAR PUSTAKA Arismawati & Effendy, 2017. Hubungan Teknik Menyusui yang Benar dengan Tingkat Keberhasilan Laktasi. Jurnal Keperawatan & Kebidanan, 6(1), 22–30.
Diterima
dari
http://jurnalonline.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jkk/article/view/56 pada bulan Agustus 2021 Banowati (2019). Ilmu Gizi Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama BPS, 2016. Angka Kematian Ibu (AKI). 2017; https://sirusa.bps.go.id/index.php? r=indikator/view&id=80 . Di akses pada bulan Agustus 2021. Fitriani. 2011. Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu Jannah.2018. pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum Jaedun, 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen. Yogyakarta: Fakultas. Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Hidayat, (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Khatarina dan Yuliana. 2017.pengaruh pendidikan kesehatan terhadap posisi dan perlekatan saat menyusui pada ibu post partum primipara Di RSUD panembahan senopati bantul Mardiyana & Puspita, 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Teknik Menyusui terhadap Ketepatan Teknik Menyusui di Desa Purworejo Kecamatan Pungging Mojokerto. Jurnal Keperawatan Sehat, 12(2), 207–221. Diterima dari http://ejournal.stikesppni.ac.id/index.php/JKS/article/view/211 Munawarah. 2018.pengaruh edukasi teknik menyusui terhadap keefektifan ibu nifas dalam menyusui di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mulyani, 2013. Asi dan Pedoman Ibu Menyusui. Nuha Medika, Yogyakarta Meihartati dan Sari. 2018. Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian Bendungan ASI (Engorgement) Pada Ibu Nifas, 13, 24.
57
Nursalam dan Efendi, 2013. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba. Medika Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta Notoatmodjo,(2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nastiti. 2009. Hubungan banyaknya media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di SMU Negeri 5 Madiun, http://www.scribd.com , acces 26 mei 2011. Perry et al., 2010. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika. Padilla, 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika Roesli, 2008. nisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka Bunda. Rini dan Kumala.2017. Panduan Asuhan Nifas & Evidance. Klinis. Jakarta : Erlangga Suryoprajogo, 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Key Word. Jannah.2018. pengaruh support edukasi teknik menyusui yang benar terhadap efektivitas menyusui ibu postpartum Sugiyono (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Sujarweni, (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru. Press Wulandari (2017). hubungan edukasi menyusui saat hamil, teknik menyusui ibu dan produksi ASI ibu nifas di RSIA pertiwi makasar Wahyuningsih, 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I
LAMPIRAN
Lampiran 1. SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Ibu Di tempat. Dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah saya memohon bantuan untuk dapat mengisi kuesioner penelitian yang sedang saya lakukan dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul : “Pengaruh pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui Bayi Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar”. Penelitian ini saya lakukan semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan, dan tidak memberikan konsekuensi atau akibat apapun Ibu, serta kerahasiaan data yang telah diisikan saya jamin kerahasiaannya. Apabila dalam Ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang pengisian kuesioner ini silahkan untuk menghubungi nomor peneliti : 083849641718 Atas kesediaannya sekalian saya haturkan banyak terima kasih, semoga amal baik Ibu mendapat imbalan dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Surakarta, ………Oktober 2021 Peneliti,
NURUL FAJRIYAH SRI MULYANI NIM: 2020060097
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: ……………………………………………………
Umur
: …………………………………………………..
Alamat
: …………………………………………………… ……………………………………………………
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa saya telah mendapatkan penjelasan mengenai maksud pengumpulan data untuk penelitian tentang: “Pengaruh pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui Bayi Terhadap Pengetahuan Ibu Nifas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar”, untuk itu secara sukarela saya menyatakan bersedia menjadi responden penelitian tersebut. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.
Saya yang menyatakan,
( ……………………………..)
Lampiran 3. Lembar Kuesioner PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENYUSUI BAYI TERHADAP PENGETAHUAN IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR A. Data Karakteristik Responden Petunjuk:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
kondisi saudara. 1.
Nama/ Initial
: …………................................
2.
Umur
: …………. Tahun
3.
Pekerjaan
: ......................
4.
Pendidikan Terakhir
: ...................
5.
Jumlah Anak
: ................
B. Pengetahuan Petunjuk Pengisian : Berilah tanda centang ( Ya atau Tidak No
) pada kolom pilihan jawaban yang Ibu anggap sesuai Pernyataan
1.
Menyusui boleh dilakukan dengan posisi berdiri.
2.
Saat menyusui dagu bayi menempel pada payudara ibu Posisi mulut bayi pada saat menyusu adalah menghadap pada
3.
payudara 4.
Kaki ibu harus menyentuh lantai saat menyusui bayi dengan posisi dusuk di kursi
5.
Posisi kepala bayi saat menusu berada di lengkung siku ibu
6.
Posisi perut bayi saat menyusu adalah menempel pada pinggang ibu
7.
Kepala bayi saat menyusu dapat dalam posisi menoleh pada payudara
Ya
Tidak
No
Pernyataan
8.
Posisi perut bayi saat menyusu adalah menempel pada perut ibu
9.
Menyusu yang baik dan benar adalah posisi bayi menempel diperut ibu, telinga bayi sejajar dengan lengan bayi (tidak menoleh)
10. Ibu manatap bayi ketika bayi sedang menyusu 11. Bayi hendaknya diberikan rangsangan di sekitar mulut agar bersedia membuka mulut 12. Payudara tidak perlu dipegang pada saat bayi menyusu 13. Jari telunjuk dapat digunakan untuk melepaskan isapan bayi 14. Mulut bayi terbuka lebar juga merupakan tanda bayi brhasil menyusui 15. Cara menyendawakan bayi dengan posisi bayi digendong tegak bersandar di bahu ibu kemudian punggungnya di tepuktepuk perlahan 16. Menyendawakan bayi dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa 17. Setelah menyusui bayi tidak perlu disendawakan 18. Mengolesi putting susu dengan ASI merupakan langkah pertama dalam proses menyusui
Ya
Tidak
KUNCI JAWABAN 1. Ya
10. Ya
2. Ya
11. Ya
3. Ya
12. Ya
4. Ya
13. Tidak
5. Ya
14. Ya
6. Tidak
15. Ya
7. Ya
16. Ya
8. Ya
17. Tidak
9. Ya