* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS POST PARTUM
Dosen Pembimbing:
Ns. Rogayah, M.Kep Disusun Oleh: Nama : Karya NPM : 17019
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN STIKKES Dr. Sismadi Jakarta TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Post Partum 1.
Defenisi post partum Post partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti melahirkan. Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal (Hughes, 1972 dalam Chunnigham, 2006). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, Y, 2010). Selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimumm) tidak ada batasan waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). Jadi, masa nifas adalah masa setelah keluarnya placenta sampai pada alat-alat reproduksi menjadi pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas itu berlangsung selama 6 minggu atau selama 40 hari.
2.
Tahapan-Tahapan Masa Post Partum Pada masa nifas ini dibagi menjadi 3 tahapan menurut Bobak (2004) yaitu : 1
Peurperium dini (immediate puerperium) Pada waktu 0-24 jam post partum, yaitu masa kepulihan yang dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan juga berjalan-jalan.
2
Puerpurium intermedial (early puerperium) Pada waktu 17 hari post partum, yaitu masa dimana kepulihan secara
menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu. 3
Remote puerperium (later puerperium) Pada waktu 1-6 minggu post partum, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna terutama bila selama hamil atau pada waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
3.
Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum Pada perubahan fisiologis masa nifas ini, terdiri atas beberapa sistem menurut (Bobak, 2005) & (Ambarwati E,R,Diah,W ,2010) yaitu : 1. Perubahan pada sistem Reproduksi a. Involusi uteri Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uetus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir ekibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahanperubahan normal pada uterus selama post partum.
Tabel 2.1 Perubahan perubahan normal pada uterus selama post partum.
Menurut Reeder, (2012) tinggi fundus uteri (TFU) pada
hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ke tiga 2 jari di bawah pusat, pada hari ke empat 2 jari di atas simpisis, pada hari ke tujuh 1 jari d atas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi simpisis. b.
Tempaat plasenta Segera setelah plasenta keluar dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vasikuler dan thrombosis menurunkan tempat plasenta kesuatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
c.
Serviks (mulut rahim) Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat dan kembali ke bentuk semula. Warna serviks sendiri berwarna kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada perbatasan antara korpus uteri dan servik terbentuk cincin
d.
Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa
nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Mikroorganisme ditemukan pada lochea yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahwa bila discharge diambil dari rongga uterus (menurut Chunningham, Gary, et all 2006). Karakteristik lochea: 1) Lochea Rubra atau Merah (Kruenta) Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 3 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna marah
karena
berisih darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium. 2) Lochea Serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7 masa post partum. Lochea serosa ini berwarna merah muda sampai cokelat, tidak berbau tidak ada bekuan. 3) Lochea Alba Lochea ini muncul pada minggu ke pertama sampai pada minggu ke 3 post partum. Lochea ini krem sampai kekuningan mungkin kecoklatan, tidak berbau. e. Vulva, Vagina dan Perineum Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan, pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).
2. Perubahan pada sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan. Dehidrasi, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). 3. Perubahan pada sistem Perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post melahirkan. Kadangkadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sphinter ani selama persalinan. Kadang-kadang
edema
dari
triogonium
menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine, kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual. ( normal kuang lebih 150cc ). (Ambarwati E,R,Diah,W. 2010). 4. Perubahan pada sistem Musculoskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya seratserat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu
dengan latihan. Perubahan endokrin, menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010) yaitu : a. Hormon plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran
signifikan
plasenta
hormon-hormon
menyebabkan yang
penurunan
diproduksi
oleh
plasenta.ahormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. b. Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hormon oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama
tahap
ketiga
persalinan,
oksitosin
menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu. d. Hipotalamik pituitary ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi
pertama
itu
bersifat
anovulasi
yang
dikarenakannya rendah kadar estrogen dan progesteron. 5. Perubahan Tanda-tanda Vital Perubahan tanda-tanda vital menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010) yaitu :
a. Suhu badan Dalam 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc – 38oc ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembendungan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau sistem lain. b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum tertunda. c. Tekanan darah Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi post partum d. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan kusus di saluran pernapasan . Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada persalian pervagina akan kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui Section Caesaria (SC) kehilangan darah akan dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. Apabila persalinan pervagina haemokonsentrasi akan naik
dan pada SC haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4 – 6 minggu. (Ambarwati E,R,Diah, 2010). Faktor-faktor pembekuan darah meningkat pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan
fiskositas
sehingga
menigkatkan
faktor
pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post partum. Kira-kira selama kehamilan dan masa terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.(Ambarwati E,R,Diah, W, 2010) 2.2.4
Perubahan Psikologi Pada Masa Post Partum
Perubahan sistem reproduksi post partum menurut Marmi (2012) yaitu: Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pemulihan post partum adalah 2-6 jam, 2 jam 6 hari, 2 jam 6 minggu atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, 6 minggu. Menjadi orang tua adalah krisis dari melewati masa transisi menurut Marmi (2012). Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan adalah : 1. Phase honeymon Phase honeymon adalah phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak yang dimana masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. Ikatan kasih (bonding dan attachment) terjadi pada kala IV yang dimana diadakan kontak antara ibu, ayah dan anak dan tetap dalam ikatan kasih pada masa nifas. Penyesuaian
psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubbin 1960 dalam (Cuninngham, et all, 2006) yang dibagi dalam 3 tahap yaitu : a. Takking In (1-2 hari post partum) Pada fase ini dikenal dengan fase ketergantungan yang dimana wanita menjadi sangat pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini juga ibu mengenang pengalaman melahirkan yang baru saja ia alami. Untuk pemulihan, ibu perlu beristirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. b. Taking Hold (2-4 hari post partum) Pada fase ini disebut dengan fase ketergantungan dan ketidaktergantungan. Pada tahap ini ibu khawatir akan kemampuannya dalam merawat bayinya dan juga khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Ibu berusaha untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui, memberikan minum dan menggantikan popok. Pada tahap ini ibu sangat sensitif akan
ketidakmampuannya dan mudah tersinggung. c. Letting Go Tahap ini dimulai pada minggu ke lima sampai minggu ke enam dan pada fase ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi. Ibu merawat bayinya dengan kegiatan sehari-hari yang telah kembali. 2.2.5
Masalah Psikososial Ibu Post Partum Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005) yaitu : 1. Baby blues Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam kehidupan, merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah. Perubahan emosi ini
dapat membaik dalam beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan dari keluarga. 2. Depresi post partum Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Kriteria untuk mengklasifikasi depresi post partum bervariasi tetapi sering pada sindrom afektif/emosi yang terjadi selama enam bulan setelah melahirkan. Namun pengalaman depresi yang dialami juga menunjukkan konsentrasi buruk, perasaan bersalah, kehilangan energy dan aktivitas sehari-hari. 3. Psikosis post partum Psikosis post partum ialah krisis psikiatri yang paling parah. Gejalanya seringkali bermula dengan postpartum blues atau depresi pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan panik bisa timbul. Wanita tersebut dapat memperlihatkan gejala yang
mempunyai skizofernia atau kerusakan psikoafektif. Perawatan dirumah sakit selama beberapa bulan mungkin diperlukan. Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya merupakan bahaya psikosis terbesar. 2.2. Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 1. Identitas Pasien Biodata pasien terdiri dari nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa,pekerjaan dan alamat. 2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan terdiri dari tempat pemeriksaan kehamilan, frekuensi, imunisasi, keluhan selama kehamilan, pendidikan kesehatan yang diperoleh. 3. Riwayat Persalinan Riwayat persalinan terdiri dari tempat persalinan, penolong persalinan, jalannya persalinan 4. Pemeriksaan Fisik a. Vital sign Dalam vital sign yang perlu di cek yaitu : suhu, nadi, pernapasan dan juga tekanan darah. Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari post partum karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 38 ºC mungkin disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setalah persalinan atau karena awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang di atas 24 jam pertama dapat menandakan adanya infeksi. Bradikardi merupakan perubahan fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari post partum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/menit. Frekuensi di atas 100 kali/menit dapat menunjukan adanya infeksi, hemoragi, nyeri,atau kecemasan, nadi yang cepat, dan dangkal, yang dihubungkan, dengan hipotensi, menunjukan hemoragi, syok, atau emboli.
Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan.Wanita post partum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena dieresis dan diaphoresis, yang menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler. Hipotensi menetap atau berat dapat merupakan tanda syok atau emboli. Peningkatan tekanan darah menunjukan hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa post partum. Kejang eklamsia di laporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari post partum.
b. Kepala dan Wajah Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut (normalnya rambut bersih, tidak terdapat lesi pada kulit kepala dan rambut tidak rontok), cloasma gravidarum, keadaan
sklera
(normalnya
sklera
berwarna
putih),
conjungtiva (normalnya conjungtiva berwarna merah muda, kalau pucat berarti anemis), kebersihan gigi dan mulut (normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir mer), caries. Palpasi palpebra, oedema pada mata dan wajah. Palpasi pembesaran getah bening (normalnya tidak ada pembengkakan), JVP kelenjar tiroid. c. Dada : Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas
dan
bunyi jantung, hitung frekuensi. Payudara : pengkajian payudara pada ibu post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan dan palpasi konsisten dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Normalnya puting susu menonjol, tidak ada bekas luka, aerola berwarna kecoklatan, tidak ada nyeri tekan, payudara simetris dan tidak ada benjolan atau masa pada saat di palpasi. Abdomen : menginspeksi adanya striae atau tidak, adanya luka / insisi, adanya linea atau tidak. d. Involution uteri : Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran dan kondisinya sebelum kehamilan, di ukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus,
masase dan peremasan fundus dan karakter serta jumlah lokia 4 sampai 8 jam. Tinggi fundus uteri (TFU) pada hari pertama setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ke tiga 2 jari di bawah pusat, pada hari ke empat 2 jari di atas simpisis, pada hari ke tujuh 1 jari di atas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi simpisis. Konsistensi fundus harus keras dengan bentuk bundar mulus. Fundus yang lembek atau kendor menunjukan atonia atau subinvolusi. kandung kemih
harus kosong agar pengukuran fundus akurat, kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.Vulva dan vagina : melihat apakah vulva bersih atau tidak, adanya tanda tanda infeksi atau tidak Lochea : Karakter dan jumlah lochea secara tidak langsung menggambarkan kemajuan
penyembuhan
penyembuhan
normal,
endometrium. jumlah
lochea
Pada
proses
perlahan-lahan
berkurang dengan perubahan warna yang khas yang menunjukan penurunan komponen darah dalam aliran lochea. Jumlah lokia sangat sedikit noda darah berukuran 2,5-5 cm = 10 ml, sedikit noda darah berukuran ≤ 10 cm = 10-25 ml, sedang noda darah berukuran < 15 cm = 25 ml, banyak pembalut penuh = 50-80 ml. Karakteristik lochea rubra (merah terang, mengandung darah, bau amis yang khas, hari ke 1 sampai ke 3 post partum), serosa (merah muda sampai cokelat merah muda, tidak ada bekuan, tidak berbau, hari ke 4 sampai
hari
ke
7),
alba
(krem
ampai
kekuningan,
mungkinkecokelatan, tidak berbau, minggu ke 1 sampai ke 3 post partum). Perineum : pengkajian daerah perinium dan perianal dengan sering untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal seperti hematoma, memar, edema, kemerahan dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah ada hemoroid, dan fisura. Wanita dengan persalinan spontan per vagina tanpa laserasi sering mengalami nyeri perinium yang lebih ringan. Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan merupakan sumber yang paling sering menimbulkan nyeri perianal. Hemoroid disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul oleh bagian
terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan akibat mengejan selama fase ekspulsi. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri b/d kontraksi uterus, episiotomi, laserasi, hemaroid, pembengkakan payudara, insisi bedah 2. Resiko infeksi b/d kurang pengetahuan tentang cara perawatan vulva. 3. Gangguan pola eliminasi bowel b/d adanya konstipasi. 4. Gangguan pola tidur b/d respon hormonal psikososial, proses persalinan 2.2.3
dan proses melahirkan
Perencanaa Keperawatan Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), perencanaan keperawatan pada ibu post partum normal sebagai berikut: 1. Nyeri b/d kontraksi uterus, episiotomi, laserasi, hemaroid, pembengkakan payudara, insisi bedah. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 2-3, klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman, tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37oC, nadi 60-100x/m, RR 16-20x/m, TD 100/70 mmHg. Intervensi : pengkajian komprehensif (lokasi, durasi, kualitas, karakteristik,berat nyeri dan faktor pencetus) untuk mengurangi nyeri, pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (farmakologi dan nonfarmakologi) untuk penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan, ajarkan teknik non farmakologis untuk
pengurangan nyeri, kolaborasi untuk memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien. 2. Risiko infeksi b/d kurang pengetahuan tentang cara perawatan vulva Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil : klien
menyertakan perawatan bagi dirinya, klien bisa membersihkan vagina dan pereniumnya secara mandiri. Perawatan pervagina berkurang,
vulva bersih dan tidak infeksi, tidak ada perawatan,
vital sign dalam batas normal. Intervensi : ajarkan cara cuci tangan untuk mencegah terjadi infeksi, bersihkan daerah genetalia untuk tidak terjadinya infeksi pada daerah genetalia, ganti pakaian dalam dan pembalut jika sudah kotor dan penuh agar tidak ternyadinya penyakit kulit. 3. Gangguan pola eliminasi bowel b/d adanya konstipasi Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien mengatakan sudah buang air besar (BAB), pasien mengatakan tidak konstipasi, pasien mengatakan perasaan nyaman. Intervensi :auskultasi
bising
usus
untuk
penurunan
peristaltik
usus
menyebabkan konstipasi, observasi adanya nyeri abdomen karena nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB, anjurkan pasien makan makanan tinggi serat karena makanan tinggi serat melancarkan BAB, anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat karena mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB, kolaborasi pemberian laksatif (pelunak feses)untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau evakuasi Feses. 4. Gangguan pola tidur b/d respon hormonal psikososial, proses persalinan dan proses melahirkan Tujuan : istirahat tidak terpenuhi dengan kriteria hasil : mengidentifikasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan terhadap anggota keluarga baru. Intervensi :ciptakan lingkungan yang tenang untuk mendorong istirahat dan
tidur, dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman, gunakan teknik relaksasi untuk bisa dapat membantu mempermudah tidur. 5. Defisiensi Pengetahuan b/d kurang informasi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan kriteria hasil : pasien
dapat memahami dan mengerti tentang pentingnya kesehatan dan perawatan. Intervensi : tumbuhkan sikap saling percaya dan perhatian, pilih strategi pengajaran (diskusi,demonstrasi) yang tepat untuk gaya pembelajaran secara individual, ajarkan ketrampilan yang dipelajari pasien harus masukkan ke dalam gaya hidup seharihari. 2.2.4
Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun
2.2.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudaah berhasil dicapai.
Daftar Pustaka Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Metro: Pustaka Rihama. Arikunto. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Universitas Indonesia. Damayanti dan Dian S. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama. Dewi, V d.k.k. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Idaiani, S. 2012. Postpartum Depression in Indonesia Women: A National Study. [Health Science Journal Of Indonesia]. 3(1):3-8. Sutanto, A.V. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru. WHO (World Health Organization). 2017. Postpartum depression in India: a systematic review and meta-analysis. 95: 706-717.