modul 1

  • Uploaded by: mfajrinjuliansyah
  • Size: 125.9 KB
  • Type: PDF
  • Words: 6,104
  • Pages: 27
Report this file Bookmark

* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.

The preview is currently being created... Please pause for a moment!

Description

   

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Budaya Kerja Guru 1. Definisi Budaya Kerja Merupakan seperangkat sistem yang nampak dalam nilai-nilai kerja, yang diperjuangkan dan diwujud-nyatakan menjadi satu tatanan manajemen yang berkualitas. Hal ini akan tercermin dari sikap yang menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang diwujudkan di dalam bekerja. Budaya kerja yang dilaksanakan secara baik dapat mengubah sikap dan perilaku Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pencapaian produktivitas kerja yang lebih tinggi. Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (Soerjanto Poespowardojo 1993, perpustakaan online). Menurut

The

American

Herritage

Dictionary

mengartikan

kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Kerja adalah perintah suci Allah kepada manusia. Meskipun akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi. Konsep kerja adalah sebagai proses penciptaan atau pembentukan nilai baru (tambahan) pada suatu unit sumber daya. Mengingat akan abstraknya pengertian kerja dan adanya berbagai bentuk energy tersebut, kerja (work) dioprasionalisasikan menjadi pekerjaan (job). Misalnya keluar perintah: kerja terhadap perintah tersebut timbul pertannyaan: kerja apa? Jawaban atasa pertannyaan itulah yang di sebut job. Begitu job di

11   

   

temukan, harus pula diklarifikasikan hubungan antara job. Kemudian dirinci menjadi tugass dan hubungan antara tugas didefinisikan. Tugas dibagikan (dialokasikan) kepada tiap petugas. (taliziduhu ndhara) Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. (Sumber : Supriyadi, dan. Guno, perpustakaan online ) Menurut Budhi paramita budaya kerja dapat dibagi menjadi: 1) Sikap terhadap pekerjaan, yakni kekuasaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaan sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya. 2) Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasih, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk memperlajari tugsa dan kewajibannya, suka membantu sesame karyawan, atau sebaliknya. 3) Sikap maupun prilaku tersebut terbentuk baik didalam masyarakat maupun didalam organisasi atau prusahaan sudah barang tentu warna budaya kerja sedikit banyak di pengaruhi oleh budaya masyarakat (makro) atau budaya organisasi (perusahaan) yang bersangkutan. Melaksanakan budaya kerja tidak bisa dipisahkan dengan sumber daya manusia (SDM) itu sendiri, karena budaya kerja sangat erat kaitannya dengan sikap/perilaku dan paradigma berpikir manusia dalam menciptakan produktivitas kerja yang memadai. Maka sebagai aparatur negara setiap manusia yang berada/bekerja dalam instansi-instansi pemerintahan hendaknya mampu menciptakan budaya kerja yang kondusif, di mana hal tersebut menjadi tuntutan dasar dalam menciptakan kinerja modern (tepat guna).

12   

   

Dalam menciptakan sebuah sistem kerja untuk mewujudkan kinerja modern maka ada 3 faktor pendukung yang sangat penting, yaitu : 1) SDM (sumber daya manusia) Untuk menciptakan kinerja modern erat kaitannya dengan budaya kerja yang sedang berlaku sehingga peran serta setiap manusia didalamnya menjadi hal mutlak yang menentukan arah budaya kerja itu sendiri. Dalam hal ini setiap aparatur negara dalam menunaikan tugas-tugas kerja seharusnya memiliki nilai-nilai : a) Disiplin Dalam hal ini bukan hanya disiplin waktu yang menjadi perhatian setiap pekerja akan tetapi disiplin dalam menunaikan setiap tugas yang dibebankan kepadanya atau tanggung jawab kerjanya seharusnya bisa diselesaikan dengan baik. Berdisiplin secara kuantitas waktu kerja dan kualitas hasil kerja harus menjadi budaya kerja disetiap instansi-instansi pemerintahan. b) Terampil/mampu menciptakan inovasi kerja Dengan adanya tanggung jawab kerja berarti setiap pekerja juga diberikan keleluasaan untuk menunjukkan atau mengejewantahkan setiap keterampilan yang dimilikinya dalam menciptakan kualitas kerja yang inovatif sehingga terjadi pengembangan kerja yang berkualitas. c) Berbasis pada Rasionalitas dan Kecerdasan Emosi Penyaringan setiap tenaga kerja termasuk tenaga-tenaga kerja dalam

instansi-instansi

pemerintahan

menjadi

indikator

bahwasanya kualitas sumber daya manusia menjadi syarat utama dalam menduduki setiap jabatan/posisi yang tersedia. Termasuk juga adanya pendidikan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan disetiap instansi menjadi penunjang untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berbasis pada rasionalitas dan kecerdasan emosi. Sebagai aparatur negara kita harus dibekali dengan kematangan dan kecerdasan emosi dalam menghadapi setiap tantangan kerja.

13   

   

d) Partisipatif/mampu membangun budaya kerja kelompok atau kerjasama yang baik, baik itu secara horizontal maupun vertikal. Untuk mewujudkan team work yang baik setiap pekerja seharusnya memiliki kemampuan partisipatif agar dalam penyelesaian setiap tanggung jawab terjadi sinkronisasi kerja yang efektif e) Tulus dan Ikhlas/mampu menempatkan atau memposisikan kerja sebagai tanggung jawab kemanusiaan sehingga terwujud motivasi kerja yang positif (tanpa pamrih). Hal ini menjadi sangat penting untuk terpenuhi karena harus diakui bahwasanya budaya kerja yang terjadi hampir di semua instansi pemerintahan banyak kehilangan nilai ini. Para pekerja tidak memandang setiap tanggung jawab kerja yang diberikan kepadanya mengandung nilai ibadah sehingga tidak mengherankan jika disetiap pelaksana kerja/tugas para pekerja tidak mampu menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat yang menerapkan prinsip, standar, pola penyelenggaraan pelayanan publik, dan pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. 2)

Imbalan/Materi Tidak dapat dinafikkan bahwa setiap pekerja/pegawai memiliki hak untuk memperoleh imbalan dari setiap tanggung jawab kerja yang mereka emban. Dan oleh karena itu materi sebagai bentuk imbalan kerja menjadi hal penting untuk terpenuhi. Oleh karena itu Karl Marx (dalam bukunya Das Kapital) menekankan bahwasanya untuk mewujudkan sistem perekonomian yang baik termasuk untuk mencapai sebuah hasil kerja yang masksimal maka setiap pekerja harus menerima imbalan/materi yang setimpal dari setiap hasil kerjanya, dimana hal ini juga menjadi motivasi terbesar bagi setiap pekerja untuk dapat menyelesaiakan setiap pekerjaannya secara maksimal.

14   

   

Hal ini yang kemudian menjadi rujukan banyak negara dalam menciptakansebuah budaya kerja, yang kemudian mengarah pada penerapan budaya kapitalis tersebut. Dalam dunia bisnis/swasta budaya kerja kapitalis ini dapat dilihat dari pemberian “bonus” bagi para pekerja selain dari gaji pokok yang biasa mereka terima, dimana pemberian bonus ini sebagai bentuk imbalan dari hasil kerja mereka baik secara kuantitas maupun pencapaian kualitas hasil kerja sedangkan dalam instansi-instansi pemerintah biasa kita kenal dengan istilah honor yang belakangan ini kemudian menggelinding sebuah program sertifikasi (bagi Guru) dan tunjangan kinerja dibeberapa instansi pemerintahan dimana semua itu merupakan “penghasilan tambahan” sebagai buah dari hasil kerja yang dilakukan. Inilah yang kemudian menjadi salah satu indikasi bahwasanya kita sedang menerapkan budaya kerja kapitalis di instansi-instansi pemerintahan. Pada dasarnya hal ini kemudian menjadi kontradiktif dengan poin (e) pada ulasan tentang SDM diatas, karena sebagai aparatur negara yang digaji oleh “rakyat” maka selayaknya kita mampu memberikan/mendedikasikan segala tenaga dan pikir untuk negara dan memposisikan diri sebagai pelayan masyarakat tanpa mematerikan setiap bentuk pelayanan yang kita berikan sehingga tidak selayaknya budaya kerja kapitalis berada dalam ruang lingkup kerja kita. Akan tetapi hal ini memerlukan kajian yang lebih dalam disertai dengan analisa aktual yang mendalam karena efektifitas sebuah penerapan sistem dalam budaya kerja sangat bergantung dari pencapaian hasil yang ditargetkan. Dalam artian jika budaya kerja berbasis sistem kapitalis ini mampu menciptakan kinerja yang lebih produktif maka hal ini kemudian menjadi suatu hal yang seharusnya diterapkan dalam setiap ruang lingkup kerja termasuk instansi-instansi pemerintahan di Indonesia.

15   

   

3) Hasil Guna Terlepas dari sistem apa yang kita anut dalam menciptakan budaya kerja hal terpenting adalah bagaimana kita bisa memberikan hasil kerja yang tepat guna karena dalam setiap pekerjaan bukan hanya hasil yang diinginkan akan tetapi bagaimana hasil kerja kita tepat guna dalam artian dalam melaksanakan setiap pekerjaan kita diberikan sebuah tanggung jawab besar untuk menyelesaikannya dengan baik.

2. Manfaat dan Macam Budaya Kerja Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Manfaat dari penerapan budaya Kerja yang baik adalah meningkatkan jiwa gotong royong, meningkatkan kebersamaan, saling terbuka satu sama lain, meningkatkan jiwa kekeluargaan, meningkatkan rasa

kekeluargaan,

membangun

komunikasi

yang

lebih

baik,

meningkatkan produktivitas kerja dan tanggap dengan perkembangan dunia luar. Menurut Erwin (2001: 97) menjelaskan akan manfaat dari budaya kerja antara lain : 1)

Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang terbaik.

2)

Membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan dan kekeluargaan.

3)

Lebih mudah untuk menemukan kesalahan dan cepat untuk memperbaikinya.

4)

Cepat menyesuaikan diri dengan dunia luar.

5)

Mengurangi laporan berupa data dan informasi yang salah.

6)

Meningkatnya kepuasan di dalam bekerja.

7)

Membuat pergaulan menjadi lebih akrab.

8)

Meningkatnya tingkat kedisiplinan di dalam kerja.

9)

Mengurangi pengawasan secara fungsional.

16   

   

10) Mengurangi tingkat absensi dan pemborosan. a. Pembentukan Budaya Kerja Budaya kerja organisasi tidak lahir sendiri secara terpisah dengan

persekitarannya.

Sebaliknya

ia

terhasil

menerusi

gabungan nilai- nilai asas yang dibawa oleh individu, nilai-nilai khusus yang dimiliki oleh organisasi dan nilai- nilai umum yang terdapat dalam masyarakat. Oleh yang demikian, budaya korporat terhasil menerusi gabungan nilai individu pekerja, norma masyarakat dan prinsip yang ingin diterapkan organisasi. Ini menunjukkan terdapat hubung kait dan pertalian yang kukuh dalam pembentukan budaya kerja (korporat) antara peringkat individu, masyarakat dan organisasi. b. Beberapa Model Budaya Kerja Kajian-kajian yang dilakukan mengenai budaya kerja organisasi telah menampilkan beberapa model tertentu iaitu budaya autoritarian, budaya birokratik, budaya tugas, budaya individualistik, budaya tawar- menawar dan budaya kolektiviti (lihat hllraian lengkap Sivalingam dan Siew Peng Yong, 1992) E-Book online. 1)

Budaya Kerja Autoritarian Budaya kerja jenis ini menumpukan kepada 'command and control'. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai, hero' .Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dihantar dari atas menuju ke dasar organisasi. Budaya bentuk ini seringkali diamalkan dengan berkesan dalam organisasi yang bersize kecil seperti pemiagaan keluarga, syarikat kecil dan firma sederhana. Bagaimanapun terdapat agensi swasta yang melaksanakan budaya kerja ini dimana keputusan ditentukan oleh pengasas atau pemegang saham utama, manakala pekerja tidak mempunyai suara kecuali sebahagian kecil individu dalam organisasi yang diberi kepercayaan

17   

   

oleh pemilik atau pemegang saham utama tadi. Asas kepercayaan boleh berdasarkan kepada unsure nepotisme, kronisme, peribadi atau mungkin juga kecekapan. Dengan demikian hubungan personal yang rapat dengan pihak atasan adalah factor penting dalam kelancaran pekerjaan dan kenaikan pangkat. Oleh itu bagi menjaga kepentingan, pekerja cenderung untuk bersikap 'yes man , dan 'play safe' daripada memberi

pandangan

kritikal

bagi

menjaga

kedudukan

dan

kepentingan masing-masing. 2)

Budaya Kerja Birokratik Budaya kerja birokratik ini berasaskan kepada konsep bahawa organisasi boleh diurus dengan cekap menerusi kaedah pengurusan bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti. Impersonal bermaksud setiap pekerja tertakluk kepada peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur tersebut adalah dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan pekerja akan etika dan keperluan yang dikehendaki daripada mereka. Jawatan dalam organisasi adalah disusun mengikut hierarki supaya tanggungjawab, penyeliaan, autoriti dan akauntabiliti jelas dan mudah diikuti. Manakala untuk mempastikan kelancaran dan kecekapan kerja, pengkhususan tugas dilakukan iaitu dengan memecah- mecahkan kerja menjadi lebih spesifik supaya pekerja mudah menguasai dan cekap melakukannya. Dalam masa yang sama, faktor meritokrasi digunapakai dalam organisasi iaitu pengambilan pekerja, kenaikan pangkat dan pemberian ganjaran diberi berdasarkan kebolehan dan prestasi kerja masing-masing.

3)

Budaya Kerja Fungsional Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di Barat sering mengamalkan budaya kerja fungsional atau 'projectbased' ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibahagi dan ditugaskan kepada individu atau pasukan tertentu. Projek yang paling penting akan diserahkan kepada pekerja atau sekumpulan pekerja yang paling berkemampuan. Apabila projek tersebut selesai,

18   

   

maka tugas individu atau kumpulan akan selesai dan kumpulan baru pula akan dibentuk bagi melaksanakan projek yang lain. Oleh itu, struktur kumpulan adalah fleksibel dan interaksi adalah berasaskan kemahiran dan hormat-menghormati. Keputusan akan diperolehi selepas perbincangan, perundingan dan persetujuan para anggota projek.

Oleh

itu

kejayaan

dinilai

berasaskan

kebolehan

menyempurnakan projek yang memuaskan pelanggan. Bekerja secara bersama bagi menjayakan sesuatu projek ini membentuk solidariti pekerja dan mendorong penyesuaian antara personaliti yang berbeza kerana mereka sama-sama bertanggungjawab kepada kejayaan organisasi. 4)

Budaya Kerja Individualistik Dalam organisasi yang mengamalkan budaya kerja ini, individu tertentu menjadi tumpuan utama. Terdapat universiti yang bergantung kepada profesor ternama untuk menarik pelajar dan mendapatkan tajaan. Begitu juga firma konsultansi atau guaman biasanya bergantung penuh kepada individu (konsultan atau peguam) tertentu yang popular bagi menarik pelanggan. Dalam organisasi seperti ini segelintir kecil pekerja adalah tulang belakang kejayaan syarikat kerana mereka mempunyai reputasi, kredibiliti, kepandaian dan keterampilan. Kebolehan mendapatkan pelanggan seringkali menyebabkan mereka kurang terikat kepada peraturan dan prosedur.

Kenaikan

pangkat

sepenuhnya bergantung

kepada

meritokrasi kerana setiap orang perlu membuktikan bahawa mereka memberi sumbangan yang lebih daripada orang lain kepada organisasi. 5)

Budaya Kerja Tawar Menawar Dalam organisasi jenis ini, kesatuan pekerja diiktiraf sebagai bahagian utama dalam organisasi. Kesatuan sekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu pengurusan mencapai matlamat organisasi. Perundingan dan tawar menawar berlangsung berdasarkan perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua-dua belah pihak. Meskipun pertikaian dan

19   

   

pertentangan pendapat kadangkala berlaku antara kesatuan sekerja dan majikan, tetapi ia sering dapat diselesaikan di meja rundingan. Dari satu segi pihak pengurusan boleh mendapat pandangan wakil kesatuan sekerja bagi melaksanakan peraturan, sistem dan ganjaran. Manakala kesatuan sekerja akan mempastikan hak, kepentingan dan kebajikan pekerja diberi jaminan. Secara keseluruhannya pendekatan ini yang berkonsepkan hubungan rapat majikan pekerja bertujuan mewujudkan situasi menang antara kedua belah pihak.

B. Guru Bersertifikasi 1. Perkembangan Profesi Keguruan Guru (dalam bahasa Jawa) adalah seorang yang harus digugu dan ditiru oleh siswanya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua siswanya. Seorang guru juga harus ditiru artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua siswanya (mulai dari cara berpikir, cara bicara dan cara guru berprilaku sehari-hari). Dari sinilah sebenarnya sosok seorang guru memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi para siswa. Profesi guru adalah termasuk profesi yang tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat. Pada zaman prasejarah proses pembelajaran berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.

Kemudian

pada

zaman

Yunani

dan

Romawi

Kuno

pembelajaran one-to-one untuk kelompok elit masyarakat dilakukan oleh tutor. Hal ini terus berkembang pada pendidikan keagamaan di gereja. Selanjutnya sistem persekolahan mulai berkembang pada zaman Koloni Amerika (1600-1800). dan sistem klasikal untuk masyarakat urban berkembang pada abad 19. Pada abad ke 20 (1900-1999) sekolah berkembang dalam sistem klasikal yang dilengkapi dengan berbagai media dan pemanfaatan teknologi. Perkembangan selaniutnva. terjadi perubahan konsepsi dari kelas dalam pengertian ruangan yang dibatasi

20   

   

empat dinding menuju kelas yang tanpa batas dan bersifat maya (virtual). Pada abad ke 21 sekarang dan seterusnya dapat dipastikan akan ada perubahan mengenai sistem persekolahan. yang secara pelan namun pasti mengarah kepada virtual school. Semua terjadi berkat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan tersebut di atas, maka dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu unsur yang sangat penting selain kumponen lainnya. Selain itu profesi guru juga telah dan terus mengalami perubahan. Profesi guru di abad 21 ini dianggap sebagai unsur yang paling penting karena guru dituntut mampu memahami, mendalami dan dituntut berkemampuan melaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari sini diskursus tentang guru menjadi sangat relevan, apalagi jika dihubungkan dengan kondisi bangsa kita yang mengalami krisis multi deminsional. Menurut Dawam, beliau mengatakan bahwa guru dan dosen dianggap oleh sebagian pengamat pendidikan sebagai orang yang bertanggung jawab besar terhadap kegagalan pendidikan Nasional yang ternyata hanya mampu menghasilkan alumni yang korup, suka bertengkar dan mata duitan. Kemudian profesi guru sangat dipengaruhi oleh pendayagunaan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga guru dengan kemampuan artifisialnya dapat membelajarkan siswa dalam jumlah besar, bahkan bisa melayani siswa yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Guru bukan lagi hanya mengendalikan siswa yang belajar di kelas, tetapi ia mampu membelajarkan jutaan siswa di "kelas dunia"memberi pelayanan secara individual pada waktu yang bersamaan. Sementara itu dengan bantuan teknologi juga, pembelajaran tersebut dapat dilakukan secara multiakses dan memberi layanan secara individual di mana saja dan kapan saja. Guru di masa lalu sangat mengandalkan buku teks. dan ke depan kita semua diharapkan mampu memanfaatkan hypertext.

21   

   

2. Permasalahan Guru di Indonesia Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial. Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini, terutama dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan. Sayangnya pada beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya. mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk. Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perubahan global. Hingga kini persoalan guru belum pemah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalahmasalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan perseberannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Kita bisa lihat realitas diperkotaan dengan populasi guru yang besar jumlahnya, sementara didaerah pinggiran kota atau dipegunungan banyak cerita guruguru kita yang mengajar sambil berlari-lari. Hal ini terjadi karena dalam waktu yang bersamaan dia harus mengajar dan mengendalikan tiga kelas sekaligus. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi. Permasalahan guru di Indonesia tersebut baik secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut ikut menentukan kualitas pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang

22   

   

rendah, salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan secara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan guru yang harus diperhatikan karena penghasilannya masih dibawah standar, kualifikasi pendidikan, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya. Sebenamya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapan pun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuan nya menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di sekelingnya sebagai akibat dari keterbatasannya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.

3. Kompetensi Penting Profesi Guru Istilah profesi guru dan profesional mengandung berbagai konotasi. Profesi sering diartikan sebagai suatu mata pencaharian (pekerjaan) untuk memperoleh nafkah, mulai dari pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian tetapi mengandalkan tenaga, seperti pemulung, kuli bangunan, dan tukang beca, sampai pekerjaan yang memerlukan pendidikan keahlian (spesialisasi), seperti perekayasaan (engineering), kedokteran, hukum, dan keperndidikan. Profesionalitas berasal dari kata profesi (profession) yang dapat diartikan sebagai jenis pkerjaan yang khas atau pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, atau dapat juga berarti beberapa keahlian atau ilmu pengetahuan yang digunakan dalam aplikasi untuk berhubungan dengan orang lain, instansi, atau sebuah lembaga. Prefesional adalah

23   

   

seseorang yang memiliki seperangkap pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya. Profesionalitas merupakan kepemilikan seperangkat keahlian atau kepakaran di bidang tertentu yang dilegalkan dengan sertifikat oleh lembaga. Seorang yang profesional berhak memperoleh reward yang layak dan wajar yang menjadi pendukung utama dalam merintis kariernya ke depan. Profesional adalah cara individu melihat keluar dari dunianya. Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang mereka lakukan terhadap organisasi dan profesi yang mereka emban. Bagi pendidik, secara sederhana dapat diwujudkan dalm bentuk hasil karya ilmiah, seperti buku yang telah mereka tulis atau pembelajaran yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan. Bagi karyawan, apakah mereka telah melakukan kerja sesuai dengan prosedur organisasinya dan apakah mereka telah memberikan pelayanan serta melakukan pengarsipan dengan baik. Castetter juga memberikan pandangan mengenai profesional ini yang diasumsikannya sebagai seseorang yang menghabiskan sebagian waktunya di dalam pembelajaran tertentu. Mereka ini merupakan individu yang memiliki lima karakteristik keterampilan, yaitu: (1) Memiliki keterampilan dasar (basic skill) Keterampilan dasar yang dimaksud di sini adalah limu dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang memiliki kualitas profesional harus menguasai substansi bidang keahliannya. Hal ini berarti sikap profesional mengisyaratkan akan pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus menerus agar mampu menghadapai berbagai persoalan yang berkaitan dengan bidang keahliannya secara kontekstual. Adapun profil kemampuan dasar bagi seorang pendidik adalah : a. Mengasai materi pembelajaran, baik dalam kurikulum maupun aplikasinya dalam materi pembelajaran. b. Mampu mengelola program pembelajaran dengan merumuskan

24   

   

tujuan instruksional, mengguakan metode mengajar dan prosedur instruksional yang tepat, serta memahami kemampuan siswa. c. Mampu mengelola kelas (ruang belajar) dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. d. Menggunakan media atau sumber belajar, tertutama dalam menfaatkan laboratorium dan perpustakaan dalam proses pembelajaran. e. Menguasi landasan kependidikan, baik secara konseptual maupun praktikal. f. Mampu mengelola interaksi dlam proses pembelajaran dan memberikan penilaian yang komprehensif kepada siswa. (2) Menguasai keterampilan khusus (spesialisasi) Saat ini kecendrungan dunia kerja akan bertumpu pada spesialisasi. Tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus mampu bertahan dan bersaing di abad mendatang. Di masa sekarang, sangat dibutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan secara metodologis untuk menerapkan keahliannya dalam kehidupan dunia nyata dan selanjutnya mampu merancang, dan meneropong perkembangan bidang keahliannya dari waktu ke waktu. (3) Menguasai keterampilan computer Penggunaan komputer kini telah merambah dunia. Hampir semua sisi kehidupan umat manusia tidak terlepas dari peran komputer. Kehidupan manusia di abad mendatang akan sangat tergantung pada pelayanan komputer. Hubungan komunikasi dengan internet, multimedia, jaringan online dalam perbankan, dan dunia bisnis, semuanya menggunakan perangkat komputer, termasuk juga di dunia pendidikan. Oleh karena itu, sosok tenaga kerja yang dibutuhkan di masa ini adalah mereka yang mengerti dan menguasi komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. (4) Menguasai keterampilan berkomunikasi dengan bahasa asing.

25   

   

Berkomunikasi dengan bahasa asing, terutama dengan bahasa Inggris mutlak diperlukan di era globalisasi ini. Penguasaan bahasa asing menjadi persyaratan yang melekat pada sikap profesional karena hal ini menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan komunikasi profesional dalam mengembangkan tugasnya. (5) Menguasai keterampilan manajerial dan kepemimpinan Kompetensi manajerial ini ditandai oleh kemampuan mengatur dan mengelola menjadi lebih berdaya guna dan berhasil guna. Salah satu cirinya ini adalah kemampuan menerjemahkan visi dan misi lembaga ke dalam situasi operasional. Hal ini menjadi penting kerena visi dan misi merupakan pedoman atau penentu arah kebijakan lembaga atau organisasi yang harus dengan cepat dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan praktis di lembaga yang bersangkutan. Seorang yang profesional, di mana pun mereka berada, akan memiliki kemampuan untuk bekerja sama, saling percaya dan dapat mengatur strategi, terbuka menerima ide-ide baru, mencari, melihat dan memecahkan masalah, serta mengumpulkan dan menganalisis data, sekaligus meningkatkan kemampuan pribadi untuk menanganinya dan bukan sekedar mengikuti standar prosedur pemecahan masalah yang dipraktikkan dalam masyarakat. Profesionalisme

guru

dibangun

melalui

penguasaan

kompetensi-

kompetensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah: kompetensi bidang substansi atau mata pelajaran, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai (keperibadian) dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat. Beranjak dari persoalan di atas, apabila pemerintah sungguhsungguh berusaha mengembangkan profisi guru, maka yang paling penting adalah persoalan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi. peningkatan kinerja (performance) dan jangan lupa

26   

   

peningkatan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senatiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreativitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru. Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan (life skills), dan nilai-nilai serta beliefs. Selain itu, guru

secara

menjelaskan,

mendalam

harus

mendefinisikan,

terlibat

dalam

membuktikan,

dan

kegiatan-kegiatan mengklasifikasi.

Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi the real life dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa sekolah berubah dari zaman ke zaman. Di masa depan sekolah akan berubah dari format kelas menjadi selolah bersama dalam satu kota, sekolah bersama dalam satu negara, bahkan bersama di dunia atau sekolah global. Berkat kemajuan teknologi informasi sekolah bersama yang diikuti oleh siswa dalam jumlah besar tersebut dapat terlaksana. Kehadiran secara fisik dalam ruangan yang di sebut kelas tidak lagi menjadi keharusan, yang menjadi keharusan adalah adanya perhatian dan aktivitas secara mandiri terhadap

sesuatu

persoalan

yang

disalurkan

melalui

jaringan

telekomunikasi interaktif. Oleh karena itu sejalan dengan perubahan format belajar klasikal ke belajar bersama secara global, tapi mandiri maka dapat dipastikan bahwa peran guru juga akan berubah. Selain itu peran guru di Indonesia juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan desentralisasi dan atau otonomi pendidikan. Guru di masa depan dituntut mengusai dan mampu memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dan berubah peran menjadi fasilitator yang membelajarkan siswa sampai menemukan sesuatu (scientific curiosity'). Selain itu guru harus bersikap

27   

   

demokratis serta menjadi profesional yang mandiri dan otonom. Peran guru seperti itu sejalan dengan era masyarakat madani (civil society). Lebih jauh lagi akibat adanya sinergi dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta perubahan masyarakat yang lebih demokratis dan terbuka akan menghasilkan suatu tekanan atau pressure serta tuntutan atau demand terhadap profesionalisme guru dalam mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi tersebut. termasuk dalam hal pertanggungjawaban atau akuntabilitasnya. Sebagaimana profesi-profesi lain guru adalah profesi yang kompetitif. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Di masa depan dapat dipastikan bahwa profil kelayakan guru akan ditekankan kepada aspek-aspek kemampuan membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan atau merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai gurujuga akan lebih dituntut aktualisasinya. misalnya kemampuannya dalam: 1) merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan, 2) mengelola kegiatan individu, 3) menggunakan multi metoda, dan memanfaatkan media, 4) berkomunikasi interaktif dengan baik, 5) memotivasi dan memberikan respons, 6)

melibatkan siswa dalam aktivitas, 7)

mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa, 8) melaksanakan dan mengelola memperbaiki

pembelajaran, dan

9)

menguasai

mengevaluasi

materi

pembelajaran,

pelajaran, 11)

10)

memberikan

bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggungjawab kepada konstituen serta, 12) mampu melaksanakan penelitian, sebagai wujud masyarakat yang rasional dan ilmiah. Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, memonitor kelas, mengadakan penilaian dan seterusnya, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas

28   

   

tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat dewan guru, dan pada kegiatan KKG atau MGMP mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orangtua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat. Bahkan secara lebih spesiflk guru harus dapat mengelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektifdan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa belajar dan meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting dikuasai oleh guru adalah keterampilan; 1) membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan, 2) menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran, 3) menyajikan materi dalam langkahlangkah kecil dan disertai latihannya masing-masing, 4) memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detil, 5) memberikan latihan yang berkualitas, 6) mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya, 7) membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru, 8) memberikan balikan dan koreksi, dan 9) memonitor kemajuan siswa (Rosenshine & Stevens. 1986). Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru misalnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Pendeknya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru sehingga secara kumulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal. Dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. maka guru sendiri harus mau membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik. Di samping itu kritik, pendapat dan berbagai

29   

   

harapan masyarakat juga harus menjadi perhatiannya. Oleh karena itu, guru

harus

memperbaiki

profesionalismenya

sendiri,

sementara

masyarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.

4. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme Peningkatan profesionalisme tersebut pada akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para guru itu sendiri. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya? Menurut hemat penulis guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun hubungan dengan teman kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau

mengembangkan

kreativitas

dalam

pemanfaatan

teknologi

komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru, terutama pada bidang keahlian kita masingmasing.

30   

   

Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang lebih kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain seperti kembali berjuang melanjutkan studi di perguruan tinggi. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak mensertifikasi guru-guru kita ini, jika kelak di kemudian hari sudah menjadi sarjana pendidikan. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jaringan kerja guru bisa dimulai dengan skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses rekannya sehingga mereka dapat mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai. Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang lebih luas dengan menggunakan teknologi komunikasi dan mformasi, misalnya melalui korenspondensi dan mungkin melalui intemet untuk skala yang lebih luas. Apabila korespondensi atau penggunaan intemet ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di seluruh dunia. Pada dasarnya networking/ jaringan kerja ini dapat dibangun sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat. Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk

31   

   

memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai. diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik. Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreativitas

dalam

pemanfaatan

teknologi

pendidikan

yang

mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan

baru

bidang

teknologi

pendidikan

(soft

technologies). Sertifikasi guru bertujuan untuk : (a) menentukan kelayakan guru dalam

melaksanakan

tugas

sebagai

agen

pembelajaran

dalam

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (b) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, dan (c) meningkatkan profesionalisme guru. Sedangkan manfaatnya antara lain adalah: (a) melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru, dan (b) melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. Alur rekrutmen peserta sertifikasi guru dalam jabatan dapat dijelaskan

sebagai

berikut:

Guru

menyusun

portofolio

yang

menggambarkan semua prestasi kerja terbaik dalam suatu dokumen untuk diberikan

penilaian.

Guru

mengikuti

seleksi

internal

yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria untuk menentukan guru yang diprioritaskan. Bagi kelompok guru yang mismatch, yang bersangkutan dapat memilih apakah akan mengikuti sertifikasi sebagai guru sesuai dengan latar belakangnya atau mata pelajaran yang diampu. Sertifikat profesi guru diberikan setelah lulus

32   

   

sertifikasi sesuai dengan pilihan sertifikasinya. Ini berarti yang bersangkutan harus mengasuh mata pelajaran sesuai dengan sertifikat profesi yang diterimanya. Alur sertifikasi guru selanjutnya dapat ditampilkan pada Gambar 2 berikut:

SERTIFIKAT PENDIDIK Lulus

GURU DALAM JABATAN

Lulus

PENILAIAN PORTOFOLIO (PF) Lulus Tidak Lulus

KEGIATAN TAMBAHAN LENGKAPI PF

DIKLAT PROFESI

UJIAN ULANG UJIAN Tidak Lulus

BELAJAR MANDIRI

Gambar 2. Alur Sertifikasi Guru

 

C. Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi dan Belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa : “Prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan”. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa : Hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat

33   

   

tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Mengenai pengertian belajar, Fathurrohman dan Sutikno (2007:7) mengemukakan sebagai berikut : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang disebut belajar ?Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar merupakan proses perubahan, dari seorang siswa yang tidak memahami suatu hal menjadi mengerti dan memiliki wawasan terhadap suatu ilmu tertentu. Intinya bukanlah kepada hasil yang dicapai oleh seseorang, tetapi kepada proses yang dijalani. Karena sesungguhnya, dalam proses pembelajaran telah terkandung banyak pengetahuan yang didapatkan oleh seorang anak. Oleh karena itu, hasil akhir dalam pembelajaran bukanlah suatu tujuan yang hendak dicapai. Sementara itu Ramayulis (2006 : 237) mengucapkan hal senada mengenai pengertian dari belajar yaitu : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan kemampuan sebagai hasil dari pengalaman. Sebuah proses yang didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan. Memperhatikan

semua

dari

pengertian-pengertian

yang

disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan, maka sesungguhnya mereka sependapat bahwa belajar merupakan proses yang ditempuh siswa untuk membuat perubahan-perubahan yang mendasar terhadap dirinya. Intinya adalah belajar adalah proses kepada ketidaktahuan menjadi lebih mengerti dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membentuk

34   

   

pribadinya sesuai dengan perilaku yang telah ditunjukkannya. Dengan demikian dapat kita simpukan bahwa belajar pada intinya adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah ia melakukan aktivitas tertentu.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 1) Kecerdasan/Intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang

sebagai

kecakapan

pembawaan.

Menurut

Syah

Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai

35   

   

kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

3) Minat Minat

adalah

kecenderungan

yang

tetap

untuk

memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. 4) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. 1) Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”

36   

   

2) Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. 3) Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

37   

Similar documents

modul 1

Octavian Marcu - 78.5 KB

1. modul

Mónika Bárány - 708.3 KB

Modul 1 KB 1

Ernie Durrett - 2.7 MB

MODUL 1

Dewa Krisdianto - 583.6 KB

modul 1

mfajrinjuliansyah - 125.9 KB

LK 1- Modul 1

wahyu ningsih - 62.4 KB

Modul 1 KB 2

Ernie Durrett - 1.5 MB

Aaa Modul 1 Definisi

dzulfikar - 151.3 KB

Modul 2 KB 1

Ernie Durrett - 388.6 KB

Modul 2 KB 1

Ernie Durrett - 1.3 MB

Modul 6-1

Lolly Polly - 1.6 MB

MODUL LAB GARTEK 2021(1)

Cahyadi Nugroho - 719.3 KB

© 2024 VDOCS.RO. Our members: VDOCS.TIPS [GLOBAL] | VDOCS.CZ [CZ] | VDOCS.MX [ES] | VDOCS.PL [PL] | VDOCS.RO [RO]