Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 4 Nomor 3, Agustus 2021 e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394 https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj STUDI MASALAH PSIKOSOSIAL PADA MASYARAKAT JAWA DAN MADURA Mad Zaini Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember, Gumuk Kerang, Karangrejo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68124, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Masalah psikososial terjadi karena adanya stressor. Pandemic covid-19 merupakan salah satu bentuk stressor yang menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan fisik dan psikolososial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan masalah psikososial masyarakat budaya jawa dan Madura. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif untuk membandingkan 1 atau lebih pada variabel pada sampel yang berbeda. Subjek dalam penelitian ini adalah masayarakat jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Sebanyak 107 responden dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling. Ciri responden dalam penelitian ini adalah individu usia >40 tahun, berasal dari masyarakat jawa dan madura. Analisa data menggunakan uji beda (paired sample test). Hasil analisa univariat diperoleh bahwa sebagian besar responden dengan latar belakang budaya jawa, mengalami masalah psikososial sedang (50.9%). Sedangkan responden dengan latar belakang budaya Madura, sebagian besar mengalami masalah psikososial berat (64.8%). Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada masalah psikososial antar masayarakat jawa dan Madura dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Kata kunci: jawa; madura; masalah psikososial
STUDY OF PSYCHOSOCIAL PROBLEMS IN JAVA AND MADURA COMMUNITIES ABSTRACT Psychosocial problems occur because of stressors. The COVID-19 pandemic is a form of stressor that has a negative impact on physical and psychosocial health. This study aims to analyze the differences in psychosocial problems of Javanese and Madurese cultural communities. The researcher uses a comparative quantitative approach to compare 1 or more variables in different samples. The subjects in this study were Javanese and Madurese people in Jember Regency. A total of 107 respondents in this study were taken using purposive sampling technique. Characteristics of the respondents in this study were individuals >40 years old, coming from Javanese and Madurese communities. Analysis of the data using a different test (paired sample test). The results of the univariate analysis showed that most of the respondents with a Javanese cultural background experienced moderate psychosocial problems (50.9%). While respondents with a Madurese cultural background, most of them experienced severe psychosocial problems (64.8%). The results of the bivariate analysis showed that there was a significant difference in psychosocial problems between the Javanese and Madurese communities with a significant value of 0.000. Keywords: java; Madura; psychosocial problems
PENDAHULUAN Masalah psikososial merupakan kondisi yang mengindikasikan seorang individu mengalami sebuah perubahan emosional yang dapat mengakibatkan kondisi patologis pada aspek jiwanya, apabila terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama (Anne, L, N,. & David, W, 2014). Masalah psikososial pada individu dapat terjadi karena adanya stressor yang berupa fisik, psikologi atau sosial. Pandemic covid-19 yang sejak satu tahun yang lalu terjadi hingga saat ini merupakan salah satu bentuk stressor fisik, psikologi dan sosial yang
591
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
memberikan dampak sangat luas bagi individu keluarga dan masyarakat (Ridwan Sanjaya, 2020). Selama periode pandemic ini, masyarakat diminta untuk beraktifitas dari rumah, menghindari kerumunan serta aturan-aturan lainnya yang berpotensi perubahan perilaku masyarakat. [Respon dari adanya pembatasan aktifitas sosial dan aturan-aturan selama masa pandemic ini menjadi stressor dan berpotensi menyebabkan masalah psikososial di masyarakat (Sherchan, S., Samuel, R., Marahatta, Anwar, N., Van Ommeren, M. H., & Ofrin, 2017). Respon yang terjadi dari masalah psikososial pada individu selama periode pandemic covid-19 sangat beragam mulai dari munculnya kekhawatiran serta kehilangan motivasi atau semangat serta keluhan psikosomatik seperti nyeri, perubahan nafsu makan dan perubahan pola tidur, (Tang, W., Hu, T., Hu, B., Jin, C., 2020). Respon tersebut apabila terjadi dalam kurun waktu yang lama dan terus menerus akan mengganggun aktifitas dan produktifitas sehari-hari bahkan berpotensi menjadi masalah kesehatan jiwa yang aktual. Hasil penelitian tentang masalah psikososial selama pandemic covid-19 menunjukkan bahwa 8.031 responden pada 34 provinsi yang ada di Indonesia, >50% responden dalam penelitian tersebut mengalami masalah psikososial (Putri, A, P.K., Septiawan, 2020). Dalam studi penelitian lain yang dilakukan pada 1000 responden, menunjukkan bahwa 48% responden dalam penelitian tersebut mengalami masalah psikososial karena kekhawatiran akan tertular virus covid-19 (Megatsari, H., Laksono, A. D., Ibad, M., Herwanto, Y. T., Sarweni, K. P., Geno, R. A. P., & Nugraheni, 2020). Respon individu dalam menyikapi pandemic covid-19 tentu sangat beragam tergantung dari banyak faktor. Salah satu faktor yang menentukan individu dalam menyikapi kondisi pandemic covid-19 adalah latar belakang suku atau budaya. Budaya diartikan sebagai pola hidup masyarakat yang bersifat menyeluruh, luas dan abstrak (Arditama, E., & Lestari, 2020). Budaya memiliki peran dalam mempengaruhi persepsi individu dalam menyikapi sebuah persoalan, termasuk masalah kesehatan yang berkaitan dengan covid-19. Setiap daerah memiliki budaya yang sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku mayarakat. Budaya memiliki peran dalam mendasari nilai dan kepribadian dari individu (Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y. & L., Ho, C. S., & Ho, 2020). Nilai dan kepribadian tersebut yang akan dijadikan dasar oleh individu dalam menyiakpi persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari termasuk persoalan kesehatan fisik, psikologi dan sosial (Gao, J., Zheng, P., Jia, Y., Chen, H., Mao, Y., Chen, S., Wang, Y., Fu, H., & Dai, 2020). Indonesia kaya akan budaya, salah satu budaya yang banyak anggota masyarakatnya adalah budaya Jawa dan Madura. Individu yang hidup di lingkungan masyarakat budaya jawa, memiliki pandangan bahwa seluruh persoalan kehidupan telah diatur oleh Tuha Yang Maha Kuasa, termasuk persoalan yang terjadi di masa pandemic covid-19 ini (Putri, E.A, 2020). Pandangan hidup masyarakat budaya jawa tersebut melahirkan sikap nrimo (rela) dan sabar. Sikap nrimo merupakan sikap luhur di masyarakat Jawa. Ketika indvidu bersikap nrimo dan sabar dalam batinnya akan muncul perasaan damai dan sejahtera (Sahid, 2012). Masyarakat budaya Madura memiliki pandangan bahwa persoalan kehidupannya tidak lepas dari nilai agama Islam. Mereka memiliki pandangan bahwa amal perbuatan yang ia lakukan selama di dunia akan menjadi bekal ketika hidup di akhir nanti (Wiyata, 2012). Keyaninan terhadap nilai-nilai luhur agama Islam tersebut juga membawa masyarakat Madura pada ketaatan terhadap kyai atau tokoh-tokoh agama (Mulyadi, 2015). Ketaatan terhadap kyai atau tokoh agama tersebut menjadi hal utama bagi masyarakat budaya Madura dalam bersikap dan berperilaku termasuk dalam menyikapi persoalan kesehatan selama pandemic covid-19 ini.
592
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Pandemic covid-19 membawa masyarakat pada situasi yang tidak mudah, karena semua aspek kehidupan mengalami perubahan, karena masyarakat harus pekerja, belajar, beribadah dan beberapa aktifitas lainnya dilakukan di dalam rumah (Généreux, 2020). Perubahan-perubahan tersebut tentunya berpengaruh terhadap aspek kesehatan fisik, psikologi, sosial dan spiritual (Megatsari, H., Laksono, A. D., Ibad, M., Herwanto, Y. T., Sarweni, K. P., Geno, R. A. P., & Nugraheni, 2020). Proses adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan tergantung dari persepsi dan sikap individu dalam mengendalikan perubahan tersebut. perbedaan persepsi dan sikap dalam menghadapi perubahan termasuk perubahan selama pandemic covid-19 tentunya berbeda-beda, dipenagruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah latar belakang budaya (Thakur, V., & Jain, 2020). Perbedaan pandangan dan nilai-nilai budaya pada individu jawa dan madura tentunya memberikan respon yang berbeda. Hal inilah yang akan mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan psikososial selama pandemic covid19. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam membantu masyarakat untuk mengetahui tentang pentingnya menjaga kesehatan psikososial selama pandemic covid-19. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif yaitu peneliti membandingkan variabel yang berbeda atau pada saat yang berbeda. Subjek dalam penelitian ini adalah individu dengan latar belakang suku jawa dan Madura yang tinggal di Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling. Ciri sampel penelitian ini yaitu individu usia >40 tahun, berasal dari suku jawa dan suku madura. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner online. Kuesioner psikososial terdiri dari tigas aspek yaitu fisik, psikologi dan sosial, yang terdiri dari 8 item pertanyaan. Kuesioner tersebut telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengambilan keputusan validitas kuesioner berdasarkan nilai rhitung (corrected intem-total correlation) > rtabel sebesar 0,378. Sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasikan total skor ganjil dan genap yang selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus alpha cronbach. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen dinyatakan reliable atau memenuhi syarat. Analisa data uji beda (paired sample test). Penelitian ini juga telah dilakukan uji kelayakan etik dan dinyatakan lolos etik dengan nomor 1358/KEPK/FIKES/IX/2021. HASIL Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Suku (n=107) Karakteristik f % Pendidikan SD SMP SMA Suku Jawa Madura
24 20 63
18.2 15.2 47.7
53 54
49.5 50.5
593
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA (47.7%). Jumlah responden dengan latar belakang budaya jawa sebanyak 53 responen (49.5%), sedangkan responden dengan latar belakang budaya Madura sebanyak 54 responden (50.5%). Tabel 2. Hasil Kategorisasi Responden Berdasarkan Masalah Psikososial pada Individu dengan Latar Belakang Budaya Jawa dan Madura (n=107) Karakteristik f % Jawa Ringan 5 9.4 Sedang 27 50.9 Berat 21 39.6 Madura Ringan 0 0.0 Sedang 19 35.1 Berat 35 64.8 Tabel 2, diketahui bahwa dari 53 responden dengan latar belakang budaya jawa, sebanyak 27 responden (50.9%) mengalami masalah psikososial sedang, sebanyak 21 responden (39.6%) mengalami masalah psikososial berat dan sebanyak 5 responden (9.4%) mengalami masalah psikososial ringan. Sedangkan dari 54 responden dengan latar belakang budaya Madura, sebanyak 35 responden (64.8%) mengalami masalah psikososial berat, sebanyak 19 responden (35.1%) mengalami masalah psikososial sedang dan tidak ada responden dengan latar belakang budaya Madura yang mengalami masalah psikososial ringan (0%). Tabel 3. Hasil Analisis Uji T-Test Masalah Psikososial pada Individu dengan Latar Belakang Budaya Jawa dan Madura (n=107) Mean t Df sig. (2-tailed) Masalah Psikososial Jawa-Madura -1.019 -14.010 106 0.000 Tabel 3 hasil analisis data t-test diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada masalah psikososial individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (sig. 0.000) yang mana nilai p<0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan. PEMBAHASAN Hasil analisa univariat tentang karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dan suku budaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA (47.7%). Jumlah responden dengan latar belakang budaya jawa sebanyak 53 responen (49.5%), sedangkan responden dengan latar belakang budaya Madura sebanyak 54 responden (50.5%). Berdasarkan konsep adaptasi yang dikembangkan oleh Callista Roy, menjelaskan bahwa proses input, di mana pada penelitian ini karakteristik tingkat pendidikan termasuk dalam stimulus kontekstual yang diasumsikan memberikan kontribusi pada proses control yaitu pada sistem kognitif. Sistem kognitif pada penelitian ini adalah masalah psikososial. Berdasarkan definisinya bahwa masalah psikososial muncul sebagai hasil dari respon maladaptif dari adanya stressor.
594
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan aspek kognitif, yang mana individu yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung mempunyai kemampuan berpikir yang baik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Peneliti berpendapat bahwa individu yang mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi cenderung mempunyai kapasitas dalam menyelesaikan masalahnya dengan berfokus pada penyelesaian masalah dan bukan menghindar dari masalah. Kemampuan memfokus pada penyelesaian masalah cenderung akan menghasilkan ide kreatif sehingga mampu untuk membuat rencana kedepannya. Pendidikan juga memberikan kemampuan untuk memobilisasi dan menggunakan sumber yang tersedia, memiliki pengetahuan dan mencari informasi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Kemampuan koping dan pemilihan strategi koping juga lebih tinggi pada mereka dengan pendidikan yang lebih tinggi. Analisa bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura dengan nilai t hitung sebesar -14.010 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Pandemic covid-19 membawa banyak perubahan bagi kehidupan di masyarakat. Adanya pemberlakukan pembatasan sosial, transmisi penularan yang tinggi menyebabkan masalah kesehatan yang mengarah pada kesehatan psikososial (Pfefferbaum, B., & North, 2020). Jika dilihat dari kategorisasi pada tabel 2, dapat disimpulkan bahwa individu dengan latar belakang Madura memiliki persentase masalah psikososial berat yang lebih tinggi (64,8%) dibandingkan dengan individu denga latar belakang budaya jawa (39,6%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang berbeda akan memberikan pengaruh berbeda terhadap kesehatan psikososial selama pandemic covid-19. Perbedaan terhadap kesehatan psikososial antara individu dengan latar belakang budaya jawa dan Madura ini didukung oleh perbedaan konsep yang diyakini budaya jawa dan Madura. Dalam budaya jawa, individu lebih meyakini dan melaksanan konsep nrimo (rela) dan sabar dalam kehidupannya. Nrimo (rela) diartikan sebagai menerima setiap yang terjadi dalam kehidupannya tanpa adanya rasa penyesalan (Sahid, 2012). Konsep nrimo dalam budaya jawa juga diterjemahkan sebagai sebuah kesanggupan untuk menerima setiap yang terjadi dalam kehidupannya termasuk pandemic covid-19. Sedangkan konsep sabar dalam budaya jawa diterjemahkan sebagai kesadaran bahwa ada waktunya nasib yang baik akan tiba (Sahid, 2012). Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini dihadapi dengan sabar oleh masyarakat jawa karena mereka memiliki kayakinan bahwa pandemic ini akan selesai dan kehidupan akan kembali seperti sediakala. Peneliti berpendapat bahwa konsep nrimo dalam budaya jawa merupakan sikap penerimaan terhadap seluruh peristiwa yang terjadi di masa lalu, saat ini dan yang akan datang. Konsep nrimo dalam budaya jawa tidak hanya diartikan sebagai sikap pasrah terhadap keseluruhan yang terjadi, melainkan disertai dengan usaha. Dengan demikian, konsep nrimo dalam budaya jawa lebih bersifat aktif, bukan pasif. Selain nrimo, masyarakat dengan budaya jawa juga memegang teguh prinsip sabar. Sabar dalam budaya masyarakat jawa diartikan sebagai sikap lapang dada dalam setiap keadaan. Kesabaran yang diyakini oleh masyarakata budaya jawa akan melahirkan sikap penerimaan dan lapang dada, yang pada akhirnya akan menghasilkan rasa syukur (Hendrokumoro, 2016). Sikap nrimo dan sabar menjadikan individu lebih mudah untuk bersikap ikhlas, berdamai dengan situasi, diri sendiri, orang lain serta mempercayakan kehidupannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Mubah, 2011). Keyakinan terhadap sikap nrimo dan sabar tersebut diyakini oleh peneliti sebagai dasar terbentuknnya mekanisme koping yang adaptaif selama periode pandemic covid-19 ini. Mekanisme koping yang adaptif di masa pandemic covid-19 menekankan pada pengelolaan terhadap aspek emosional.
595
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Emosional yang terkendali akan menghasilkan kognitif yang terarah sehingga meningkatkan produktifitas individu meskipun dalam kondisi pandemic covid-19. Masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya Madura bila dilihat dari kategorisasi pada tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada kategori berat (64,8%), berikutnya kategori sedang (35,1%) dan tidak ada responden dengan masalah psikososial ringan. Masyarakat Madura yang terkenal dengan karakter dan watak yang sering disalahcitrakan (citra secara konotatif) sebagai watak yang keras dan tidak taat aturan menyebabkan kesulitan dalam proses adaptasi terutama di masa pandemic covid-19 ini. Selain karakter dan watak tersebut, individu dengan latar belakang Madura memiliki kepercayaan pada nasib baik dan nasib buruk. Hal ini muncul sebagai akibat dari pemahaman mereka pada konsep takdir yang ada pada keyakinan dan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh para ulama (kyai) (Wiyata, 2012). Kepercayaan mereka pada nasib buruk digambarkan melalui ungkapan palang ghabilan (nasib buruk yang tidak terelakkan). Masyarakat dengan latar belakang Madura bahkan menyebutkan bahwa mon pengara padheh, tapeh pengaro se tak padheh (keinginan dan cita-cita setiap orang sama, tapi keberuntungan setiap orang tidak sama) (Mulyadi, 2015). Ungkapan lain yang sering diutarakan masyarakat dengan latar belakang Madura adalah palang tak keneng langlang, pojur tak keneng terhoh (nasib buruk tidak bisa dihindari, keberuntungan tidak bisa ditiru). Pandemic covid-19 dipersepsikan oleh masyarakat madura sebagai kondisi buruk yang tidak dapat dihindari (palang tak keneng langlang) (Adib, 2011). Persepsi yang buruk atau negatif terhadap pandemic covid-19 ini memunculkan perasaan pesimis dan sikap negatif dari setiap peristiwa yang dialami individu. Perasaan pesimis dan sikap negative mengakibatkan kesulitan dalam beradaptasi selama masa pandemi covid-19. Kesulitan dalam beradaptasi ini yang menjadi penyebab tingginya masalah psikososial pada individu dengan latar belakang budaya Madura. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara individu dengan latar belakang jawa dan Madura pada masalah psikososial dengan nilai nilai t hitung sebesar -14.010 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Sedangkan kategorisasi menunjukkan bahwa dari 53 responden dengan latar belakang budaya jawa, sebagian besar mengalami masalah psikososial sedang (50.9%), berikutnya kategori berat (21%) dan kategori ringan (9,4%). Sedangkan dari 54 responden dengan latar belakang budaya Madura, sebagian besar mengalami masalah psikososial berat (64.8%). sebagian besar berada pada kategori berat (64,8%), berikut kategori sedang (35,1%) dan tidak ada responden dengan masalah psikososial ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang berbeda akan memberikan pengaruh berbeda terhadap kesehatan psikososial. DAFTAR PUSTAKA Adib, M. (2011). Etnografi Madura. Surabaya: Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Anne, L, N,. & David, W, S. (2014). Cross-cultural comparison of successful aging definitions between chinese and hmong elders in the United states. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ %0Aarticles/PMC4041517/.%0A Arditama, E., & Lestari, P. (2020). Jogo Tonggo : Membangkitkan kesadaran dan ketaatan
596
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
warga berbasis kearifan lokal pada masa pandemi Covid-19 di Jawa Tengah. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha. Gao, J., Zheng, P., Jia, Y., Chen, H., Mao, Y., Chen, S., Wang, Y., Fu, H., & Dai, J. (2020). Mental health problems and social media exposure during COVID-19 outbreak. PLoS ONE, 15(4). https://doi.org/https://doi.org/10.1371/journal.pone.0231924 Généreux, M. et al. (2020). One Virus, Four Continents, Eight Countries: An Interdisciplinary and International Study on the Psychosocial Impacts of the COVID-19 Pandemic Among Adults. SSRN Electronic Journal, 1–16. https://doi.org/10.2139/ssrn.3696869 Hendrokumoro. (2016). Peribahasan dalam bahasa jawa. Gajah Mada Yogyakarta. Megatsari, H., Laksono, A. D., Ibad, M., Herwanto, Y. T., Sarweni, K. P., Geno, R. A. P., & Nugraheni, E. (2020). The community psychosocial burden during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Heliyon, 6(10). https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e05136 Mubah, A. S. (2011). Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, Dan Politik Universitas Airlangga, 24(4). Mulyadi, A. (2015). Budaya egalitarianisme perempuan madura dalam tarekat naqsyabandiya. KARSA STAIN. Pfefferbaum, B., & North, C. S. (2020). Mental Health and the Covid-19 Pandemic. New England Journal of Medicine, 6, 510–512. https://doi.org/https://doi.org/10.1056/nejmp2008017 Putri, A, P.K., Septiawan, A. (2020). Manajemen Kecemasan Masyarakat Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Academica Journal of Multidisciplinary Studies, 4(2). Putri, E.A, T. (2020). Upaya Pemerintah Dan Peran Serta Masyarakat Dalam Mencegah Penyebaran Covid-19 Di Indonesia. Ejurnal Unsri, 9(1). Ridwan Sanjaya, M. I. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa Darurat. https://doi.org/https://books.google.co.id/books?id=tpLcDwAAQBAJ&printsec=frontco ver&dq=21+pembelajaran+daring&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjAxomF2cTtAhXUA nIKHU6cBT0Q6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=21%20pembelajaran%20daring &f=false Sahid, T. W. (2012). Petangan Traditional In Javanese Personal Naming Practice An Ethnoliguistic Study. GEMA Online Journal Of Language Studies , 12. Sherchan, S., Samuel, R., Marahatta, K., Anwar, N., Van Ommeren, M. H., &, & Ofrin, R. (2017). Post-disaster mental health and psychosocial support: Experience from the 2015 Nepal earthquake. WHO South-East Asia Journal of Public Health. https://doi.org/https://doi.org/10.4103/22243151.206160 Tang, W., Hu, T., Hu, B., Jin, C., W. (2020). Prevalence and correlates of PTSD and depressive symptoms one month after the outbreak of the COVID-19 epidemic in a sample of home-quarantined Chinese university students. Journal of Affective Disorders. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jad.2020.05. 009
597
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 591 – 598, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Thakur, V., & Jain, A. (2020). COVID 2019-suicides: A global psychological pandemic. Brain, Behavior, and Immunity, 88, 952–953. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.bbi.2020.04.062 Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y., X., & L., Ho, C. S., & Ho, R. C. (2020). Immediate psychological responses and associated factors during the initial stage of the 2019 coronavirus disease (COVID-19) epidemic among the general population in China. International Journal of Environmental Research and Public Health. https://doi.org/https://doi.org/10.3390/ijerph170517 Wiyata, A. L. (2012). Memahami perilaku budaya orang Madura. Http://Www.Lontarmadura.Com/Memahami-Perilaku-Budayaorang-Madura/.
598