* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN FISTULA GENITALIA Kelompok 13 • Andri(02026030) • Fidiyah Hair (02026007) • Nabilla Suci Ariestya (02026018)
Definisi Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga internal atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh bagian luar. Nama fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara abnormal (Suzanne C. Smeltzer. 2001). Fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai dengan hubungannya (misalnya : rekto-vaginal, kolokutaneus) (Sylvia A. Price, 2005). Fistula adalah sambungan abnormal diantara dua permukaan epitel (Chris Brooker. 2008). Genitalia ialah organ reproduksi (Kamus Keperawatan Lengkap). Fistula vagina adalah suatu kondisi medis yang parah di mana suatu fistula (lubang) berkembang antara rektum dan vagina atau antara kandung kemih dan vagina setelah parah atau gagal melahirkan, saat perawatan medis yang cukup tidak tersedia. Fistula genitalia adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan traktus urinarius atau, gastrointestinal.
Jenis jenis fistula genitalia 1. Fistula enterocutaneous Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan keluarnya isi perut dan keluarnya melalui kulit. 2. Fistula enterovesicular (vesikovaginal dan uretrovaginal) Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara uretra dan vagina. Fistula pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih. 3. Fistula rektovaginalis Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit anus, atau dari suatu abses anus atau daerah perianal. 4. Fistula enterocolic Adalah saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil. 5. Fistula multiple
Penyebab fistula Sebab Obstetrik Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepala bayi dalam waktu lama, seperti pada partus lama iskemia kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada persalinan buatan. Partus dengan tindakan, seperti pada tindakan SC, kranioklasi, dekapitasi, ekstraksidengan cunam, seksio-histerektomia. Sebab Ginekologik • • •
Proses keganasan/carsinoma terutama carsinoma cervix, radiasi/penyinaran, trauma operasi atau kelainan kongenital. Histerektomi totalis. Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm Terjadi akibat terjepit oleh klem atau terikat oleh jahitan
Patofisologi Salah satu etiologi dari terbentuknya fistel adalah dari pembedahan. Biasanya karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya peradangan pada peritoneum sehingga keluarnya eksudat fibrinosa (abses), terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi abses. Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan meneluarkan drain atau feses. Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan berkurang sehingga cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang bisa menyebabkan edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan merembes kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.
Tanda dan Gejala Gangguan yang dihasilkan biasanya mencakup : • • • • • • • • •
Inkontinensia urine Infeksi parah dan ulserasi pada saluran vagina Sering terjadi kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan Wanita merasa tidak nyaman Haid terganggu, amenorrhoe sekunder Kulit sekitar anus tebal Infeksi pada jalan lahir Pada pemeriksaan spekulum terlihat dinding vesika menonjol keluar Flatus dari vagina, keluar cairan dari rectum.
CARA PENCEGAHAN Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : • • • • • •
Pemeriksaan secara rutin ke perawatan kandungan Dukungan dari profesional perawatan kesehatan terlatih selama kehamilan, Menyediakan akses ke keluarga berencana Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran Mendukung perempuan dalam bidang pendidikan Menunda pernikahan dini.
Penatalaksanaan medis 1. Medis ●
●
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini sukses dapat memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting untuk mencegah infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia untuk operasi ini, dapat mencari pengobatan alternatif yang disebut urostomy (pengumpulan urin dipakai setiap hari). Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita dapat kembali bergabung dengan keluarga mereka, masyarakat, dan masyarakat tanpa rasa malu dari kondisi mereka karena bocor dan bau tidak lagi sekarang.
2. Keperawatan a) b)
Pra operasi : persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan kolon bila perlu Waktu reparasi, tergantung sebab : - Trauma operasi segera, saat operasi tsb, atau ditunda jika diketahui pasca op. - Obstetrik 3 bulan pascasalin, kecuali fistula fekalis dilakukan setelah 3-6 bulan.
c) Pasca operasi : drainase urin kateter terpasang.
komplikasi ● ● ● ● ●
Infeksi Gangguan fungsi reproduksi Gangguan dalam berkemih Gangguan dalam defekasi Ruptur/ perforasi organ yang terkait
Pemeriksaan penunjang ● ● ● ● ● ● ●
Darah lengkap CT BT Golongan darah Urium creatiumi Protein Albumin
Konsep dasar Keperawatan 1. Pengkajian a.Identitas klien meliputi Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik . 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya terjadi partus lama, partus dengan tindakan SC, karsinoma, radiasi, trauma operasi atau kelainan congenital, aborsi, pelecehan seksual atau pemerkosaan. b. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya terjadi kelumpuhan, inkontinensia urine, haid klien biasanya terganggu, kulit sekitar anus tebal, infeksi pada jalin lahir, dinding vesika menonjol keluar, dan keluar cairan dari rectum.
3. Pemeriksaan Fisik ● Rambut Biasanya rambut klien bersih, tidak ada ketombe. ● Mata Biasanya simertsi kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan pupil isokor. ● Hidung Biasanya tidak terdapat oedema, tidak ada lesi dan simetris kiri dan kanan. ● Telinga Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
• Mulut Biasanya mukosa bibir lembab. • Leher Biasanya tidak pembesaran dan pembengkakan kelenjar getah bening • Payudara Biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak ada pembengkakan, papilla mamae keluar dan tidak terdapat nyeri saat menyusui. • Jantung I : biasanya ictus cordis tidak terlihat P : biasanya ictus cordis teraba P : biasanya pekak A: biasanya BJ I dan BJ II teratur
● Abdomen Inspeksi : biasanya tidak asites Auskultasi : biasanya bising usus normal Palpasi : biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas Perkusi : biasanya tympani ● Genitalia Biasanya keluar cairan dari rectum dan vagina, kulit sekitar anus tebal, infeksi pada jalin lahir, dan dinding vesika menonjol keluar ● Ekstremitas Biasanya terjadi kelumpuhan pada ekstermitas bawah akibat trauma operasi.
Diagnosa keperawatan ● ● ●
Nyeri berhubungan dengan agen pencedraan fisik ditandai dengan mengeluh nyeri Inkontinensia urin reflex berhubungan dengan kerusakan jaringan ditandai dengan tidak mengalami sensasi berkemih Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatan gerak ditandai dengan gerakan terbatas
Nyeri Akut D.0077 Pengkajian
Diagnosa
Luaran
Intervensi
Ds : Mengeluh nyeri
Nyeri b.d agen pencedraan fisik d.d mengeluh nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : • Keluhan nyeri menurun • Meringis menurun • Kesulitan tidur menurun • Diaphoresis menurun
• Observasi : Idenifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Do : Tampak meringis Sulit tidur Diaphoresis
• Terapeutik : Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri • Edukasi : Jelaskan strategi meredakan nyeri Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri • Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik
Inkontinensia urin reflex Pengkajian
Diagnosa
Luaran
Intervensi
Ds : Do :
Inkontinensia urin reflex b.d kerusakan jaringan d.d tidak mengalami sensasi berkemih
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka kontinensia urine dapat membaik dengan kriteria hasil : 1) Nokturia menurun 2) Residu volune urine setelah berkemih menurun 3) Distensi kandung kemih menurun
Observasi : -
Periksa kondisi pasien (mia kesadaran,TTV, daerah parienal, distensi kandung kemih,inkontinensia urine, reflex berkemih)
Terapeutik - Siapkan peralatan, bahan bahan dan ruangan tindakan - Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal rekumben - Pasang sarung tangan - Bersihkan daerah perineal atau proposium dengan cairan NaCl atau aquadest - Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic - Sambungkan kateter urine dengan urine bag Isi balon dengan dengan Nacl 0.9 % sesuai anjuran pabrik
:
• • • •
Isi balon dengan dengan Nacl 0.9 % sesuai anjuran pabrik Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih Berikan label waktu pemasangan
Edukasi : • •
jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine Anjurkan menarik nafas saat insersi selang cateter
Gangguan mobilitas fisik Pengkajian
Diagnosa
Luaran
Intervensi
DS : Do :
Gangguan mobilitas fisik b.d program pembatan gerak d.d gerakan terbatas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka mobilitas fisik klien meningkat kriteria hasil : 1) Pergerakan ekstermitas meningkat 2) Kekuatan otot meningkat 3) Rentan gerak (ROM) meningkat 4) Nyeri menurun 5) Kelemahan fisik menurun
Observasi • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya • Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi • Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik • Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk) • Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu • Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi Edukasi • Anjurkan melakukan ambulasi dini • Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
selesai……….