15. BAB III SGD FIX

  • Uploaded by: Lisman
  • Size: 934.2 KB
  • Type: PDF
  • Words: 3,129
  • Pages: 28
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Metode yang digunakan pada penelitian proyek akhir ini ialah eksperimen yang dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dengan menggunakan sistem pencampuran aspal panas (hot mix) aspal yang digunakan sebagai pengikat adalah aspal AC 60/70. Sedangkan standar metode pengujiannya mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan AASHTO. Penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu terdiri atas pengujian agregat (kasar, halus dan filler), aspal dan pengujian terhadap campuran (Uji Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dan Marshall). Pengujian terhadap agregat termasuk analisa saringan, pemeriksaan berat jenis, dan penyerapan air. Untuk pengujian aspal AC 60/70 termasuk juga penetrasi, titik nyala-titik bakar, titik lembek, dan berat jenis. Sedangkan metode yang digunakan sebagai penguji campuran adalah Pengujian UPV dan Metode Marshall. Pengujian UPV sendiri pengujian berdasarkan kecepatan perambatan gelomang ultrasonik dengan menggunakan metode direct dan Metode Marshall sendiri dengan pencampuran serat dengan cara basah, dimana dari pengujian Marshall tersebut didapatkan hasil-hasil yang berupa komponenkomponen Marshall, yaitu stabilitas, Rongga di dalam campuran (Void In The Compacted Mixture/VIM), Rongga udara yang terisi aspal (Voids Filled with 40

Bitumen/VFB),

Rongga

diantara

agregat

(Void

in

the

Mineral

Aggregat/VMA),dan Hasil bagi Marshall/Marshall Quotient (MQ). B. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2006) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga didapatkan sebuah informasi untuk diambil sebuah kesimpulan.Variabel penelitian dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Variabel Bebas Variabel bebas yang mempengaruhi timbulnya variabel terikat. Variabel bebas yang terdapat pada penelitian ini adalah pengujian UPV metode direct dan pengujian Marshall menggunakan agregat bantak tanpa serat polypropylene dan menggunakan serat polypropylene. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat yang ada pada penelitian ini adalah kecepatan perambatan gelombang ultrasonik, nilai stabilitas, nilai VIM, nilai VFB, nilai VMA, dan nilai MQ. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol adalah variabel konstan yang digunakan untuk membandingkan variabel lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, nilai stabilitas, nilai VIM, nilai VFB, nilai VMA,dan nilai MQ antara lain: a) Asal dan kondisi agregat b) Jenis aspal 41

c) Presentase jenis aspal dan serat dalam campuran d) Cara pembuatan benda uji e) Perawatan benda uji f) Suhu perendaman benda uji g) Cara pengujian benda uji h) Keausan agregat i) Suhu ruang j) Agregat bantak k) Filler bantak l) Serat polypropylene m) Jarak transducer Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13 Flowchart Hubungan Variabel yang terdapat di bawah ini: 1. Variabel Bebas:

2. Variabel Terikat:

a. Pengujian UPV

a. Kecepatan perambatan gelombang ultrasonik b. Stabilitas, VIM, VFB, VMA dan MQ.

metode direct. b. Pengujian Marshall. 3. Variabel Kontrol

a. Asal dan kondisi agregat b. Jenis aspal c. Persentase aspal dalam campuran d. Cara pembuatan benda uji e. Perawatan benda uji f. Suhu perendaman benda uji g. Cara pengujian benda uji h. Keausan agregat i. Suhu ruang j. Agregat bantak k. Filler bantak l. Serat polypropylene m. Jarak transducer 42

START

Persiapan Bahan & Alat Pengujian Bahan

Agregat kasar dan halus

Aspal 60/70

1. Analisa saringan 2. Berat jenis dan penyerapan terhadap air

1. Pemanasan aspal 2. Penetrasi 3. Titik nyala dan titik bakar 4. Titik lembek 5. Berat jenis

Filler 1. Lolos saringan no. 200 2. Berat jenis

Penentuan campuran 1. 2. 3. 4.

Komposisi agregat. Perkiraan kadar aspal dan serat. Jenis aspal AC 60/70 Pencampuran dengan cara basah

Pembuatan sampel (specimen) untuk karakteristik marshall Pengujian Ultrasonik Pulse Velocity (UPV) Pengujian sampel (specimen) karakteristik marshall

A

43

A

Analisa Data dan Pembahasan 1. Kecepatan perambatan gelombang ultrasonik 2. Stabilitas 3. VIM 4. VFB 5. VMA 6. MQ 7. Kesimpulan dan Saran

FINISH

Gambar 14. Bagan alir penelitian C. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Agregat Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan yaitu: a) Agregat Bantak yang didapat dari PT. Calvary Abadi yang berlokasi di daerah Srowot, Klaten.

44

Gambar 15. Agregat bantak 2. Bahan pengisi (filler) Bahan pengisi atau filler menggunakan bantak yang didapat dari hasil pengayakan dari bantak.

Gambar 16. Filler bantak 3. Aspal Aspal digunakan sebagai bahan pengikat antara aspal dan agregat dan antara sesame aspal.Aspal juga sebagai bahan pengisi rongga antar butir agregat. Aspal yang digunakan yaitu aspal AC 60/70 produksi PT. Aspal Mitra Cilacap.

45

Gambar 17. Aspal AC 60/70 4. Serat Serat yang digunakan yaitu serat polypropylene yang didapat dari laboratorium Bahan Bangunan Universitas Negeri Yogyakarta.

Gambar 18. Serat polypropylene

D. Peralatan Penelitian 1. Peralatan Pemeriksaan Agregat Pemeriksaan agregat meliputi pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air. Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain:

46

a.

Saringan / Ayakan Saringan atau ayakan untuk mendapatkan dalam ukuran tertentu dan terdiri dari satu set yang terdiri dari ukuran 3/4”, 1/2’, 3/8”, #4, #8, #30, #100, #200 dan pan.

Gambar 19. Ayakan

b.

Kuas Untuk membersihkan sisa-sisa agregat didalam mesin Los Angeles dan juga membantu untuk proses pengayakan agregat.

c.

Piring seng Digunakan sebagai tempat peletakan agregat yang akan diuji dan juga agregat sisa yang tidak terpakai. Piring seng juga berfungsi sebagai tempat pemanasan aspal sebelum proses pencampuran dengan agregat untuk membuat beton aspal.

47

d.

Oven Digunakan untuk menghilangkan kadar air dalam agregat atau untuk mengeringkan agregat. Oven yang digunakan dengan suhu kurang lebih 1050C.

Gambar 20. Oven

e.

Picnometer Alat yang digunakan untuk menguji atau mengetahui suatu berat jenis agregat atau benda uji yang lain.

Gambar 21. Picnometer

48

f.

Timbangan Digunakan untuk menimbang agregat yang akan diuji. Kapasitas timbangan 2 kg dengan ketelitian 0.1 gram

Gambar 22. Timbangan

g.

Bak perendam Digunakan untuk merendam agregat agar jenuh air dan sebagai tempat perendaman benda uji.

Gambar 23. Bak perendam

49

2. Peralatan Pemeriksaan Aspal Pemeriksaan aspal meliputi pemeriksaan: a.

Uji Penetrasi Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam penetrasi aspal.Uji penetrasi yang dilakukan sesuai dengan SNI 06-2456-1991.

Gambar 24. Alat uji penetrasi aspal.

b.

Uji Titik Lembek Titik lembek adalah suhu pada saat bila baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau tar yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi 24,4 mm. uji titik lembek yang dilakukan mengacu pada SNI 06-2434-1991.

50

Gambar 25. Alat uji titik lembek.

c.

Uji Titik Nyala dan Uji Titik Bakar Titik nyala dapat digunakan untuk mengukur kecenderungan aspal panas dan api pada kondisi terkontrol di laboratorium. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai informasi bahaya kebakaran yang sesungguhnya di lapangan. Uji titik nyala dan titik bakar sesuai dengan SNI 06-2433-1991.

Gambar 26. Alat uji titik nyala dan titik bakar.

51

d.

Uji Berat Jenis (Piknometer dan Timbangan) Pengujian berat jenis aspal dimaksudkan untuk mengetahui berat jenis dari suatu jenis aspal sesuai dengan SNI 06-2441-1991.

Gambar 27. Alat uji berat jenis aspal.

3. Alat Uji Karakteristik Campuran Agregat Aspal Alat-alat yang digunakan untuk penelitian pengujian Marshall meliputi: a. Cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi 7,5 cm (3”) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.

Gambar 28. Cetakan benda uji marshall.

b. Alat pengeluar benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ejector. 52

Gambar 29. Ejector.

c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder, dengan berat 4,563 kg (10 pound), dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm (18”).

Gambar 30. Mesin penumbuk.

d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenisnya) berukuran kira-kira 20 x 20 x 45 cm (8” x 8” x 18”) yang dilapisi dengan pelat baja dengan ukuran 30 x 30 x 2,5 cm (12” x 12” x 1”)

53

dan diikat pada lantai beton dengan 4 bagian siku.

Gambar 31. Landasan pemadat.

e. Mesin tekan lengkap dengan: 1) Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head). 2) Cincin penguji (proving ring)yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound) dengan ketelitian 12,5 kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,00025 cm (0,0001”). 3) Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan perlengkapanya.

Gambar 32. Alat uji marshall.

54

f. Kompor listrik. Digunakan untuk memanaskan aspal dan untuk memanaskan agregat dalam pembuatan beton aspal dengan cara hot mix

Gambar 33. Kompor listrik

g. Bak perendam (water bath). Digunakan untuk memanaskan benda uji sebelum proses pengujian tekan marshall. Dilakukan perendaman benda uji dengan suhu ±600C dengan waktu 30-40 menit dengan kapasitas waterbath 2-30 liter air.

Gambar 34. Bak perendam.

h. Perlengkapan lain: 1) Termometer Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250°C dan 100°C dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas. 55

Gambar 35. Termometer 2) Sendok Digunakan untuk mengambil aspal dan digunakan dalam mengaduk aspal saat pemanasan aspal.

Gambar 36. Sendok

3) Stopwatch. Digunakan untuk menghitung waktu dalam proses pengujian.

Gambar 37. Stopwatch

56

4) Jangka sorong. Digunakan untuk mengukur tinggi dan diameter benda uji. Dengan kapasitas 150 mm.

Gambar 38. Jangka sorong

5) Kaleng seng. Digunakan sebagai tempat pemanasan agregat dan pencampuran beton aspal.

Gambar 39. Kaleng seng

6) Ultrasonic pulse velocity (UPV) Ultrasonic Pulse Velocity adalah pengujian yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengetahui sifat-sifat aspal. Metode yang dipakai ada 3 macam, yaitu direct, indirect, dan semi direct. 57

Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode direct. Dari pengujian UPV yang menggunakan metode direct akan didapatkan nilai travel time dan jarak transducer. Pada penelitian ini hasil perhitungan kecepatan perambatan gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk menentukan nilai kekuatan pada benda uji marshall. Seperangkat peralatan tes UPV yang digunakan adalah kaliper merk Vernier dengan tingkat ketelitian 0-300 mm atau 0-12 inchi, mesin uji tekan (Compression Testing Machine) merk Wfi (Wykeham

Farrance

International)

dari

Blough,

England

Kapasitas 2000 kN, dan lain-lain. berikut ini adalah gambar sepertangkat alat yang digunakan uji UPV.

Gambar 40. Peralatan uji UPV (Sumber: Faqih, 2010) Keterangan: (1) Ultrasonic Pulse Velocity (UPV); (2) Sekrap; (3) Transmitter dan receiver;

58

(4) Kalibrator; (5) Kabel untuk menghubungkan dari UPV ke transmitter dan receiver.

E. Pegujian Bahan 1. Pengujian Agregat Kasar Agregat kasar untuk perencanaan ini adalah agregat yang lolos saringan 3/4’’ dan tertahan di atas saringan 2,36 mm atau saringan no.8. Agregat kasar untuk keperluan pengujian harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran nominal. Sedangkan menurut SNI (1990, 1991) dan Sukirman (2003) ketentuan pengujian bahan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4. Ketentuan Agregat Kasar No.

Karakteristik Agregat Kasar 1 Analisa saringan 2 Berat jenis 3 Penyerapan air 4 Kadar air 5 Keausan agregat (Sumber: Sukirman, 2003)

StandarPengujian

Satuan

SNI03-1968-1990 SNI03-1969-1990 SNI03-1969-1990 SNI03-1970-1990 SNI 03-2417-1991

gr/cc % % %

Spesifikasi Min. Maks.

2,5 -

3 40

2. Pengujian Agregat Halus Agregat halus dari masing-masing sumber harus terdiri atas pasir alam atau hasil pemecah batu yang lolos saringan no. 8 dan dan tertahan di atas saringan no. 200. Agregat halus hasil pemecahan dan pasir alam harus ditimbun dalam cadangan terpisah dari agregat kasar di atas serta dilindungi terhadap hujan dan pengaruh air. Material tersebut harus 59

merupakan bahan bersih, keras bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Menurut Sukirman (2003) ketentuan tentang agregat halus terdapat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Ketentuan Agregat Halus No Karakteristik . Agregat Halus 1 Analisa saringan 2 Berat jenis 3 Penyerapan air 4 Kadar air (Sumber: Sukirman, 2003)

Standar Pengujian SNI 03-1968-1990 SNI 03-1969-1990 SNI 03-1969-1990 SNI 03-1970-1990

Spesifikasi Satua Min. Maks. n gr/cc 2,5 % % -

3 -

3. Filler Bahan pengisi atau filler harus lolos saringan no. 200. Sebaiknya filler juga harus bebas dari semua bahan yang tidak dikehendaki. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalangumpalan. Bahan pengisi yang diuji pada penelitian ini adalah filler bantak yang lolos saringan no.200. Menurut SNI (1994) dan Sukirman (2003) ketentuan tentang filler dapat dilihat pada Tabel.6 di bawah ini: Tabel 6. Ketentuan Agregat Filler No.

Spesifikasi

Karakteristik

StandarPengujian Filler Materialyang 1 lolos SK SNIM-02-1994-03 saringanNo.200 2 Berat Jenis AASHTO T-85 -81 (Sumber: Sukirman, 2003)

60

Satuan

%

Min.

Maks.

70

-

-

-

4. Pengujian Aspal Metode penelitian/pengujian aspal sesuai spesifikasi yang mengacu pada SNI (1991) dan Sukirman (2003) dengan ketentuan pada Tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. Ketentuan Aspal No.

Standar

KarakteristikAspal

Penetrasi (25oC, 5 detik) 2 TitikLembek 3 Titik Nyala 4 Titik Bakar 5 Berat Jenis (Sumber: Sukirman, 2003) 1

Pengujian SNI 06-2456-1991 SNI 06-2434-1991 SNI 06-2433-1991 SNI 06-2433-1991 PA 0307 76

Satuan 0,1 mm o

C C o C o

gr/cc

Spesifikasi Min. Maks. 60

79

48 200 1

58 -

F. Langkah Pembuatan Mix design 1. Metode analisis Didasarkan rumus empiris sebagai berikut: F S x100 % ............................................................................. (1) F C X = % butir F1 (agregat kasar) yang dicari penggabungan X 

F = % butir F2 (agregat halus) yang lolos No.8 S = % lolos No.8 dari batas tengah spesifikasi C = % butir F1 yang lolos No.8 Contoh: Ada 3 Fraksi: Agregat Kasar (F1), agregat halus (F2) dan Filler (F3), untuk mendapatkan gradasi yang sesuai dengan spesifikasi, maka ketiga fraksi harus digabung (Secara Analitis).

61

Langkah 1: Ditentukan terlebih dulu persen Agregat kasar (F1) dan persen agregat halus (F2),sehingga didapatkan hasil gabungan butir-butir yang lolos No.8 dengan spesifikasi 35-50% yang lolos No.8, Pengertiannya adalah nilai tengah diambil antara 35-50%. Langkah 2: Gabungkan F1 dan F2 terlebih dahulu, kemudian cari persen butir F1 (agregat kasar) yang tertahan di saringan No.8. Langkah 3: Setelah didapat F1 kemudian Menentukan persen dari butir F2 dari pengurangan 100% dengan persenan dari F1. Langkah 4: Menentukan F3 (filler), diambil dari spesifikasi ayakan no 200 F2 spesifikasi 4-10 persen, kurangkan dari hasil F2 sehingga didapat kekurangan no 200. Bagilah spesifikasi F3 lolos 200 dikali 100 maka hasilnya diperoleh butir F3 (filler).

G. Pengujian UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) Pada penelitian ini, pengujian UPV dilakukan dengan menggunakan metode direct. Metode tersebut digunakan untuk mencari kecepatan perambatan gelombang ultrasonik. Pengujian direct dilakukan pada tiga titik di salah satu permukaan benda uji. Berikut ini adalah ilustrasi perletakan transmitter dan receiver pada benda uji silinder.

62

Gambar 41. Ilustrasi perletakan transmitter dan receiver

Gambar 42. Metode Pengujian Direct (Sumber: Faqih, 2010)

Gambar 43. Pengujian Direct Cara pengujian direct adalah transmitter diletakkan tetap, dan receiver yang berpindah-pindah. Sehingga didapat serangkaian nilai travel time. Pada ilustrasi gambar 43, transmitter diletakkan pada titik B1 dan receiver pada titik B2. Jarak antara titik B1 dan B2 adalah T1, yaitu sama dengan tinggi

63

benda uji titik 1. kemudian, setelah nilai travel time didapat, receiver dipindah kan ke titik B1 berikutnya dan transmitter berada dititik B2 berikutnya. Maka jarak antara titik B1 dan B2 adalah T2 yaitu sama dengan tinggi benda uji titik 2. setelah travel time pada jarak tersebut didapat, receiver dipindah kan ke titik B1 berikutnya dan transmitter berada di titik B2 berikutnya. Maka jarak antara titik B1 dan B2 adalah T3 yaitu sama dengan tinggi benda uji titik 3. Setelah nilai travel time pada ketiga titik tersebut di dapat, nilai kecepatan gelombang ultrasonik pada dinding benda uji dapat dihitung.

H. Pengujian Marshall Prinsip dasar dari Metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran yang telah didapat dari hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991. Dari hasil yang diperoleh antara kadarserat dan parameter Marshall, maka akan diketahui Kadar Serat Optimumnya. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1.

Timbang agregat sesuai dengan prosentase pada target gradasi yang diinginkan untuk masing-masing benda uji dengan berat campuran 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji 63,5 mm. Kemudian

64

dilakukan pengeringan campuran agregat tersebut sampai beratnya tetap pada suhu 105ºC. 2.

Timbang serat polypropylene sesuai dengan kebutuhan yaitu 1,43 gram untuk benda uji yang menggunakan serat, masing-masing 3 buah untuk variasi aggregat dan 2 untuk variasi proporsi aggregat karena penelitian ini terdapat 5 benda uji yang menggunakan serat polypropylene dan 3 benda uji yang tidak menggunakan serat polypropylene setiap benda uji yang menggunakan serat polypropylene diberikan kadar serat yang sama sebesar 0.3%; di bawah ini adalah Tabel jumlah benda uji sebagai berikut: Tabel 8. Jumlah benda uji Keterangan Penggunaan Proporsi Agregat Bantak Jumlah No. Agregat Agregat Filler Benda Penggunaan Serat serat Uji Kasar Halus Tanpa serat 1 68% 26% 6% 3 polypropylene Menggunakan 68% 26% 6% 3 2 1,43 gram serat 70% 30% 2 polypropylene

3.

Campuran agregat dengan aspal dan serat polypropylene menggunakan cara basah.

4.

Agregat dipanaskan di kotak hopper/kaleng dengan suhu pencampuran 150oC, sedangkan aspal dipanaskan dengan suhu 120oC, kemudian serat polypropylene dicampur bersama aspal.

5.

Setelah sekiranya campuran terlihat homogen barulah aspal dicampur dengan agregat dengan suhu 150oC dan diaduk merata.

65

6.

Setelah temperatur pemadatan tercapai, maka campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan yang telah diolesi oli terlebih dahulu, serta bagian bawah cetakan diberi sepotong kertas filter yang telah dipotong sesuai dengan diameter cetakan kemudian ditusuk-tusuk dengan spatula sebanyak 15 kali di bagian tepi dan 10 kali di bagian tengah.

7.

Dilakukan pemadatan dengan menumbuk spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 112 kali per bidang karena disesuaikan dengan jenis lalu lintas yang direncanakan yaitu lalulintas berat. Definisi lalu lintas berat yaitu kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi: bis, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi sesuai sistem klasifikasi Bina Marga) atau ≥ 10000 cycle.

8.

Setelah proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan alat ejector dan diberi kode/tanda.

9.

Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang berat benda uji kering.

10. Benda uji dimasukkan ke dalam air dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. 11. Benda uji direndam hingga jenuh air, biasanya satu hari perendaman. 12. Benda uji dikeluarkan dari bak dan dikeringkan dengan kain pada permukaan agar kondisi kering permukaan jenuh (saturated surface dry, SSD) kemudian ditimbang.

66

13. Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60ºC selama 30 menit. 14. Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan dilumasi agar benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian. 15. Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, lalu diletakkan tepat di tengah pada bagian bawah kepala penekan kemudian bagian atas kepala diletakkan dengan memasukkan lewat batang penuntun. Setelah pemasangan sudah lengkap maka diletakkan tepat di tengah alat pembebanan. Kemudian arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada dudukan di atas salah satu batang penuntun. Sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan. 16. Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh atas cincin penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji kelelehan pada angka nol. 17. Pembebanan diberikan pada benda uji dengan kecepatan tetap 50,8 mm (2 inchi) permenit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan dicatat pembebanan maksimum. 18. Nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan dicatat pada saat pembebanan maksimum tercapai. 19. Setelah diuji lalu diukur diameter benda uji dengan jangka sorong dan dicatat.

67

Similar documents

15. BAB III SGD FIX

Lisman - 934.2 KB

BAB III (Preliminary Desain)

VR Risdianto - 1.2 MB

BAB III - DINAMIKA PARTIKEL

Lazuardo Rizqi - 258.6 KB

BAB III COC

Al Ghiffari Muhammad Rayhan - 257.1 KB

BAB III-converted

Fariz Hilman - 429.3 KB

BAB III ziza fixx revisi

NuretikaSalmia - 113 KB

FIX LAPOP

nalita - 4 MB

15 Software Update

Nei Vinicius Hercules Rodrigues Miranda - 96.3 KB

BAB I,II,III,IV ,V dan VI-converted

Zikhan Bojic - 1.4 MB

Tarea 15

Cristhian Taboada - 599.5 KB

Referensi Artikel FIX CRAO

kiki - 531.9 KB

Review Jurnal Fix

Rizky Blues - 613.1 KB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]