Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 4 Nomor 3,Agustus 2021 e-ISSN 2621-2978; p-ISSN 2685-9394 https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MELALUI BREATHING EXERCISE Henry Wiyono, Prayogae P. Putra Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya, Jl. Beliang No.110, Palangka, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah 74874, Indonesia *
[email protected]
ABSTRAK Pasien yang akan mengalami operasi umumnya disertai gangguan kecemasan. Akibat dari gangguan kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi ada kemungkinan operasi tidak dapat dilaksanakan karena akan muncul gejala peningkatan tekanan darah. Jika hal ini tetap dilaksanakan dapat mengakibatkan kesulitan menghentikan perdarahan. Breathing exercise adalah salah satu terapi non-farmakologi dalam mengatasi kecemasan yang dapat merangsang saraf vagus guna mengurangi hormon kortisol yang merupakan hormon penyebab kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh breathing exercise terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan desain pra eksperiment, dengan pendekatan one group pre testpost test design, teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, dengan sampel 27 responden dan diuji dengan teknik statistik wilcoxon. Tahap pengumpulan data dimulai dari tahap pertama yaitu penyebaran kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pada pasien preoperasi untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan, tahap kedua yaitu pemberian intervensi breathing exercise pada pasien yang mengalami kecemasan dan tahap terakhir dilakukan evaluasi kembali dengan penyebaran kuesioner tingkat kecemasan. Hasil analisis dengan mengunakan uji statistik wilcoxon didapatkan p-value ,000 < dari 0,05 yang artinya Ha diterima yaitu ada pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat kecemasan. Kata kunci: breathing exercise; kecemasan; pasien preoperasi
REDUCING ANXIETY LEVELS THROUGH BREATHING EXERCISEPANDEMIC ABSTRACT Patients who will undergo surgical procedures are generally accompanied by anxiety disorders. As a result of the anxiety disorders experienced by preoperative patients, it is possible that the operation cannot be carried out because symptoms of increased blood pressure will appear. if these measures are continued it can result in difficulty stopping the bleeding. Breathing exercise is a nonpharmacological therapy for treating anxiety that can stimulate the vagus nerve to reduce the hormone cortisol, which is the hormone that causes anxiety. This study aims to determine the effect of breathing exercise on the anxiety level of preoperative patients in Dahlia room, Doris Sylvanus General Hospital, Palangka Raya. This study used a pre-experimental design, with a one group pretest-post-test design approach, the sampling technique used was consecutive sampling, with a sample of 27 respondents and tested with Wilcoxon statistical techniques. The data collection stage starts from the first stage, namely distributing the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire to preoperative patients to identify anxiety levels, the second stage providing breathing exercises to patients experiencing anxiety and the last stage is re-evaluation by distributing anxiety level questionnaires. The results of the analysis using the Wilcoxon statistical test obtained p-value, 000
481
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
PENDAHULUAN Pre operatif merupakan tahap awal untuk mempersiapkan pasien semaksimal mungkin agar bisa dilaksanakan operasi dengan baik, pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca operatif. Tindakan pembedahan sarat dengan ketegangan. Pasien yang akan mengalami pembedahan umumnya disertai kecemasan (Julianto, Romadani, & Astuti, 2014). Dalam keadaan cemas, tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil. Akibat dari kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan, karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul kelainan seperti tekanan darah yang meningkat sehingga apabila tetap dilakukan operasi akan mengakibatkan kesulitan dalam menghentikan perdarahan, dan bahkan setelah operasi pun akan mengganggu proses penyembuhan. Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap dapat mempengaruhi kondisi fisiknya (Gea, 2014). Fenomena yang terjadi pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, pasien mengalami kecemasan selama masa pre operasi. Menurut World Health Organization (WHO) terdapat terdapat 20 juta orang di Amerika yang terkena penyakit yang harus mendapatkan tindakan operasi (Black & Hawk, 2015). Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012, tindakan bedah menempati urutan ke-11 dengan presentase 12.8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparotomi (DEPKES RI, 2015). Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang Dahlia BLUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, pasien yang menjalani operasi pada tahun 2015 berjumlah 1,120 orang, pada tahun 2016 berjumlah 1,359 orang dan pada tahun 2017 berjumlah 1,603 orang (Adminitrasi & RSUD dr. Doris Sylvanus, 2019). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 Januari 2020, 6 dari 8 pasien pre operasi mengalami kecemasan ringan dan sedang di ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya yang ditandai dengan pasien sering menanyakan hal yang sama, peningkatan tekanan darah, repirasi, dan denyut nadi. Akibat dari kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak dapat dilaksanakan karena akan muncul gejala peningkatan tekanan darah yang apabila tetap dilaksanakan operasi dapat mengakibatkan kesulitan menghentikan perdarahan (Gea, 2014). Yang dimaksud kecemasan disini yaitu suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau perasaan takut yang disertai suatu respon. Sering kali sumber perasaan takut tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu. Gejala ansietas yang dialami oleh seseorang sering kali ditandai dengan gangguan konsentrasi dan daya ingat, tampak cemas, gelisah dan mengalami gangguan pola tidur (Nurhalimah, 2016). Sejauh ini penatalaksanaan gangguan kecemasan pada pasien dapat diatasi dengan menggunakan terapi farmakologi dan non-farmakologi. Dampak penggunaan pengobatan farmakologi secara terus menerus dapat menyebabkan komplikasi pada organ tubuh seseorang (Darwis, Rikmasari, & Santi, 2018). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan terapi Breathing Exercise sebagai terapi non-farmakologi. Breathing exercise merupakan teknik penyembuhan yang alami dan merupakan bagian dari strategi holistic selfcare untuk mengatasi berbagai keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan (Djamaludin, Safriany, & Sari, 2021). Selain itu terapi ini dapat menurunkan frekuensi jantung, mengurangi konsumsi oksigen, kebutuhan oksigen, membantu pasien merasa rileks, konsentrasi meningkat dan memperbaiki kemampuan dalam menghadapi stressor (Suwardianto, 2011). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh terapi breathing exercise terhadap penurunan tingkat kecemasan
482
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
pada pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya”. Pentingnya penelitian ini dilakukan yaitu mengurangi dampak/efek pengobatan farmakologi yang bersifat toksik bagi sistem organ jika diberikan pada pasien yang mengalami masalah kecemasan. METODE Penelitian dan pembahasan ini merupakan penelitian pre-eksperimental. Jenis peneletian pre eksperimen yang digunakan adalah "one group pre test-post test design". Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan populasi dalam penelitian, yaitu pasien pre operasi yang mengalami kecemasan di Ruang Dahlia RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya yang berjumlah 27 sampel. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Juni sampai dengan 02 Juli 2019. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) sebagai instrumen pengumpulan data. Hasil ujian realibitas dan validitas instrument ini yaitu Pearson correlation ranged from 0.529 to 0.727, Cronbach’s alpha reliability was obtained at 0.756 (Ramdan, 2018). Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah diuraikan tentang karakteristik demografi responden yang menjadi subyek penelitan meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan informasi. Analisis bivariat membuktikan adanya pengaruh breathing exercise terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang menggunakan hasil uji statistik Wilcoxon. Prinsip etika penelitian tetap dilakukan untuk melindungi subjek penelitian. HASIL Berdasarkan data demografi frekuensi usia didapatkan usia dewasa berjumlah 16 responden (59%), lansia 8 responden (30%), dan remaja 3 responden (11%), berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah 16 responden (59%) dan laki-laki sebanyak 11 responden (41%), berdasarkan pendidikan terakhir yang didapatkan paling banyak yaitu SMP berjumlah 9 responden (33%), dan paling sedikit yaitu Diploma/Sarjana berjumlah 5 responden (19%), dan berdasarkan pernah tidak pernah mendapatkan informasi tentang tindakan operasi didapatkan 15 responden (56%) pernah mendapatkan informasi, sedangkan yang tidak pernah mendapatkan informasi berjumlah 12 responden (44%). Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh breathing exercise terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Tabel 1. Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Sebelum diberikan Breathing Exercise (n=27) Tingkat Kecemasan Pre Test f % Tidak Cemas 0 0 Cemas Ringan 3 11 Cemas Sedang 24 89 Cemas Berat 0 0 Tabel 1 sebelum dilakukan breathing exercise didapatkan hasil dari 27 responden, terdapat 24 orang (89%) mengalami cemas sedang dan 3 orang (11%) cemas ringan.
483
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 2. Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Setelah diberikan Breathing Exercise (n=27) Tingkat Kecemasan Post Test f % Tidak Cemas 0 0 Cemas Ringan 5 19 Cemas Sedang 22 81 Cemas Berat 0 0 Tabel 2, sebelum dilakukan breathing exercise didapatkan hasil dari 27 responden, terdapat 22 orang (81%) mengalami cemas sedang dan 5 orang (19%) cemas ringan. Tabel 3. Hasil Uji Statistik Wilcoxon Pengaruh Breathing Exercice Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi (n=27) Sesudah diberikan intervensi – sebelum diberikan intervensi Z -4,565b Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 Berdasarkan hasil analisis uji statistik Wilcoxon pengaruh breathing exercice terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menunjukan bahwa nilai p (P value) 0,000 artinya nilai yang diperoleh lebih kecil dari pada α (<0,05), maka hipotesis berarti Ha diterima, yang artinya ada pengaruh breathing exercice terdapat penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji analisis statistik Wilcoxon tentang pengaruh breathing exercice terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menunjukan bahwa nilai p (P value) 0,000 artinya nilai yang diperoleh lebih kecil dari pada α (<0,05), maka hipotesis berarti Ha diterima, yang artinya ada pengaruh breathing exercice terdapat penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Gea (2014) yang berjudul pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Kota Bekasi, dimana didapatkan penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan tindakan breathing exercise. Selain dari penelitian yang dilakukan oleh Gea (2014), hal tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulatri, dkk (2017) juga menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan penurunan kecemasan pasien pre operasi setelah diberikan tindakan breathing Exercise pada pasien dengan bedah abdomen (Sulastri, Anita, & Agung Octa, 2017). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Alimuddin (2018) didapatkan terjadi penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan breathing exercise pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dengan hasil uji statistik p=0,010 (Alimuddin , 2018). Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Andayani Boang Manalu, dkk (2020) didapatkan bahwa teknik relaksasi autogenik yang didalamnya terdapat breathing exercise dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu dengan primigravida yang akan menjalani proses persalinan dengan hasil uji statistik P-value (0,001) < a 0,05 (Manalu, Siagian , Yanti, Yessy Ariesta, Barus, & Purba , 2020).
484
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Sejalan konsep yang dikemukakan oleh Smeltzer dkk, (2009) Tindakan Breathing Exercise akan menstimulasi saraf vagus yang mengurangi hormon kortisol berlebih pada seseorang. Dimana hormone ini merupakan faktor penyebab kecemasan. Dampak lain yaitu pasien mampu memusatkan pikiran pada pernafasan dan membantu pasien menjadi lebih rileks (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2009). Pada dasarnya breathing exercise juga merupakan bagian relaksasi ,salah satu teknik manajemen stres yang baik, yang tidak hanya memberikan perasaan damai atau ketenangan di dalam diri individu.. Ketika terapi ini diintervensikan maka akan memberikan efek positif dan mampu meningkatkan kesehatan yang nantinya merangsang kerja korteks dalam aspek kognitif maupun emosi. Sehingga menghasilkan persepsi positif. Hasil dari persepsi dan emosi yang positif akan memberikan respons koping menjadi positif. Keadaan rileks mampu menurunkan kecemasan maupun stress juga bisa menurun (Manalu, Siagian , Yanti, Yessy Ariesta, Barus, & Purba , 2020). Berdasarkan fakta dan teori didapatkan kesamaan bahwa breathing exercise memiliki pengaruh yang berarti terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien. Mekanisme breathing exercise disini yaitu merangsang atau menstimuli saraf vagus yang berdampak terhadap penurunan hormone kortisol yang berlebih pada tubuh seseorang. Dampak lain dimana breathing exercise juga memberikan kemampuan untuk seseorang bernapas dengan baik dan tubuh menjadi lebih rileks dan segar. SIMPULAN Tindakan breathing exercise dapat menurunkan masalah kecemasan pada pasien dengan preoperasi dan memberikan efek rileksasi pada pasien tersebut. Diharapkan peran petugas kesehatan untuk dapat memberikan tindakan breathing exercise pada pasien yang mengalami gejala kecemasan pada skala ringan sampai sedang. DAFTAR PUSTAKA Black, M., & Hawk, H. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Buku Kedokteran. Darwis, D., Rikmasari, Y., & Santi, W. N. (2018). Rasionalitas Penggunaan Obat Dan Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mekarsari Dan Puskesmas Lebubg Bandung Kabupaten Ogan Ilir Pada Bulan Mei - Juli 2016. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi , 7-18. http://ejournal.stifibp.ac.id/index.php/jibf/issue/archive DEPKES RI. (2015). Data Tabulasi Nasional Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Djamaludin, D., Safriany, R., & Sari, R. Y. (2021). Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien. MALAHAYATI NURSING JOURNAL , 72-81. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/1636 Gea, N. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penuruan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Penelitian STIKes Medistra Indonesia Bekasi, 7. http://ojs.stikesmedistra-indonesia.ac.id/index.php/medistrajurnal123/issue/view/4 Julianto, R., Romadani, S., & Astuti. (2014). Pengaruh Citrus Aromaterapi Terhadap Ansietas Pasien Pre Operasi Bedah Mayor di Rumah Sakit Muhammadyah Palembang. Jurnal Keperawan Sriwijaya, 11. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/index
485
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 3, Hal 481 – 486, Agustus 2021 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Manalu, A. B., Siagian , N. A., Yanti, M. D., Yessy Ariesta, P. A., Barus, D. T., & Purba , T. J. (2020). Pengaruh Pemberian Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Di Bpm Kurnia Kecamatan Deli Tua . Jurnal Doppler, 1-8. https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa . Jakarta Selatan : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika. Ramdan, I. M. (2018). Reliability and Validity Test of the Indonesian Version of the Hamilton Anxiety Rating . Jurnal Ners , 33-40. Smeltzer, S., Bare, B., Hinkle, J., & Cheever, K. (2009). Brunner and Suddarth's Textbook of Medical-surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sulastri, Anita, & Agung Octa. (2017). Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal Kesehatan, 6. https://ejurnal.poltekkestjk.ac.id/index.php/JK/article/view/500 Suwardianto, H. (2011). Pengaruh Terapi Nafas Dalam Terdahap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri. Jurnal Penelitian Stikes RS Bakti Kediri, 13. http://stikesbaptis.ejournal.web.id/index.php/stikesbaptis/
486