* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA
PRESENTED BY : HEMA SUCIYANTI 19235101036
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra parsprostatika (Jitowiyono & Kristiyanasari,2012:113 )
• Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti tetapi hanya 2 dua faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH yaitu testis dan
usia
lanjut
Kristyanasari2012:113)
(Jitowiyono
&
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya Hyperplasia prostate
• teori hormon dihidrotestoreron (DHT) • Faktor usia • Faktor pertumbuhan/Growth •Meningkatnya masa hidup selsel prostate
PATOFISIOLOGI Menurut Tanto (2014) kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih dan tembus oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona perifer, sentral, stoma fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon meningkatkan resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna menyebakan ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh.
KOMPLIKASI 1. 2. 3. 4.
Penyakit batu kandung kemih Infeksi saluran kemih Tidak bisa buang air kecil Kerusakan kandung kemih dan ginjal (Haryono,2013:116)
PEMERIKSAAN PENUNJANG •BNO IVP •Transrekral ultrasonografi – prostat •Lab : rutin persiapan operasi, PSA. •Biopsi jarum bila ada kecurigaan pada colok dubur atau PSA 10
0 9
PENATALAKSANAAN
Modalitas terapi BPH : 1. Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien. 2. Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan Keluhan ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari phitoterapi, gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen
PENATALAKSANAAN
Indikasi pembedahan pada BPH : 1. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut (100 ml). 2. Klien dengan residual urin yaitu urine masih tersisa di kandung kemih setelah klien buang air kecil > 100 Ml. 3. Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan sistem perkemihan seperti retensi urine atau oliguria. 4. Terapi medikamentosa tidak berhasil. 5. Flowcytometri menunjukkan pola obstruktif.
0 5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA
IDENTITAS KLIEN Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Alamat, Pekerjaan, Asuransi kesehatan, Agama, Suku bangsa, Tanggal & jam MRS, Nomer register, Serta diagnosis medis .(Wijaya & Putri,2013) (Haryono,2013:116)
KELUHAN UTAMA Keluhan utama yang sering timbul pada pasien BPH biasanya adalah nyeri saat BAK hingga tidak bisa BAK. Wijaya & Putri,2013) (Haryono,2013:116)
RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan.(Wijaya & Putri,2013)
(Haryono,2013:116)
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi gangguan sistem perkemihan pada klien saat ini seperti pernahkah klien menderita penyakit kencing manis, penyakit kencing batu dan seterusnya . (Wijaya & Putri,2013)
(Haryono,2013:116)
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya, terutama yang mendukung atau memperberat kondisi gangguan sistem perkemihan pada klien saat ini seperti pernahkah klien menderita penyakit kencing manis, penyakit kencing batu dan seterusnya . (Wijaya & Putri,2013)
(Haryono,2013:116)
INSPEKSI
PEMERIKSAAN FISIK
1. Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama. 2. Penonjolan pada daerah supra pubik yang mengakibatkan retensi urine. 3. Perhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas pembedahan di suprasimfisis
PALPASI
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Rectal Toucher ( colok dubur ) posisi pasien knee chest 2. Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkanpasien ingin buang air kecil 3. Palpasi kandung kemih untuk menentukan batas kandung kemih dan adanya nyeri tekan padaa area suprasimfisis 4. Pemeriksaan tanda-tanda vital
PERKUSI
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pada daerah supra pubik apakah menghasilkan bunyi pekak yang menunjukan distensi kandung kemih 2. Perkusi untuk melihat apakah ada residual urine 3. uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femoisis
PEMERIKSAAN ELIMINASI URINE 1. Pancaran miksi : adanya perubahan pada eliminasi urine seperti perubahan pancaran menandakan gejala obstruksi. Ketidakmampuan eliminasi bisa terjadi pada klien yang mengalami obstreuksi pada saluran kemih 2. Drainase kateter : melakukan drainase urine, meliputi kelancaran, warna, jumlah, dan cloting
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA PASIEN BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA 1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sumbatan saluran pengeluaran pada kandung kemih 2. Nyeri akut berhubngan dengan spasme kandung kemih 3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sebagai efek skunder dari prosedur pembedahan 4. Gangguan pola tidur b/d Perubahan status kesehatan.
PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosis keperawatan Gangguan eliminasi urine
NOC Gangguan eliminasi urine Ellimination pattern Urinary elimintion Batasan Karakteristik Ballance cairan seimbang Dapat mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan Tidak ada nyeri saat buang air kecil Tidak ada retensi urine
NIC Urinary Retention Care 1. Kaji keluhan klien 2. Kaji input output cairan 3. Lakukan Bladder Training 4. Memantau asupan dan keluaran cairan 5. Menyediakan waktu untuk pengosongan kandung kemih 6. Pemasangan kateter
PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosis keperawatan Nyeri akut
NOC
Nyeri Akut Pain level Pain control Control level Batasan Karakteristik 1. Dapat mengungkapkan bahwa nyeri berkurang 2. Menunjukkan perubahan tonus otot ( tidak lemas dan kaku ) 3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
NIC 1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan in&ormasi pengkajian 2. Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala : 010 3. Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan eFek sampingnya 4. Kaji dampak agama,budaya dan kepercayaan,dan lingkungan terhadap nyeridan respon pasien 5. Dalam mengkaji nyeri pasien,gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien 6. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensi& meliputi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya 7. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efekti& Ajarkan penggunaan teknik non&armakologi relaksasi,distraksi, terapi.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN Resiko infeksi
PERENCANAAN KEPERAWATAN NOC
Resiko infeksi 1. Pengendalian resiko komunitas penyakit menular 2. Status immune 3. Pengendalian resiko infeksi Batasan Karakteristik 4. Klien bebas dari gejala infeksi ( Rubor, Kolor, dolor, tumor, fungsiolaisa ) 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat yang adekuat 6. Menindikasi status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imun dalam batas normal
NIC
1. Perawatan luka insisi membersikan, memantau, dan memfasilitasi penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan. Dan mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. 2. Pengendalian infeksi meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius 3. Pantau tanda dan gejala infeksi 4. Pantau hasil laboratorium 5. Amati tampilan praktik higine personal untuk perlindungan terhadap infeksi
PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosis NOC keperawatan Comfort level Gangguan pola Pain level • tidur b/d •Rest : extent and pattern Perubahan status •Sleep : extent and pattern kesehatan.
NIC Sleep Enhancement 1. 2. 3. 4.
Monitor jumlah dan kualitas tidur klien Menginstruksikan pasien untuk tidur pada waktunya Mengidentifikasi penyebab kekurangan tidur pasien. Diskusi dengan pasien dan keluarga pasien untuk Setelah dilakukan tindakan asuhan meningkatkan tekhnik tidur. keperawatan selama 2 x 24 jam pada 5. Menentukan pola tidur pasien pasien dengan gangguan pola tidur 6. Bantu untuk membuang faktor stress sebelum tiba dapat teratasi dengan kriteria hasil: waktu tidur 1. Jumlah jam tidur dalam batas Environment management (Manajemen lingkungan) normal (6-8jam/hari) 7. Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien 2. Pola tidur, kualitas tidur dalam batas 8. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan normal nyaman 3. Perasaan segar sesudah tidur atau 9. Berikan posisi tidur yang membuat klien nyaman istirahat 10.Control kebisingan 4. Mampu mengidentifikasikan hal-hal 11.Atur pencahayaan yang meningkatkan tidur 12.Batasi pengunjung 13.Berikan satu ruangan jika diindikasikan
IMPLEMENTASI Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan yang telah direncanakan. (Haryono,2013:116)
EVALUASI Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien BPH dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan, yaitu : a. Nyeri dapat teratasi atau hilang. b. Mempertahankan hidrasi adekuat. c. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti radang, dan kemerahan. d. Tidak ada tanda-tanda perdarahan. e. Mengetahui tentang penyakit yang diderita.
(Haryono,2013:116)
THANK YOU FOR YOUR ATTENTION, ANY QUESTIONS PLEASE????