* The preview only shows a few pages of manuals at random. You can get the complete content by filling out the form below.
Description
RESUME JURNAL
Disusun Oleh: Falensya (545190022) Nama Jurnal Performa (2017) Vol. 16 No.1: 44-53 Judul Paper
Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar
Penulis
Helma Hayu Juniar, Rahmaniyah Dwi Astuti, dan Irwan Iftadi
Pendahuluan Seseorang bekerja dikarenakan terdapat sesuatu yang ingin dicapai dan berharap aktivitas yang dilakukan akan mengubah keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya (Susetyo dkk., 2012). Pekerjaan yang tidak mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja akan menyebabkan beban kerja fisik dan beban kerja mental. Hal tersebut dapat mengakibatkan kelelahan kerja yang mempengaruhi kinerja. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Menurut The Circadian Learning Centre di Amerika Serikat bahwa ketika ritme sirkadian menjadi tidak sinkron maka fungsi tubuh akan terganggu sehingga mudah mengalami gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, perubahan suhu tubuh perubahan hormon, gangguan psikologi dan gangguan gastrointestinal (Doe, 2011). Rumah sakit merupakan sebuah instansi yang memberikan sarana pelayanan
kesehatan
selama
24
jam
sehingga
dalam
pekerjaannnya diperlukan sistem shift. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat pasien adalah perawat. Persentase kejadian stres sekitar 74% di alami perawat, mereka mengeluh dan kesal terhadap lingkungan yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Jika suatu pekerjaan tidak diimbangi dengan waktu istirahat yang cukup maka akan
mempengaruhi fisik dan metal perawat sehingga menimbulkan kelelahan kerja. RSUD Karanganyar menggunakan sistem kerja shift yang terbagi menjadi tiga yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam. Untuk shift pagi selama 8 jam dimulai dari jam 8.00-14.00, kemudian shift sore selama 8 jam dimulai jam 14.00-20.00, dan shift malam selama 12 jam mulai dari jam 20.00-08.00. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan analisis sistem kerja shift terhadap tingkat kelelahan kerja serta pengukuran besar beban kerja fisik pada perawat di bangsal bedah RSUD Karanganyar sehingga didapatkan usulan perbaikan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja perawat serta metode sistem kerja shift yang lebih baik dari sebelumnya dan diharapkan dapat mengurangi beban kerja yang ditanggung sehingga kinerja perawat dapat meningkat dan pekerjaan yang dilakukan dapat dibagi berdasarkan shift kerja agar beban kerja terbagi secara merata dan tidak terlalu berat sehingga tidak menimbulkan kelelahan kerja yang berlebihan. Kelelahan fisik perawat akan diukur dengan fisiologi kerja. Penilaian beban kerja fisik yang digunakan adalah dengan metode tidak langsung yaitu dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Kelebihan dari metode tidak langsung ini yaitu hanya memerlukan peralatan yang sederhana dibandingkan dengan metode lain. Pengukuran fisiologi yang dilakukan adalah konsumsi energi, konsumsi oksigen, energi expenditure, dan cardiovascular load (%CVL). Penelitian dilakukan pada perawat di bangsal bedah RSUD Karanganyar. Bahan dan Metodologi
•
Identifikasi Masalah. Hasil yang didapatkan dari studi literatur ini berupa penyebaran kuesioner Subjective Self
Rating Test sebagai pengukuran secara subjektif dan metode Bourdon Wiersma Test yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja secara objektif serta metode fisiologi untuk mengukur beban kerja fisik. •
Obsesrvasi. Pada tahap ini observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung keadaan rumah sakit dan wawancara. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kondisi kerja perawat di bangsal bedah RSUD Kabupaten Karanganyar. Sedangkan wawancara dilakukan langsung dengan ketua bangsal dan perawat.
•
Pengukuran Kelelahan Kerja dan Pengukuran Beban Kerja Fisik. Digunakan 3 metode, yaitu kuisioner (Pengukuran subjektif), Bourdon Wiersma Test (Pengukuran objektif), dan metode fisiologi (Mengukur beban kerja fisik). Lalu membandingkan tingkat kelelahan dengan metode kuesioner, Bourdon Wiersma Test dan beban kerja fisik pada shift pagi, shift sore, dan shift malam untuk mengetahui shift mana yang memiliki tingkat kelelahan dan beban kerja fisik yang paling tinggi sehingga perlu dilakukan perbaika
Hasil dan Pembahasan
•
Analisis dan Intepretasi Hasil.
•
Kesimpulan dan Saran.
Responden pada penelitian ini berjumlah 4 yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan. Subjective Self Rating Test Responden diminta untuk mengisi kuesioner Subjective Self Rating Test terlebih dahulu untuk shift pagi, shift sore dan shift malam. Kelelahan subjektif dinilai dengan 4 skala likert. Jawaban untuk kuesioner tersebut terbagi menjadi 4 kategori yaitu sangat sering (SS) bernilai 4, sering (S) bernilai 3, kadang-kadang (K)
bernilai 2, dan tidak pernah (TP) bernilai 1 (Faiz, 2014). Hasil pengisian kuesioner yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan desain penilaian kelelahan subjektif dengan menggunakan skala likert ini, akan diperoleh skor individu terendah sebesar 30 dan skor individu tertinggi 120. Untuk klasifikasi tingkat kelelahan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil dari uji paired sample T-test menggunakan SPSS Statistics 20 terhadap rata-rata skor kelelahan menggunakan metode kuesioner Subjective Self Rating Test adalah sebagai berikut. •
Shift pagi didapat nilai t = -7.192 dan nilai p = 0.006 (p < 0.05) yang berarti terdapat perbedaan tingkat kelelahan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift pagi.
•
Shift sore didapat nilai t = -3.905 dan nilai p = 0.030 (p < 0.05) berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift sore.
•
Shift malam didapat nilai t = 4.852 dan nilai p = 0.020 (p < 0.05) berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift malam.
Hasil dari ketiga shift tersebut menunjukkan shift yang memiliki tingkat signifikansi paling tinggi adalah shift pagi dikarenakan terdapat banyak aktivitas fisik yang dilakukan seperti mengantar dan menjemput pasien dari bangsal ke kamar operasi ataupun sebaliknya serta indikator gejala kelelahan umum yang terdapat kuesioner lebih banyak merujuk pada kelelahan akibat aktivitas fisik. Bourdon Wiersma Test
Hasil pengukuran kelelahan secara objektif didapatkan skor ratarata untuk responden pertama pada shift pagi saat sebelum bekerja dan sesudah bekerja, shift sore sebelum dan sesudah bekerja, dan shift malam saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan uji Bourdon Wiersma Test dapat dilihat pada Tabel 3. 1.
Tingkat Kecepatan Tingkat kecepatan rata-rata untuk shift pagi, sore, dan malam pada 4 responden perawat dapat dilihat pada Gambar 1 sampai Gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 1 Rata-rata Tingkat Kecepatan Shift Pagi
Gambar 2 Rata-rata Tingkat Kecepatan Shift Sore
Gambar 3 Rata-rata Tingkat Kecepatan Shift Malam Hasil dari uji paired sample T-test menggunakan SPSS Statistics 20 terhadap rata-rata waktu kecepatan pengerjaan Bourdon Wiersma Test adalah sebagai berikut. •
Shift pagi didapat nilai t = 3.108 dan nilai p = 0.053 (p > 0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan secara
bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift pagi. •
Shift sore didapat nilai t = 6.629 dan nilai p = 0.007 (p < 0.05) berarti bahwa terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift sore.
•
Shift malam didapat nilai t = 4.852 dan nilai p = 0.017 (p < 0.05) berarti bahwa terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift malam.
Hasil dari ketiga shift tersebut menunjukkan shift yang memiliki tingkat signifikansi paling tinggi adalah shift sore dikarenakan pada shift tersebut perawat banyak melakukan interaksi dengan pasien maupun pihak keluarga yang bertanggung jawab atas pasien yang akan masuk bangsal. Jadi dapat disimpulkan bahwa shift sore memiliki tingkat pengaruh paling tinggi terhadap kelelahan perawat bangsal bedah RSUD Karanganyar. 2.
Tingkat Ketelitian Tingkat ketelitian dinilai berdasarkan kesalahan perawat dalam pengisian Bourdon Wiersma Test yang merupakan kesalahan dalam mencoret dan berapa banyak kelompok 4 titik yang terlewati. Hasil rekap tingkat ketelitian dari 4 responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tingkat ketelitian rata-rata untuk shift pagi, sore, dan malam pada 4 responden perawat dapat dilihat pada Gambar 4 sampai Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 4 Rata-rata Tingkat Ketelitian Shift Pagi
Gambar 5 Rata-rata Tingkat Ketelitian Shift Sore
Gambar 6 Rata-rata Tingkat Ketelitian Shift Malam Hasil dari uji paired sample T-test menggunakan SPSS Statistics 20 terhadap tingkat ketelitian pengerjaan Bourdon Wiersma Test adalah sebagai berikut. •
Shift pagi didapat nilai t = = -1.643 dan nilai p = 0.199 (p > 0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift pagi.
•
Shift sore didapat nilai t = -4.283 dan nilai p = 0.023 (p < 0.05) berarti tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift sore.
•
Shift malam didapat nilai t =-3.362 dan nilai p = 0.044 (p < 0.05) berarti bahwa tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat
sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift malam. Hasil dari ketiga shift tersebut menunjukkan shift yang memiliki tingkat signifikansi paling tinggi adalah shift sore. 3.
Tingkat Kekonstanan Tingkat kekonstanan dihitung dengan membandingkan rasio antara jumlah kuadrat dari deviasi dan waktu rata-rata pengerjaan tiap baris kelompok titik-titik. Hasil rekap serta perhitungan tingkat konstansi pada 4 responden dapat dilihat pada Tabel 5. Tingkat konstansi rata-rata untuk shift pagi, sore, dan malam pada 4 responden perawat dapat dilihat pada Gambar 7 sampai Gambar 9 sebagai berikut.
Gambar 4 Rata-rata Tingkat Konstansi Shift Pagi
Gambar 5 Rata-rata Tingkat Konstansi Shift Sore
Gambar 6 Rata-rata Tingkat Konstansi Shift Malam
Hasil dari uji paired sample T-test menggunakan SPSS Statistics 20 terhadap tingkat konstansi pengerjaan Bourdon Wiersma Test adalah sebagai berikut. •
Shift pagi didapat nilai t = 0.250 dan nilai p = 0.819 (p > 0.05) yang berarti tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift pagi.
•
Shift sore didapat nilai t = 2.278 dan nilai p = 0.107 (p > 0.05) berarti tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift sore.
•
Shift malam didapat nilai t = 0.669 dan nilai p = 0.552 (p > 0.05) berarti bahwa tidak terdapat perbedaan secara bermakna saat sebelum melakukan aktivitas dan saat sesudah melakukan aktivitas pekerjaan pada shift malam.
Hasil dari ketiga shift tersebut menunjukkan shift yang memiliki tingkat signifikansi paling tinggi adalah shift sore. Metode Fisiologi Kerja Pengukuran beban kerja fisik dilakukan dengan mengukur denyut jantung perawat sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dalam satu menit. Hasil rekap denyut nadi 4 responden sebelum dan sesudah bekerja untuk shift pagi, sore, dan malam dapat dilihat pada Tabel 6. 1. Konsumsi Energi Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut. Y = 1,80411 – 0,0229038X + 4,71733*10-4 X2 KE = Et – Ej
Perhitungan konsumsi energi dilakukan untuk mengetahui kategori beban kerja fisik. Sebelum mengetahui besarnya konsumsi energi perlu dilakukan perhitungan energi expenditure saat sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Hasil perhitungan energi expenditure dan konsumsi energi 4 responden dapat dilihat pada Tabel 7. 2. Konsumsi Oksigen Untuk menentukan seberapa besar konsumsi oksigen yang diperlukan digunakan metode konvensional Tayyari untuk mengestimasi V O2 didasarkan pada berat badan dan denyut jantung selama bekerja. Tayyari merumuskan sebuah persamaan untuk menghitung konsumsi oksigen maksimal, yaitu: VO2 =
0.263(Wb + 10)V + 13.15 × AG HR + G − 72
Salah satu cara mengetahui besar energi kerja fisik adalah dengan membandingkan konsumsi oksigen dengan laju detak nadi/jantung. Oksigen yang dikonsumsi oleh seseorang dipengaruhi oleh intensitas pekerjaan yang dilakukan. Konsumsi oksigen dinyatakan dengan VO2Max. Hasil rekap dan perhitungan konsumsi energi 4 responden dapat dilihat pada Tabel 8. 3. % CVL (Cardiovascular Load) Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (Cardiovascular Load = % CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. %CVL =
𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 − 𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡 × 100% 𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝐷𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡
•
Laki-laki = Denyut Nadi Maksimum = 220 – umur
•
Perempuan = Denyut Nadi Maksimum = 220 – umur
(Tarwaka, 2004) Perhitungan estimasi
Cardiovascular
untuk
Load
menentukan
digunakan sebagai
klasifikasi
beban
kerja
bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum. Hasil rekap perhitungan Cardiovascular Load 4 responden dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan perhitungan konsumsi energi, responden 1 dan 3 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift pagi sedangkan responden 2 dan 4 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift sore. Sedangkan untuk pengukuran konsumsi oksigen, responden 1 dan 3 memiliki beban kerja fisik paling tinggi pada shift sore dan untuk responden 2 dan 4 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift pagi. Serta berdasarkan pengukuran % CVL responden 1 dan 3 memiliki % CVL tertinggi di shift pagi dan untuk responden 2 dan 4 di shift sore.
Gambar 7 Perbandingan Tingkat Kelelahan Kerja dan Beban Kerja Fisik Kesimpulan •
Berdasarkan
pengukuran
subjektif
dengan
kuisioner
Subjective Self Rating Test, ketiga shift berada dalam klasifikasi rendah dan sedang dengan tindakan mungkin diperlukan perbaikan. Shift dengan tingkat kelelahan tertinggi adalah shift pagi.
•
Berdasarkan pengukuran objektif dengan metode Bourdon Wiersma, didapatkan hasil untuk tingkat kecepatan, ketelitian, dan konstansi yang dapat disimpulkan tingkat kelelahan tertinggi berada pada shift sore.
•
Berdasarkan perhitungan konsumsi energi dengan metode fisiologi kerja terhadap 4 responden bangsal bedah didapatkan bahwa responden 1 dan 3 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift pagi, sedangkan responden 2 dan 4 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift sore.
•
Berdasarkan perhitungan konsumsi oksigen dengan metode fisiologi kerja terhadap 4 responden bangsal bedah didapatkan bahwa responden 1 dan 3 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift sore, sedangkan responden 2 dan 4 memiliki beban kerja fisik paling tinggi di shift pagi.
•
Berdasarkan pengukuran % CVL dengan metode fisiologi kerja terhadap 4 responden bangsal bedah didapatkan bahwa responden 1 dan 3 memiliki % CVL tertinggi di shift pagi, sedangkan responden 2 dan 4 memiliki CVL tertinggi di shift sore.
•
Beberapa usulan perbaikan yang diberikan ke pihak RSUD Karanganyar, yaitu menambah tenaga kerja perawat, membagi pekerjaan berdasarkan umur perawat, memberikan fasilitas pelatihan atau sosialisasi kepada perawat dan staff rumah sakit, pergantian sistem pendokumentasian manual menjadi komputerisasi untuk mempermudah pekerjaan, memberikan aturan jam kerja perawat bangsal bedah untuk meminimalisir miss communication dengan perawat di shift sebelumnya, dan perawat yang mengalami sistem kerja shift dihimbau untuk memiliki pekerjaan di luar menjadi perawat.
Ulasan
Dari jurnal ini, dapat dipelajari bahwa semua bidang ergonomi merupakan hal yang penting di bagiannya sendiri. Fisiologi terapan memiliki tujuan untuk meminimalisir terjadinya fatigue dalam melakukan suatu pekerjaan dikarenakan apabila seorang pekerja mengalami fatigue yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan secara jasmani maupun mental.
Tabel 1 Rekap Hasil Kuisioner Subjective Self Rating Test Shift Pagi
Responden
No.
Ke-
Shift Sore
Shift Malam
Before
After
Before
After
Before
After
1
I
49
68
37
67
44
67
2
II
44
69
43
54
53
59
3
III
35
62
38
49
49
68
4
IV
44
58
35
53
51
70
Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Tingkat Kelelahan
Klasifikasi
Total Skor
Tindakan Perbaikan
Kelelahan Belum
diperlukan
tindakan
1
30 – 52
Rendah
2
53 – 75
Sedang
3
76 – 98
Tinggi
Diperlukan tindakan perbaikan
4
99 – 120
Sangat
Diperlukan
Tinggi
sesegera mungkin
perbaikan Mungkin
diperlukan
tindakan
perbaikan
tindakan
perbaikan
Tabel 3 Rata-rata Waktu Pengerjaan Bourdon Wiersma Test Responden
No.
Ke-
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
Before
After
Before
After
Before
After
1
I
49
68
37
67
44
67
2
II
44
69
43
54
53
59
3
III
35
62
38
49
49
68
4
IV
44
58
35
53
51
70
Tabel 4 Rekap Hasil Tingkat Ketelitian Perawat Tiap Shift Responden
No.
Ke-
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
Before
After
Before
After
Before
After
1
I
14
53
25
31
20
32
2
II
15
22
24
46
20
25
3
III
22
21
17
39
26
30
4
IV
19
21
21
36
18
33
Tabel 5 Rekap Hasil Tingkat Konstansi Perawat Responden
No.
Ke-
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
Before
After
Before
After
Before
After
1
I
3.12
8.05
19.62
8.22
20.45
6.87
2
II
6.42
8.04
6.47
4.54
5.86
8.82
3
III
14.56
7.09
10.76
8.13
8.29
6.52
4
IV
6.88
5.16
11.14
9.64
11.41
8.93
Tabel 6 Rekap Pengukuran Denyut Nadi Perawat per Menit Responden
No.
Ke-
Shift Pagi
Shift Sore
Shift Malam
Before
After
Before
After
Before
After
1
I
55
99
61
92
61
96
2
II
65
90
67
98
69
97
3
III
70
97
74
91
72
92
4
IV
67
89
69
93
66
90
Tabel 7 Rekap Konsumsi Energi Perawat Konsumsi Energi Responden
I
Shift
Et
Ej
KE
Klasifikasi
Pagi
4.160089
1.971393325
2.188696
Very Light
Sore
3.680709
2.162296693
1.527412
Very Light
Malam
3.952837
2.162296693
1.79054
Very Light
Pagi II
Sore
3.5638053
2.308434925 1.255370375 Very Light
4.090061332 2.387164837 1.702806495 Very Light
Malam 4.020977197 2.469668613 1.551308584 Very Light
III
Pagi
4.020977197
2.5123357
Sore
3.626285173 2.692438708 0.933846465 Very Light
Malam 3.689708512 2.600500272
IV
1.508641497 Very Light
1.08920824
Very Light
Pagi
3.502268893 2.387164837 1.115104056 Very Light
Sore
3.754075317 2.469668613 1.284406704 Very Light
Malam 3.626285173
2.34728148
1.216477
Very Light
Tabel 8 Rekap Perhitungan Konsumsi Oksigen Perawat Perhitungan Konsum Oksigen (Aktivitas) Responden
I
II
III
IV
Shift
Wb V
HR Aktivitas
G
AG
VO2Max
Klasifikasi
Pagi
70
1
99
1
0.9156
1.118013
Moderate
Sore
70
1
92
1
0.9156
1.490684
Moderate
Malam
70
1
96
1
0.9156
1.25217456
Moderate
Pagi
58
1
90
1
0.901
1.471664947
Moderate
Sore
58
1
98
1
0.901
1.035616074
Moderate
Malam
58
1
97
1
0.901
1.075447462
Moderate
Pagi
69
1
97
0
0.8645
1.17319566
Moderate
Sore
69
1
91
0
0.8645
1.5436785
Moderate
Malam
69
1
92
0
0.8645
1.4664946
Moderate
Pagi
74
1
89
0
0.9375
1.9435
Moderate
Sore
74
1
93
0
0.9375
1.5733
Moderate
Malam
74
1
91
0
0.9375
1.8355
Moderate
Tabel 9 Rekap Perhitungan % CVL Perawat Perhitungan % CVL Responden
I
II
III
IV
DN
DN
DN
Kerja
Istirahat
Max
Pagi
99
55
192
32.12%
Siang
92
61
192
23.66%
Malam
96
61
192
26.72%
Pagi
90
65
190
20%
Siang
98
67
190
25.20%
Malam
97
69
190
23.14%
Pagi
97
70
185
23.48%
Siang
91
74
185
15.32%
Malam
92
72
185
17.70%
Pagi
89
67
195
17.19%
Siang
91
66
195
19.05%
Malam
93
69
195
18.60%
Shift
% CVL
Klasifikasi Diperlukan perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan Tidak terjadi perbaikan
LAMPIRAN Kuisioner Subjective Self Rating Test Nama
:
Usia
:
Pendidikan
:
Berat Badan
:
Tinggi Badan
:
Daftar Pertanyaan Kuisioner Subjective Self Rating Test (SSRT) No 1 2 3 4
5 6 7
8
9
Daftar Pertanyaan Apakah saudara ada perasaan berat kepala? Apakah saudara merasa lelah pada seluruh tubuh? Apakah saudara merasa berat di kaki? Apakah saudara sering menguap pada saat bekerja? Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja? Apakah saudara merasa mengantuk? Apakah saudara merasa ada beban pada bagian mata? Apakah gerakan saudara terasa canggung dan kaku? Apakah saudara merasakan pada saat berdiri tidak stabil?
10
Apakah saudara merasa ingin berbaring?
11
Apakah saudara merasa susah berpikir?
12
Apakah saudara merasa malas untuk berbicara?
13
Apakah saudara merasa gugup?
Skor 0
1
2
3
14
15
16
17 18 19
20
21
22
23
Apakah
saudara
merasa
tidak
berkonsentrasi? Apakah saudara merasa sulit memusatkan perhatian? Apakah saudara merasa mudah melupakan sesuatu? Apakah saudara merasakan kepercayaan diri berkurang? Apakah saudaara merasa cemas? Apakah saudara merasa sulit untuk mengontrol sikap? Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan? Apakah saudara merasakan sakit di bagian kepala? Apakah saudara merasakan kaku di bagian bahu? Apakah saudara merasakan nyeri di bagian punggung?
24
Apakah saudara merasa sesak napas?
25
Apakah saudara merasa haus?
26
Apakah saudara terasa sesak?
27
Apakah saudara merasakan pening?
28
dapat
Apakah saudara merasa ada yang mengganjal di kelopak mata?
29
Apakah anggota badan saudara terasa gemetar?
30
Apakah saudara merasa kurang sehat?
Jumlah skor pada masing-masing kolom: Total skor kelelahan individu Sumber: Tarwaka, dkk, 2014.